Ada tidaknya serangan virus korona bukan lagi bahan perdebatan setelah dua warga dinyatakan positif terjangkit. Keberadaan virus itu sudah dekat sehingga butuh penanganan yang tepat.
Oleh
Andy Riza Hidayat
·4 menit baca
Tidak ada yang perlu dicibir, apalagi disombongkan sebagai negara yang belakangan terserang virus korona. Menghadapi sebaran virus mematikan ini lebih penting ketimbang berdebat soal itu. Sama pentingnya bagaimana menangani kecemasan warga Kota Depok, Jawa Barat, yang hidup bertetangga dengan korban serangan virus korona.
Pemberitaan mengenai tetangganya yang positif terserang virus begitu gencar. Apalagi yang mengumumkan kasus pertama kali di Indonesia adalah Presiden Joko Widodo. Episentrum pemberitaan media pun menuju ke perumahan di sisi timur Kota Depok. Sayangnya, sorotan media ini tidak diimbangi dengan penanganan yang cepat oleh petugas medis dan aparat terkait lainnya.
Persoalan ini yang mencemaskan Bambang Irawan, tetangga dua orang yang dinyatakan positif terjangkit korona. Bambang tinggal kurang dari 50 meter dari rumah korban. Sesaat setelah Presiden mengumumkan adanya dua warga Depok positif terjangkit virus, dia pun segera tahu dari warga kompleks bahwa yang dimaksud Presiden adalah tetangganya sendiri. Dia bergegas minta izin pulang cepat ke atasannya di kantor.
Bayangannya, segera ada penanganan cepat di perumahannya. Namun, hingga Senin (2/3/2020) sore, belum ada langkah-langkah cepat. Sejak pagi hingga sore, baru ada petugas kepolisian yang memasang garis polisi di rumah korban. Selebihnya, belum ada langkah-langkah lain untuk menenangkan kebingungan warga setempat.
”Kami berinisiatif tidak keluar rumah. Biasanya sore begini ramai warga dan anak-anak. Kami kira akan ada posko kesehatan, untuk menerima pengaduan siapa saja warga yang pernah kontak dengan korban. Lalu diperiksa kesehatannya,” tutur Bambang.
Namun, langkah yang dibayangkannya itu tidak terjadi hingga Senin sore. Sore itu, selain petugas kepolisian, ada tenaga medis dari Puskesmas Sukmajaya, Kota Depok, yang turun ke lokasi. Bambang membutuhkan langkah-langkah yang perlu dilakukan dan tidak perlu dilakukan oleh warga. Informasi itu penting agar penyebaran virus dapat diminimalkan. ”Sayang sekali, beritanya sudah ke mana-mana. Yang mengumumkan ada virus Presiden, yang datang petugas puskesmas,” kata Bambang.
Sore itu, jalanan di blok-blok perumahan itu terlihat sepi. Hanya segelintir warga, khususnya lelaki, yang tampak keluar. Sebagian yang lain petugas medis berseragam coklat dengan masker. Beberapa aparat kepolisian juga tampak berjaga di perumahan tersebut.
Keluhan serupa disampaikan Teguh Prawiro, Ketua RT setempat. Menurut Teguh, saat ini warga dilanda kecemasan. Sebab, mereka belum tahu harus bagaimana. Menangani psikologi warga, katanya, tidak kalah penting. Hal itu yang dibutuhkan warga sekitar lokasi rumah korban yang terjangkit virus mematikan tersebut.
Di luar kompleks perumahan itu, sebagian warga malah tidak tahu sama sekali apa yang terjadi. Sueb (67) warga Kecamatan Sukmajaya, tidak menerima infomasi apa pun terkait warga yang terjangkit korona di wilayahnya. Pedagang telur ini sepintas mendengar ada warga yang kena, tetapi tidak tahu bahwa itu tetangga perumahannya sendiri. Posisi rumahnya kompleks korban virus korona terpaut 500 meter saja.
Kepanikan warga
Masih di Kota Depok, tetapi di lain kecamatan terjadi kepanikan di antara warga. Mereka yang melek informasi saling bertanya melalui aplikasi percakapan di telepon seluler. Tidak lama setelah itu, warga saling menginformasikan bahwa persediaan masker dan sabun cair untuk tangan sudah langka di toko-toko.
Kepanikan itu beralasan karena persediaan masker dan sabun cair sudah mulai langka. Di minimarket Kelurahan BojongsariBaru, Kecamatan Bojongsari, misalnya, dua jenis barang ini habis terjual. ”Tadi malam masker dan sabun cair tangan datang, tetapi langsung habis dibeli orang,” kata Bebi (30), penjata minimarket.
Sementara itu, kerumunan warga terjadi di dalam sebuah apotek di Kelurahan Cinangka, Kecamatan Bojongsari. Warga membeli masker yang sudah habis, sabun cuci tangan, dan vitamin. Lantaran permintaan yang tinggi, harga masker melonjak sejak dua bulan terakhir. Hal ini terjadi di sebuah apotek di Jalan Raya Mochtar Sawangan, Kota Depok.
Dua bulan silam, harga masker kualitas biasa Rp 30.000 per boks isi 50 masker, kini harganya menjadi Rp 6.000 per masker. Pada Senin (3/2/2020) persediaan masker, hand sanitizer, dan vitamin sudah habis di apotek ini. Penjaga apotek mendata pembeli yang tidak kebagian barang-barang itu. Jika persediaan ada lagi, mereka akan menghubungi pembeli.
Adapun Mohamad Mithfa (20) kebagian masker dengan kualitas lebih bagus dengan harga Rp 60.000 per masker. Konten kreator Youtube ini tetap membelinya karena tidak mau terjangkit virus setelah diumumkannya warga yang positif terserang korona. ”Daripada tidak dapat masker, ini saja sudah bagus,” kata Mithfa.
Senada dengan harapan warga lain, Mithfa meminta pemerintah dapat menangani kepanikan publik saat ini. Pemerintah harus dapat memastikan persediaan masker, sabun cair untuk tangan, ataupun keperluan lain untuk mencegah penyebaran virus tersedia. Yang lebih penting dari itu adalah penyadaran kepada warga, karena nyatanya tidak banyak yang tahu bagaimana menghadapi sebaran virus mematikan itu. Langkah ini penting karena virus korona sudah ada di rumah tetangga warga.