Militer Turki Tembak Jatuh Dua Pesawat Tempur Suriah
›
Militer Turki Tembak Jatuh Dua...
Iklan
Militer Turki Tembak Jatuh Dua Pesawat Tempur Suriah
Sebuah sistem antipertahanan pesawat tempur Suriah yang telah menembak jatuh pesawat nirawak Turki dan dua Sukhoi SU-24 Suriah yang menyerang pesawat tempur Turki telah dihancurkan.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
ANKARA, SENIN — Militer Turki diberitakan telah menembak jatuh dua pesawat tempur Suriah seiring terus meningkatnya eskalasi pertempuran di Idlib, Suriah, Minggu (1/3/2020) waktu setempat atau Senin (2/3/2020) WIB.
Insiden tersebut menambah jumlah pasukan Suriah yang tewas dalam konflik di negara itu. Pengumuman tentang jatuhnya dua pesawat tempur Suriah di barat laut Idlib itu diumumkan Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar, Minggu.
”Sebuah sistem antipertahanan pesawat tempur milik militer Suriah yang telah menghancurkan pesawat nirawak Turki. Begitu juga dengan dua pesawat Sukhoi SU-24 milik Pemerintah Suriah yang menyerang pesawat tempur Turki juga telah hancur,” kata Akar.
Kematian akibat pertempuran antara pihak Suriah dan Turki pun bertambah. Serangan terbaru oleh Turki ke posisi tentara Suriah menyebabkan sedikitnya 19 tentara Damaskus tewas.
Menurut data yang dikeluarkan organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR) yang berbasis di London, Inggris, jumlah korban militer di pihak Turki hingga akhir pekan lalu berjumlah 55 orang.
Adapun di pihak Suriah, jumlah korban militer Suriah yang didukung Rusia sekitar 74 orang. Sementara di pihak pemberontak, jumlah korban tewas berjumlah sekitar 14 orang.
Akar menjabarkan, sejak konflik bersenjata di antara kedua pihak, militer Turki berhasil menghancurkan 8 helikopter tempur, 103 tank, dan puluhan senjata tempur berat milik militer Suriah melalui operasi militer yang diberi nama Operasi Militer Spring Shield.
Sebaliknya, militer Suriah berhasil menghancurkan tiga pesawat nirawak Turki dan berjanji terus menggempur serta menghancurkan peralatan militer Turki yang melintas di wilayah barat laut Suriah, yang berada di dalam kekuasaan rezim pemerintahan Bashar Al Assad—yang didukung Rusia.
Meski mendapatkan peringatan untuk tidak menyerang wilayah-wilayah yang dikuasai Pemerintah Suriah, kantor berita Turki, Anadolu, memberitakan kalau militer Turki menyerang dua landasan udara pada tengah malam kemarin, masing-masing landasan udara Nayrab di barat Aleppo dan Kuweires, sebelah barat Nayrab.
Meski dikabarkan tidak ada korban jiwa, serangan terhadap dua landasan udara milik Suriah tersebut signifikansi serangan militer Turki terhadap Suriah.
Konflik terbuka antara militer Suriah dan Turki berdampak pada kerja sama Rusia Turki di Forum Ankara, forum yang sebenarnya memberikan peluang bagi kedua negara bekerja sama untuk membuka peluang perdamaian di Suriah. Meski konflik terbuka telah terjadi, Turki masih enggan berhadapan langsung dengan Rusia di Idlib.
”Kami tidak memiliki maksud berhadapan langsung dengan Rusia. Satu-satunya maksud kami di sana (bertempur di Idlib) adalah memaksa rezim Suriah menghentikan pembantaian warga secara massal dan untuk mencegah radikalisasi serta migrasi warga Suriah ke negara-negara lain,” kata Akar.
Turki dan Rusia sendiri kini tengah berada dalam krisis diplomasi setelah kedua pemerintahan gagal mencapai kesepatakan untuk upaya gencatan senjata gagal.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada Sabtu pekan lalu mengatakan, konflik bersejanjata yang kini berlangsung di Idlib hanya bisa diselesaikan melalui pembicaraan langsung antara PM Recep Tayyip Erdogan dan rekannya, PM Vladimir Putin.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan, kedua pemimpin negara baru akan bertemu pada Kamis atau Jumat di Moskwa pekan ini. Cavusoglu dan Sergei Lavrov, Menteri Luar Negeri Rusia, sepakat kedua pihak harus menciptakan ”situasi atau lingkungan yang menguntungkan” untuk memperbaiki hubungan kedua negara.
Konflik bersenjata antara Suriah dan Turki ini sendiri telah menciptakan pengungsi baru. Kini, jumlah pengungsi akibat konflik Idlib mencapai sekitar 1 juta orang, yang telah berada di perbatasan Turki-Suriah. (AFP/REUTERS)