Lazio tengah dalam kondisi terbaik di Liga Italia. Raihan belum terkalahkan di 21 pertandingan serta menduduki puncak klasemen di pekan ke-26 menjadikan "Si Elang" memiliki momentum untuk meraih scudetto pada musim ini.
Oleh
M IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
ROMA, MINGGU – Setelah menanti selama satu dekade, Lazio akhirnya bisa bertengger kembali di puncak klasemen Liga Italia. Kini, pelatih “Si Elang” Simone Inzaghi memiliki tugas untuk menjaga momentum tren positif tim asuhannya yang belum terkalahkan dalam 21 pertandingan di kompetisi kasta tertinggi sepakbola “Negeri Pizza” itu.
Di tengah inkonsistensi Juventus, yang telah menderita empat kekalahan di dua bulan awal 2020; serta padatnya jadwal bertanding Inter Milan, yang memiliki dua laga tunda akibat penyebaran virus korona; Lazio berada dalam kondisi ideal dan terbaik. Mereka belum terdampak penundaan pertandingan hingga pekan ke-26. Selain itu, Ciro Immobile dan kolega hanya menyisakan fokus di Liga Italia.
Ujian pertama untuk memanfaatkan momentum itu telah dilalui dengan baik oleh Lazio. Anak asuhan Simone Inzaghi itu menang 2-0 atas tim tamu, Bologna, pada pekan ke-26 Liga Italia di Stadion Olimpico, Roma, Sabtu (29/2/2020) malam. Gol dari Joaquin Correa dan Luis Alberto menerbangkan “Si Elang” menuju pucuk Liga Italia untuk menggeser “Si Nyonya Besar”.
Untuk sementara, Lazio mengemas 62 poin dan unggul dua poin dari Juventus yang absen bertanding pekan ini karena penundaan laga Derby d’Italia, yaitu kontra Inter,akibat ancaman wabah korona (Covid-19) di Italia utara.
“Yang terpenting bagi kami ialah fokus pada setiap pertandingan untuk menjaga kesempatan berada di puncak klasemen,” kata Direktur Lazio Igli Tare seperti dikutip Sky Sport Italia.
Namun, untuk mampu tampil maksimal di 11 laga Liga Italia tersisa musim ini, Lazio harus mampu menunjukkan mentalitas juara. Setidaknya, Si Elang pernah memiliki pengalaman historis tentang kokohnya mental mereka. Pada musim 1999/2000, Lazio meraih gelar scudetto trofi juara Liga Italia untuk kedua kalinya dalam sejarah klub itu setelah menang atas Reggina di laga pamungkas liga musim itu. Adapun sang rival saat itu, Juventus, tumbang atas Perugia yang kala itu diperkuat Hidetoshi Nakata.
Kenangan dua dekade
Sven-Goran Eriksson, pelatih yang membawa Lazio meraih scudetto dua puluh tahun silam, mengungkapkan, keunggulan utama anak asuhannya kala itu ialah setiap pemain memiliki mental juara. Pemain, seperti Pavel Nedved, Juan Sebastian Veron, Diego Simeone, Sinisa Mihajlovic, Marcelo Salas, dan Roberto Mancini, menjadi pilar utama bagi Si Elang untuk menguasai Italia di tahun pergantian milenium.
Hebatnya pula, saat itu, Lazio juga meraih gelar Piala Italia di awal musim panas tahun 2000. “Para pemain bisa memenangkan laga dengan diri mereka sendiri. Saat itu, Lazio tidak hanya memiliki seorang pemimpin. Kami memiliki 11 pemimpin. Dan, lihatlah beberapa pemain itu telah menjadi pelatih yang hebat,” ujar Eriksson seperti dikutip The Guardian.
Sementara itu, Inzaghi menilai, anak asuhannya saat ini memiliki atmosfer yang sama dengan kondisi Lazio di era Eriksson. Inzaghi tentu paham betul kondisi kamar ganti Si Elang ketika meraih scudetto dua dekade silam. Ia merupakan salah satu bagian dari tim terbaik Lazio saat itu.
Menghadirkan kondisi stabil para pemain menjadi prioritas Inzaghi ketika mulai menukangi Lazio empat tahun lalu. Rasa persaudaraan dan kolektivitas para pemain menjadi bekal Inzaghi untuk melakukan rotasi pemain.
“Saya melihat para pemain saling peduli satu sama lain. Mereka (pemain) juga menerima ketika saya membuat putusan sulit setiap harinya untuk menentukan 11 pemain mula di pertandingan. Saya jadi teringat, kami juga selalu mendengar dan menerima keputusan yang dibuat Eriksson,” ujar Inzaghi.
Saya melihat para pemain saling peduli satu sama lain. Saya jadi teringat, kami juga selalu mendengar dan menerima keputusan yang dibuat Eriksson
Penyerang Lazio, Correa, mengamini Inzaghi. Ia mengungkapkan, persaudaraan antarpemain menjadi pondasi utama Si Elang tampil luar biasa musim ini. Meskipun harus bersaing dengan Ciro Immobile dan Felipe Caicedo untuk menjadi pilihan utama di lini depan, lanjut Correa, dirinya bersama Immobile dan Caicedo saling mendukung satu sama lain.
Tidak hanya atmosfer pemain yang serupa dibanding tahun 2000. Aparel kostum Lazio, Macron, sejak Januari lalu, juga mengeluarkan kostum khusus untuk memperingati hari jadi Si Elang ke-120 pada tahun ini. Kostum utama berwarna biru langit itu memiliki desain dan motif yang serupa dengan kostum kandang ketika terakhir kali Lazio mengangkat trofi scudetto.
Kontroversi penundaan
Kepastian Lazio bisa menduduki capolista atau puncak klasemen di Liga Italia tidak lepas dari ditundanya laga antara Juventus kontra Inter di Turin yang sedianya digelar Senin (2/3/2020) dini hari WIB. Pertandingan bergengsi itu lantas ditunda pada 13 Mei mendatang.
Keputusan penundaan laga di Liga Italia itu ditentang Direktur Inter Beppe Marotta. Menurut dia, Lega Calcio, penyelenggara Liga Italia, mengambil keputusan secara sepihak yang tidak mempertimbangkan masukan dari 20 tim di Serie A.
Selain penundaan di pekan ke-26 menghadapi Juve, Inter telah mengalami penundaan satu pertandingan lainnya, yaitu melawan Sampdoria di pekan ke-25. Akibat penundaan itu, Inter akan menjalani agenda padat di bulan Mei. Tanggal 13 Mei akan melawan Juve, lalu 17 Mei menghadapi Napoli, dan 24 Mei menjamu Atalanta. Apabila Inter lolos ke babak final Piala Italia, maka laga perebutan trofi akan dilaksanakan pada 20 Mei.
“Jika ada penundaan lagi, kita terancam tidak bisa menyelesaikan liga sesuai jadwal. Operator liga harus mempertimbangkan cedera, larangan bermain, dan aspek psikologis pemain. Kondisi motivasi tim yang menjalani laga tunda akan berbeda dibandingkan pertandingan yang dilangsungkan sesuai jadwal,” ucap Marotta.
Sementara itu, Presiden Juventus Andrea Agnelli mengatakan, keputusan untuk penundaan laga tidak lepas dari pertimbangan matang seluruh pemangku kepentingan di Italia. Meskipun penundaan itu tidak mudah diterima, ia menilai aspek kesehatan masyarakat secara umum tetap harus diutamakan. “Kami akan beradaptasi dengan seluruh kebijakan (penundaan pertandingan) itu,” katanya.
Adapun Juve meniadakan aktivitas latihan pada Sabtu dan Minggu, baik untuk tim utama dan tim U-23. Bahkan, seluruh skuad Juve U-23 yang berkompetisi di Serie C dilarang untuk keluar rumah mereka hingga 8 Maret mendatang. Hal itu untuk mengantisipasi penyebaran virus korona di Continassa, pusat latihan Juventus.
Pasalnya, Juve U-23 melakukan laga terakhir Serie C, 23 Februari lalu, melawan US Pianese. Seperti diberitakan sebelumnya, sebanyak tiga pemain Pianese positif terserang virus korona dari hasil tes kesehatan, pekan lalu. Tetapi, ketiga pemain itu tidak bermain dalam pertandingan yang dimenangkan tim muda Juve 1-0. (AFP)