Siniar atau Podcast kian menjadi pilihan untuk menghadirkan konten secara ringkas dan informatif bagi masyarakat. Peluang bisnis dari siniar masih bisa dieksplorasi.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
Siniar atau Podcast memiliki peluang bisnis prospektif di tengah pusaran perekonomian digital. Tak hanya dari sisi pemasangan iklan, tetapi juga dapat menjadi sarana bagi pelaku usaha mempromosikan produk.
Berdasarkan hasil survei Box2Box Data Labs yang dipaparkan pekan lalu, 96,14 persen dari seluruh responden secara umum sudah tahu tentang siniar. Survei yang digelar secara dalam jaringan ini melibatkan 2.874 responden di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Semarang, Bali, Medan, Makassar, Palembang, dan Padang.
Dari profil pendidikan, 51,76 persen responden merupakan lulusan sarjana atau strata 1. Sebanyak 50,9 persen responden di kelompok usia 21-25 tahun.
Menurut Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira, siniar memiliki daya tawar berbeda sebagai konten. Selain itu, konsumen dapat mendengarkannya secara on-demand. ”Konten siniar berupa audio sehingga pendengar dapat menyambinya dengan melakukan hal-hal lain,” katanya saat dihubungi, Minggu (1/3/2020).
Berdasarkan penelitian itu, alasan mendengarkan siniar yang menjadi pilihan teratas responden adalah bisa didengarkan sesukanya. Alasan kedua dan ketiga adalah mengisi waktu luang dan mendapatkan konten yang bervariasi.
Dalam perekonomian digital, Bhima memperkirakan, siniar dapat menggeser konten-konten yang disajikan di media sosial, seperti Facebook dan Instagram. Siniar memegang pasar konsumen yang ingin mendapatkan konten tanpa harus terlalu sering melihat layar.
Bhima menggambarkan, ketika sedang menyetir dan berada di tengah kemacetan, siniar lebih berdaya tarik untuk diakses ketimbang foto, gambar, atau video yang ditawarkan media sosial lainnya. Menurut riset Box2Box Data Labs, 93,43 persen menggunakan ponsel untuk mendengarkan siniar.
Tak hanya sebagai sarana untuk beriklan, Bhima berpendapat, siniar dapat menjadi sarana pemasaran yang dapat disiarkan sendiri oleh pelaku usaha, terutama dari kelompok mikro, kecil, dan menengah. ”Pemasaran produk yang dikemas lewat siniar dapat menarik perhatian generasi milenial yang menjadi target pasar. Namun, pemasarannya mesti bersifat soft-selling,” katanya.
Menurut Founder Box2Box Pangeran Siahaan, pendengar tak keberatan jika iklan dan konten pemasaran terselip secara tersirat dalam siniar. Selain tarif iklan, pendapatan siniar bagi penyiar dan timnya juga bisa bersumber dari kemitraan eksklusif dengan platform distribusi siaran, seperti Spotify.
Mengutip laman AdvertiseCast, rata-rata tarif beriklan di siniar di level internasional 18 dollar AS per 1.000 pendengar selama 30 detik dan 25 dollar AS per 1.000 pendengar selama 1 menit. Nilai itu masing-masing setara dengan Rp 256.212 dan Rp 355.850 menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate.
Pangeran berpendapat, masih banyak ragam peluang dan skema berbisnis lewat siniar yang belum dieksplorasi. Potensi ini berdasarkan ruang pertumbuhan jumlah penyiar siniar dan pendengarnya masih masih terbuka lebar.
Serius menggeluti
Sejumlah penyiar serius menggeluti produksi siniar meskipun perolehan bisnis bukan menjadi prioritasnya. Misalnya Putu Indy Gardian dan Agil Gozal, kreator-kreator siniar berjudul ”Interupsi!”.
Keseriusan itu terlihat dari pembuatan studio mini serta pembelian alat-alat rekaman dan pengolahan suara. ”Melalui siniar, kami ingin menghadirkan cerita-cerita yang memberikan perspektif baru bagi pendengar,” kata Agil.
Secara teknis, Putu menyebutkan, pembuatan studio beserta pembelian alat-alat rekaman demi menghadirkan siniar dengan suara yang jernih. Namun, studio mini tersebut juga dapat menjadi peluang bisnis untuk disewakan bagi kreator-kreator siniar yang membutuhkan tempat rekaman.
Melalui siniar, kami ingin menghadirkan cerita-cerita yang memberikan perspektif baru bagi pendengar
Bagi Pendiri Wewomen.id, Tiara Annisaa, siniar dapat membuka peluang untuk berkolaborasi dan bermitra. Menurut dia, siniar dapat menjadi jendela dan pintu untuk membangun jaringan antarsesama social-enterprise. Ia dan temannya memproduksi siniar berjudul ”Insight by wewomen.id”.
Tiara mengatakan, siniar merupakan sarana untuk membagikan pandangan-pandangan bagi perempuan Indonesia agar mampu meningkatkan potensi dan kapasitasnya serta mengembangkan dirinya, baik sebagai pekerja, ibu rumah tangga, maupun wirausaha. ”Peningkatan potensi dan kapasitas itu diharapkan dapat menyadarkan perannya dalam berkontribusi bagi perekonomian nasional,” katanya. (JUD)