Kala memasuki perairan Yunani, penumpang perahu diduga sengaja membalikkan perahu tersebut. Akibatnya, para penumpang jatuh ke laut dan sebagian tenggelam. Di antara penumpang itu ada anak berusia 7 tahun.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
ATHENA, SELASA — Seorang anak pengungsi tewas karena tenggelam di perairan Yunani, Senin (2/3/2020). Anak itu menjadi migran pertama yang tewas dalam krisis pengungsi di perbatasan Yunani-Turki beberapa hari terakhir.
Pasukan Penjaga Pantai dan Laut (Palapa) Yunani menyebutkan, anak itu berada di dalam perahu karet yang memuat 48 orang. Kala memasuki perairan Yunani, penumpang perahu diduga sengaja membalikkan perahu tersebut.
Akibatnya, para penumpang jatuh ke laut dan sebagian tenggelam. Di antara penumpang itu ada anak berusia 7 tahun dan ditemukan dalam keadaan tidak sadar. Upaya untuk menolongnya gagal dan anak itu dinyatakan tewas.
Palapa Turki menuding Palapa Yunani sengaja mengusir perahu-perahu pengungsi. Ankara mengklaim berusaha membantu pengungsi yang perahunya disasar Athena. Turki menuding Yunani melepaskan tembakan peringatan dan mendorong perahu-perahu pengungsi dengan galah.
Sepanjang Senin, 4.354 pengungsi dihalau Yunani kembali ke Turki. Para pengungsi itu berusaha meninggalkan Turki untuk menuju Eropa melalui Yunani. Mereka menggunakan jalur darat dan air dengan memotong kawat pagar perbatasan atau naik perahu karet.
Polisi Yunani melepaskan gas air mata untuk membubarkan kerumunan pengungsi yang berusaha masuk Yunani. Pengungsi membalasnya dengan melemparkan aneka benda.
Presiden Turki Reccep Tayyip Erdogan menuding dua migran tewas dan tiga lainnya cedera karena kekerasan oleh aparat Yunani. Juru bicara Pemerintah Yunani Stelios Petsas membantah tudingan itu. Ia menyebut pernyataan itu sebagai kabar kibul.
Lebih lebar
Menurut Erdogan, pemimpin sejumlah negara menghubunginya. Mereka mendesak Erdogan menutup perbatasan. ”Sudah telanjur, gerbang sudah dibuka. Anda harus ikut menanggung beban. Jumlah orang yang menuju perbatasan akan segera mencapai jutaan,” kata Erdogan.
Menteri Pembangunan Yunani Adonis Georgiadis menyatakan, negaranya menghadapi invasi terorganisasi oleh negara asing. Ia tidak menjelaskan lebih lanjut soal pernyataan itu.
Sejak pekan lalu, arus pengungsi bergerak menuju perbatasan Turki-Yunani. Aneka mobil membawa para pengungsi dari berbagai kota Turki menuju perbatasan Turki-Yunani. Kini, Turki menampung 3,6 juta pengungsi Suriah. Selain itu, masih ada pengungsi dari negara lain.
Pada 2016, Turki dan Eropa menyepakati pembagian anggaran untuk penanganan pengungsi. Eropa memberi uang, Turki menampung mereka. Erdogan berulang kali menyatakan, Eropa mengingkari janjinya sehingga Turki harus menanggung sendiri beban pengungsi yang terus bertambah.
Arus pengungsi dari Suriah dikhawatirkan akan bertambah seiring peningkatan ketegangan di Idlib. Pemerintah Suriah berusaha merebut kembali provinsi terakhir yang dikuasai kubu oposisi itu. Dibantu Rusia, Suriah terus merebut lokasi-lokasi yang diduduki kubu oposisi dan kelompok bersenjata lainnya.
Sebagian milisi oposisi disokong Turki yang secara terbuka mengerahkan pasukan pendudukan dan aneka persenjataan. Hingga Selasa, sudah 35 tentara pendudukan Turki tewas di Idlib. Ankara marah dan berusaha membalas Damaskus.
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan memahami apabila Erdogan merasa sudah kewalahan oleh jumlah pengungsi di negara. Selain itu, Rusia juga harus didorong agar mau terlibat dalam gencatan senjata di Suriah. ”Saya paham, Pemerintah Turki mengharapkan lebih banyak dari Eropa,” katanya.
Jerman bersama Perancis kini berusaha mempertemukan Rusia dan Turki untuk mengatasi masalah di Suriah. Upaya itu merupakan langkah lain yang dicoba dalam menangani krisis di Suriah
Namun, ia menyatakan tidak bisa menerima jika Turki memainkan kartu pengungsi. Komisioner Uni Eropa untuk urusan Migrasi, Margaritis Schinas, menyatakan bahwa tidak ada satu pun bisa memeras dan menekan Uni Eropa. (AP/REUTERS)