Antisipasi Penyebaran Covid-19, Fasilitas Rumah Sakit di Jawa Barat Ditingkatkan
›
Antisipasi Penyebaran...
Iklan
Antisipasi Penyebaran Covid-19, Fasilitas Rumah Sakit di Jawa Barat Ditingkatkan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyiapkan 52 rumah sakit untuk menangani pasien dalam pengawasan Covid-19. Fasilitas rumah sakit akan ditingkatkan, terutama kesiapan ruang isolasi untuk menampung pasien.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyiapkan 52 rumah sakit untuk menangani pasien dalam pengawasan Covid-19. Fasilitas rumah sakit akan ditingkatkan, terutama kesiapan ruang isolasi untuk menampung pasien suspek virus korona jenis baru tersebut.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, 52 rumah sakit itu sudah memiliki ruang isolasi. Namun, pihaknya akan mendata ulang kelengkapan peralatan di ruang isolasi.
“Akan dicek apakah ruang isolasi itu sudah memenuhi standar atau belum. Apalagi belum semua rumah sakit mempunyai peralatan pendukung seperti ventilator,” ujarnya dalam Rapat Penanganan Virus Korona bersama perwakilan dinas kesehatan se-Jabar, di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (3/3/2020).
Kamil mengatakan, di Jabar terdapat tujuh rumah sakit yang menjadi rujukan untuk menangani pasien suspect Covid-19. Ketujuh rumah sakit itu adalah RS Hasan Sadikin (Kota Bandung), RS Dr Slamet (Kabupaten Garut), RS Gunung Jati (Kota Cirebon), RS Paru Dr H A Rotinsulu (Kota Bandung), RS R Syamsudin (Kota Sukabumi), RSUD Indramayu, dan RSUD Subang.
“Rumah sakit rujukan itu yang sangat siap dengan perawatannya. Kapasitas ruang isolasi di ketujuh rumah sakit tersebut sekitar 30 tempat tidur,” ujarnya.
Kamil mengatakan, selain dua pasien asal Kota Depok yang positif terinfekasi Covid-19, sejumlah rumah sakit di Jabar sudah menangani 24 pasien dalam pengawasan Covid-19. Ke-24 pasien tersebut dinyatakan negatif Covid-19.
Jalur pasien yang dirujuk harus langsung menuju ruang isolasi. Tujuannya untuk mengantisipasi penyebaran virus ke ruangan lain
“Termasuk pasien yang meninggal di Cianjur. Setelah dikonfirmasi, bukan karena Covid-19. Pasien mempunyai riwayat penyakit paru-paru,” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Jabar Berli Hamdani Gelung Sakti mengatakan, kapasitas ruang isolasi di 52 rumah sakit tersebut sekitar 300 tempat tidur. Namun, dia belum dapat memastikan semuanya dapat digunakan untuk menangani pasien suspect Covid-19.
“Kami menunggu datanya dari rumah sakit hingga Jumat (6/3). Dari data itu akan ditentukan berapa rumah sakit yang mempunyai ruang isolasi standar dan berapa yang perlu ditingkatkan,” ujarnya.
Berli meminta pihak rumah sakit mengajukan pengadaan peralatan untuk ruang isolasi. Namun, tidak semua ruang isolasi harus dilengkapi ventilator karena bergantung dengan kondisi pasien.
“Peralatan lainnya adalah ambulans dan alat pelindung diri bagi tenaga medis. Ini juga harus standar agar dokter dan tenaga kesehatan yang menangani pasien tetap terlindungi,” ujarnya.
Direktur Utama RS Hasan Sadikin Nina Susana Dewi mengatakan, selain peningkatan fasilitas ruang isolasi, setiap rumah sakit juga wajib menerapkan standar operasional untuk menangani pasien dalam pengawasan Covid-19. Salah satunya dengan menyiapkan transportasi dan jalur khusus.
“Jalur pasien yang dirujuk harus langsung menuju ruang isolasi. Tujuannya untuk mengantisipasi penyebaran virus ke ruangan lain,” ujarnya.
Nina mengatakan, RSHS mempunyai 12 ruang isolasi. Lima ruangan dilengkapi dengan ventilator, sementara tujuh ruangan lainnya tanpa ventilator.
Pusat krisis
Pemprov Jabar juga membentuk Crisis Center Covid-19. Salah satu tujuannya untuk memastikan informasi terkait penyebaran Covid-19.
Kamil mengatakan, masyarakat dapat menghubungi nomor kontak 119 dan 08112093306 untuk menanyakan informasi terkait Covid-19. “Warga juga dapat menghubungi nomor tersebut jika membutuhkan ambulans untuk mengangkut pasien yang mengalami gejala Covid-19,” ujarnya.
Mantan Wali Kota Bandung itu berharap masyarakat tidak merespons dengan ketakutan berlebihan setelah adanya pasien positif Covid-19 di Depok. Menurut dia, penyebaran virus dapat diminimalisir dengan meningkatkan daya tahan tubuh.
“Waspada, tetapi tetap rasional. WHO (organisasi kesehatan dunia) menyampaikan, orang sehat tidak perlu menggunakan masker. Jadi tidak perlu memborong membeli masker,” ujarnya.