Bali Jangan Sepi
Bali masih ramai. Tidak sepi, kok. Sepi dari wisatawan China, iya. Tapi, Bali tidak sepi. Pariwisata Bali masih aman dikunjungi dan menjadi pilihan destinasi wisatawan domestik dan mancanegara.
Sederetan penjelasan berkali-kali dikatakan Kepala Dinas Pariwisata Bali Putu Astawa di Denpasar, Jumat (14/2/2020). ”Ini imbas dari virus tipe baru korona. China pastinya bakalan turun sekitar 25 persen. Tapi optimistis pangsa pasar wisatawan negara lain masih baik-baik saja. Hal ini menjadi permasalahan dunia, tidak hanya Indonesia,” katanya.
Ya, ketika adanya penyebaran virus korona baru (corona virus desease/Covid-19) merebak dan merembet ke negara-negara tetangga, kalangan dunia usaha pariwisata tiba-tiba tersentak. Beberapa kalangan langsung melempar kesedihan karena bakalan Bali sepi. Padahal, Bali seakan dilarang sepi, kecuali ketika merayakan hari raya umat Hindu Bali, Hari Raya Nyepi.
Turun, ya, memang turun. Sepekan semenjak pemerintah menetapkan menutup sementara penerbangan dari dan ke China, 5 Februari 2020, kesibukan di ruang penjemputan terminal internasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, bisa dipastikan sepi dari bus-bus rombongan wisatawan asal China. Kebiasaan turis asal China ini datang dalam rombongan besar.
Beberapa hotel bintang satu sampai bintang lima pun mulai sepi. Wisatawan China di Bali merata dan memang sebagian orang termasuk menengah ke atas
Berdasarkan data Angkasa Pura I Ngurah Rai, kedatangan wisatawan asing mulai 5 Februari 2020 sampai 13 Februari 2020 adalah 128.982 orang. Dalam periode yang sama tahun 2019, jumlah wisatawan asing ke Bali masih 160.188 orang. Sepanjang tahun 2019, ada 1,19 juta wisatawan China datang ke Bali. Mereka merupakan wisatawan terbanyak kedua setelah Australia.
Tentu saja hal ini menjadi perhatian Pemerintah Provinsi Bali serta kalangan pelaku pariwisata. Kantor Bank Indonesia Bali mencatat, wisatawan China tahun 2017 berwisata di Bali antara 3 hari dan 7 hari berbelanja sekitar 1.000 dollar AS (Rp 14,5 juta) per orang. Memang nilai belanja mereka masih di bawah pengeluaran wisatawan asing lain di Bali.
Meskipun demikian, penutupan penerbangan dari dan ke China bisa dibayangkan berapa potensi kehilangan penghasilan per bulan. Sementara beberapa kalangan pelaku pariwisata memperkirakan, Covid-19 mereda mungkin pada Agustus 2020. Beberapa hotel bintang satu sampai bintang lima pun mulai sepi. Wisatawan China di Bali merata dan memang sebagian orang termasuk menengah ke atas.
Namun, General Manager Wyndham Taman Sari Jivva Bali Indra Budiman justru menjadikan kondisi ini sebagai tantangan. ”Kondisi ini dialami semua kalangan wisata di dunia. Ya, mari bersama-sama berinovasi menggaet pangsa pasar selain China,” katanya. Ia tidak mengelak jika isu korona menjadikannya sibuk menjawab pertanyaan calon tamu resor bintang lima satu-satunya di Kabupaten Klungkung itu.
Belakangan ini, Indra dengan sabar menjawab berbagai pertanyaan calon-calon tamu seputar keamanan Bali dari virus ini. Konsul Jenderal China untuk Denpasar Guo Haodong berterima kasih kepada warga Bali yang mau memahami kondisi ini. ”Jika semua mereda, warga China tetap memfavoritkan Bali. Percayalah, Bali itu indah sekali,” katanya.
Belum selesai membahas nasib pariwisata dengan adanya imbas Covid-19 yang pertama ditemukan di Wuhan, China, ada pula isu dugaan demam babi afrika (ASF) menyerang ternak babi di Bali. Kali ini, giliran peternak babi dan pengusaha kuliner khas Pulau Dewata, babi guling, yang terenyak.
Memang isu ASF tidak seluas Covid-19 dampaknya. Apalagi para ahli menyatakan tidak akan menular ke manusia. Akan tetapi, pemerintah setempat sempat gundah dan menggelar makan bersama sajian babi guling untuk memperlihatkan aman dikonsumsi. Bali begitu sensitif terhadap isu apa pun apalagi berkaitan dengan pariwisata.
Pengamat sosial dan kajian budaya Universitas Udayana, Ras Amanda Gelgel, berpendapat, media sosial berperan menjadikan Bali sepi dari kunjungan wisatawan mancanegara. ”Percaya, Bali ini kuat. Jika semua bisa bekerja sama dan optimistis pasti semua berakhir baik. Bali memiliki potensi dan media sosial yang mengeluarkan cerita miring mampu ditangkal dengan aksi yang baik,” tutur Amanda.
Begitu pula Kepala Perwakilan Bank Indonesia Bali Trisno Nugroho yang berulang kali memberikan rekomendasi agar Bali memperkuat potensi pariwisatanya dengan pertanian. Pertanian Bali jika dibangun dan dipertahankan dengan baik, mampu mengimbangi kekuatan pariwisata alam Bali.
Berharap pulih
Denting genta dan lantunan mantra mengiringi persembahyangan bersama di halaman depan Pura Besakih di Karangasem, Bali, Minggu (23/2/2020). Tiga pendeta Hindu memimpin prosesi ritual dan persembahyangan bersama yang digelar Pemerintah Provinsi Bali dengan masyarakat dan kalangan pengusaha pariwisata di Bali.
Persembahyangan bersama di halaman depan atau bencingah, Pura Besakih dilangsungkan sebagai langkah niskala untuk memulihkan kembali keseimbangan alam dan memberikan kesejahteraan bagi seluruh makhluk di bumi, khususnya di Bali.
Terlebih belakangan ini, Bali sedang menghadapi situasi ”krisis” akibat ancaman penyakit, yakni penyakit yang mengancam jiwa manusia diakibatkan virus korona baru dan penyakit hewan ASF yang mematikan ternak babi.
”Secara niskala, upacara ini bertujuan mengembalikan keseimbangan alam di tengah kondisi yang ekstrem, cuaca ekstrem, wabah merebak, termasuk wabah akibat virus korona baru,” kata Jero Mangku Widiarta, Kepala Desa (Bendesa) Adat Besakih, Karangasem, menjelang persembahyangan bersama di bencingah Pura Besakih, Minggu.
Mangku Widiarta menyatakan, upacara dimaksudkan untuk menetralkan dan menyeimbangkan kembali hubungan antara manusia sebagai bagian bhuwana alit dan alam semesta atau bhuwana agung serta Sang Pencipta. Ritual upacara dan persembahyangan di halaman depan Pura Besakih dinamai Karya Pamelepeh lan Pamahayu Jagat.
Upacara dijalankan dalam kondisi tertentu dengan tujuan memohon kepada Tuhan Maha Kuasa agar dunia dianugerahkan ketenteraman, kebaikan, dan kesejahteraan. Waktu upacaranya pun dipilih pada hari baik, yakni ketika bulan mati (tilem) pada hari Redite (Minggu) Wage Kuningan Sasih Kaulu, yang dikenal masyarakat Bali sebagai hari ulihan galungan.
Persembahyangan diikuti Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Wakil Kepala Kepolisian Daerah Bali Brigadir Jenderal (Pol) I Wayan Sunartha, Konsul Jenderal China di Denpasar Guo Haodong, dan pemangku kepentingan di Bali. Prosesi upacara dan persembahyangan bersama itu dipimpin tiga pendeta Hindu, yaitu dari Pandita Siwa, Pandita Budha, dan Sri Bhagawan.
Upaya strategis
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali dan Bali Tourism Board (BTB) Ida Bagus Agung Partha Adnyana mengatakan, pelaksanaan Karya Pamelepeh lan Pamahayu Jagat di Pura Besakih juga menjadi upaya strategis pemerintah dan masyarakat, termasuk kalangan pariwisata Bali, untuk menunjukkan kepada khalayak luas tentang situasi Bali yang aman dan masyarakatnya tetap optimistis di tengah-tengah kondisi yang penuh tantangan.
Adnyana menambahkan, wabah penyakit akibat Covid-19 baru diyakini berdampak terhadap pariwisata global, termasuk Indonesia dan Bali. Adnyana menyebutkan, Bali berpotensi kehilangan sekitar 18 persen hingga 25 persen wisatawan mancanegara dari jumlah seluruh kunjungan wisatawan mancanegara ke Pulau Dewata yang mencapai 6,27 juta kunjungan pada 2019.
”Pasar wisatawan mancanegara China menyumbangkan sekitar 20 persen,” kata Adnyana. Berkait hal ini, Pemprov Bali terus berupaya menjaga agar tingkat kunjungan wisatawan tidak turun. Wakil Gubernur Bali Tjok Oka menerangkan, Pemerintah Provinsi Bali mencanangkan visi dan misi membangun Bali secara sekala dan niskala.
Dalam kaitannya dengan penanganan ancaman penyakit akibat Covid-19, ujar Tjok Oka, Pemprov Bali sudah menerapkan langkah pencegahan, di antaranya, pendeteksian dini melalui pemasangan alat pengukur suhu (thermal scanner) di pintu-pintu masuk pelabuhan dan bandara internasional Bali serta penyiapan rumah sakit rujukan penanganan kasus penyakit tersebut. ”Sampai saat ini belum ada kejadian (kasus korona baru) di Bali,” kata Tjok Oka seusai persembahyangan itu.
Menjaga harmoni
Dari sisi niskala, menurut Tjok Oka, pemerintah dan masyarakat Bali meyakini pentingnya menjaga hubungan harmonis dan selaras antara manusia dan manusia, antara manusia dan lingkungan, dan antara manusia dan Tuhan.
”Oleh sebab itu, kami menggelar persembahyangan melalui upacara di bencingah (halaman depan) Pura Besakih untuk memohon kepada Tuhan agar Bali secara khusus dan negara kita dilindungi,” kata Tjok Oka. ”Termasuk kepada saudara-saudara kita di China yang sedang tertimpa musibah dengan adanya wabah korona itu agar cepat dipulihkan dan dikembalikan kondisinya seperti sediakala,” ujar Tjok Oka menambahkan.
Konsul Jenderal China di Denpasar Gou Haodong menyampaikan ucapan terima kasih kepada masyarakat dan Pemerintah Provinsi Bali serta Indonesia atas segala bentuk perhatian dan dukungannya kepada masyarakat China, khususnya warga di Wuhan. Gou menyatakan akan memberitakan segala bentuk dukungan masyarakat dan pemerintah daerah Bali itu ke Pemerintah China dan masyarakat di China.
”Saya percaya kegiatan sembahyang hari ini akan memberikan makna dan manfaat yang baik demi membaiknya kondisi di China,” kata Gou di Pura Besakih, Karangasem, Minggu. ”Saya juga percaya, setelah kondisi di China pulih, masyarakat China akan kembali datang ke Bali. Kami menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Bali,” ujar Gou.