Erupsi Merapi Didominasi Gas, Warga Diminta Tetap Tenang
›
Erupsi Merapi Didominasi Gas, ...
Iklan
Erupsi Merapi Didominasi Gas, Warga Diminta Tetap Tenang
Erupsi Gunung Merapi pada Selasa (3/3/2020) pagi didominasi gas vulkanik. Ke depan, Merapi tetap berpotensi erupsi meski ancamannya masih berupa awan panas dan lontaran material vulkanik dengan radius 3 km dari puncak.
Oleh
haris firdaus/nino citra anugrahanto
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Erupsi Gunung Merapi pada Selasa (3/3/2020) pagi didominasi gas vulkanik. Ke depan, Merapi tetap berpotensi erupsi meski ancamannya masih berupa awan panas dan lontaran material vulkanik dengan radius 3 kilometer dari puncak.
”Seperti sebelumnya, erupsi kali ini didominasi gas,” kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida saat ditemui di Yogyakarta, Selasa.
Hanik menjelaskan, tekanan gas itu muncul karena proses intrusi atau naiknya magma menuju permukaan. ”Gas yang ada itu berasal dari proses intrusi magma,” katanya.
Hanik memaparkan, sebelum erupsi kali ini terjadi, tidak ada prekursor atau gejala awal yang jelas. Pada Senin (2/3/2020), aktivitas kegempaan di Merapi tidak tergolong tinggi. Hanya ada 1 kali gempa vulkanik dalam 8 kali gempa fase banyak, 2 kali gempa frekuensi rendah, serta 1 kali gempa embusan. Selain itu, tidak terpantau juga adanya deformasi atau perubahan bentuk tubuh Merapi.
Hanik menambahkan, Gunung Merapi masih berpotensi erupsi. Namun, ancaman bahayanya diperkirakan masih sama, berupa awan panas dan lontaran material vulkanik dengan radius 3 km dari puncak.
”Ancaman pada saat ini masih ada di radius 3 km. Silakan masyarakat beraktivitas seperti biasa di luar radius itu. Jangan termakan kabar bohong,” ucapnya.
Berdasarkan data BPPTKG, erupsi Merapi kali ini beramplitudo 75 milimeter dan durasi 450 detik. Saat peristiwa itu terjadi, teramati kolom erupsi setinggi sekitar 6.000 meter di atas puncak gunung. Dilaporkan juga adanya awan panas guguran yang meluncur sejauh 2 km ke hulu Kali Gendol di Kabupaten Sleman.
Menurut Hanik, saat erupsi terjadi, angin mengarah ke utara dan timur. Berdasarkan data BPPTKG, hujan abu dilaporkan terjadi dalam radius 10 km dari puncak. Hujan abu terjadi di sisi utara Merapi, misalnya Kecamatan Musuk dan Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jateng. Selain itu, hujan abu bercampur pasir juga dilaporkan terjadi di Desa Mriyan, Kecamatan Musuk, Boyolali. Desa tersebut berjarak sekitar 3 km dari puncak Gunung Merapi.
Pergerakan warga
Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman Makwan menyampaikan, hingga pukul 07.30 tidak ada laporan hujan abu vulkanik yang terjadi di lereng Merapi di wilayah Sleman.
Makwan mengakui, sesudah erups, sempat ada pergerakan warga di Dusun Kalitengah Lor dan Dusun Kalitengah Kidul, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, menuju titik kumpul evakuasi. Warga bergerak dengan kendaraan pribadi.
Hingga pukul 07.30 tidak ada laporan hujan abu vulkanik yang terjadi di lereng Merapi di wilayah Sleman.
”Warga sempat kaget dengan erupsi pagi tadi, tetapi sekarang sudah normal kembali. Situasi sudah kondusif dan warga beraktivitas lagi seperti biasa,” kata Makwan.
Makwan mengungkapkan, langkah lanjutan yang dilakukan BPBD Sleman adalah mengirimkan masker ke beberapa dusun di Desa Glagaharjo, yakni Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, dan Dusun Srunen. Masker yang dikirimkan berjumlah 1.000 buah.
”Warga diminta untuk tetap tenang. Kami sudah dropping masker ke beberapa wilayah tadi untuk kesiapsiagaan,” ucap Makwan.