Guguran Awan Panas Gunung Semeru Meluncur Sejauh 3 Kilometer
›
Guguran Awan Panas Gunung...
Iklan
Guguran Awan Panas Gunung Semeru Meluncur Sejauh 3 Kilometer
Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Selasa (03/03/2020), pukul 17.33 WIB mengalami guguran awan panas dengan jarak luncur 3 kilometer (km). Status Semeru tetap waspada level II.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·4 menit baca
MALANG, KOMPAS – Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Selasa (03/03/2020), pukul 17.33 WIB mengalami guguran awan panas dengan jarak luncur 3 kilometer (km). Guguran awan panas tersebut berpusat dari ujung lidah lava yang luruh karena ketidakstabilan material. Hingga kini status Semeru tetap waspada level II.
Hal itu dijelaskan oleh Kepala Pos Pantau Gunung Sawur di Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Liswanto, Selasa (03/03/2020). “Iya, ada guguran awan panas, pusatnya dari ujung lidah lava, tanpa diawali erupsi. Itu semua murni ketidakstabilan, akibat tumpukan material di atas,” kata Liswanto.
Guguran awan panas itu, menurut Liswanto, memiliki amplitudo maksimal 23 milimeter (mm) dengan lama gempa 540 detik. Luncuran guguran awan panas tersebut menjangkau sejauh 3 km. Meski begitu, status Semeru tetap waspada level II.
Menurut pria yang sudah 25 tahun menjadi pengamat gunung api tersebut, jarak luncuran awan panas Semeru sejauh 3 kilometer (km) dari kubah lava. “Kondisinya tetap aman, karena saat ini dalam status waspada seperti sekarang ini, jarak aman sektoral adalah 4 kilometer (km) di sektor lereng Selatan-Tenggara kawah aktif, yang merupakan wilayah bukaan kawah aktif Gunung Semeru (Jonggring Saloko) sebagai jalur luncuran awan panas,” kata Liswanto.
Kondisinya tetap aman, karena saat ini dalam status waspada seperti sekarang ini, jarak aman sektoral adalah 4 kilometer (km) di sektor lereng Selatan-Tenggara kawah aktif...
Kepala Bidang Pencegahan, Kesiapsiagaan, dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, Mohammad Wawan Hadi Siswoyo, mengatakan bahwa BPBD Lumajang menyiagakan anggota dan relawan untuk memantau perkembangan Gunung Semeru serta selalu berkordinasi dengan pos pantau Gunung Semeru.
“Masyarakat Lumajang sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu, dan sudah terlatih. Yang penting masyarakat tetap waspada dan siaga,” kata Wawan.
Aktivitas vulkanik Gunung Semeru hingga Senin (02/03/2020), masih terus fluktuatif. Teramati tiga kali guguran dengan jarak luncur 300-1000 meter arah Curah Bang dan Kembar. Serta teramati api diam pada malam hari pada saat visual Gunung jelas.
Adapun aktivitas kegempaan Gunung Semeru terus terjadi letusan sebanyak 18 kali dengan amplitudo 10-22 milimeter (mm) dengan durasi 65-200 detik, gempa guguran sebanyak satu kali dengan amplitudo 7 mm berdurasi 175 detik, mengalami embusan sebanyak 5 kali dengan amplitudo 4-6 mm, serta mengalami tremor harmonik sebanyak 10 kali dengan amplitudo 3-10 mm dengan durasi 130-345 detik.
Semeru terakhir kali erupsi pada 24 Januari 2020 dengan tinggi kolom abu teramati 400 meter di atas puncak (4076 meter di atas permukaan laut. Erupsi terekam dengan seismogram, dengan amplitudo maksimum 24 mm berdurasi 1 menit 45 detik. Statusnya saat itu tetap wasapada Level II, hingga sekarang.
Gunung setinggi 3676 mdpl tersebut pernah mengalami letusan hebat pada tahun 1994. Saat itu, Gunung Semeru meletus dengan disertai dentuman dan hujan abu serta guguran lava membentuk awan panas dari kubah lava dan lidah lava. Aliran awan panas guguran saat itu masuk ke Besuk Kobokan sejauh 11,5 kilometer (km), ke Besuk Kembar sejauh 7,5 km, dank e Besuk Bang sejauh 3,5 km. Volume awan panas saat itu mencapai 6,8 juta meter kubik. Akibat erupsi besar itu, jatuh korban jiwa dengan 7 orang meninggal dan 2 orang hanyut oleh lahar.
Pada 31 Desember 2002, Gunung Semeru juga meluncurkan awan panas dengan intensitas besar. Saat itu awan panas memiliki jarak luncur hingga 11 km dari puncak, dan masuk ke Besuk Bang. Akibat kejadian itu, sebanyak 501 orang diungsikan.
Pada Februari 2012, status Semeru sempat naik dari waspada level II ke siaga level III. Saat itu terjadi guguran lava panas dengan jarak luncur hingga 2500 meter. Sejak itu, status Semeru stabil di Waspada Level II.
Kawasan di sekitar Gunung Semeru sendiri terbagi dalam tiga kawasan rawan bencana (KRB). KRB III adalah kawasan berpotensi besar terlanda awan panas, lava, lontaran lava pijar, dan gas beracun. Areanya berada di sekitar puncak.
Berikutnya KRB II yaitu daerah yang berpotensi terkena, aliran lava, hujan abu, lumpur panas (Kali Manjing, Kali Gligik, Sumbersari, Besuk Sat, Besuk KObokan,) serta terkena lontaran batu pijar.
Adapun KRB I adalah kawasan berpotensi terlanda lahar, tertimpa material jatuhan berupa hujan abu. Kawasan ini dibagi dua yaitu kawasan rawan lahar dan kawasan rawan hujan abu. Kawasan rawan lahar terletak di sepanjang lembah dan bantaran sungai yang berhulu di daerah puncak, yaitu Kali Manjing, Kali Gligik, Besuk Sat, Besuk Kembar, Besuk Kobokan, Kali Pancing, dan lainnya.
Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa, dengan ketinggian 3676 mdpl, dan termasuk salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Bukan saja mampu memuntahkan material vulkanik dari atas (puncak), namun Semeru juga mampu mengeluarkan material vulkanik dari samping (celah), sebagaimana pernah terjadi pada tahun 1941. Potensi terjadinya letusan samping dari gunung di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur itu, masih terus ada hingga sekarang.