Jangan Panik, Belilah yang Anda Butuhkan
Masyarakat diimbau tidak panik dan tidak perlu berbelanja berlebihan. Belilah yang memang menjadi kebutuhan.
Dus-dus air minum kemasan, air galon, mi instan, beras, hingga tisu berbagai ukuran memenuhi setiap troli yang mengantre di pusat perbelanjaan Grand Lucky di Kawasan Niaga Terpadu Sudirman, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (3/3/2020) pagi. Ada lima hingga tujuh troli yang mengantre di setiap kasir.
Ana (43), pelanggan Grand Lucky, sudah mengantre lebih dari lima belas menit untuk membayar barang-barang yang ia beli. Menurut dia, antrean ini tidak seperti hari-hari biasanya. ”Ini luar biasa. Bahkan lebih dari mau Lebaran,” ucapnya.
Ia membeli sejumlah barang untuk kebutuhan setiap bulan, antara lain tisu, telur, dan bumbu dapur. Namun, karena ada penyebaran corona virus disease (Covid-19), sebagai upaya antisipasi, Ana pun membeli tisu lebih banyak.
”Mumpung masih ada tisu, jadi saya beli lebih banyak. Sebenarnya yang lebih saya takutkan itu kalau stok makanan habis. Sekarang saja saya sudah kehabisan daging ayam dan daging sapi,” ujar Ana.
Baca juga : Hadapi Dampak Korona, Apakah Stok Pangan Aman?
Adapun Ira (47), ibu rumah tangga yang memang rutin berbelanja bulanan di Grand Lucky, juga beranggapan pada Selasa pelanggan jauh lebih banyak dari biasanya. Padahal, hari masih pagi dan bukan akhir pekan.
”Masker dan hand sanitizer (cairan pencuci tangan) juga habis. Saya dan keluarga pakai yang ada saja jadinya, kebetulan stok kemarin masih ada,” kata Ira.
Menurut dia, masyarakat tidak perlu panik karena hanya akan membuat orang-orang sekitar menjadi lebih panik. Mulailah dari diri sendiri untuk menjaga kebersihan, meningkatkan daya tahan tubuh, dan terus mengikuti informasi terkini.
”Saya berharap pemerintah bisa terus fokus menangani kasus Covid-19. Kita, kan, enggak tahu bagaimana keadaan dan perkembangan ke depan, jadi harus tetap waspada,” kata Ira.
Pelanggan lain, Min (30), memenuhi trolinya dengan sepuluh dus air minum kemasan dan lima pak tisu gulung. Warga Korea Selatan ini pun mengenakan dua masker sekaligus saat berbelanja.
”Saya bingung, sekarang Covid-19 sudah masuk ke Indonesia. Teman-teman saya bilang beli air dan tisu untuk persiapan kalau keadaan semakin buruk,” kata Min.
Baca juga : Virus Korona Tiba di Indonesia
Beberapa pengunjung toko ritel Hypermart, Gajah Mada Plaza, di Jakarta Pusat mengeluhkan hal serupa. Risa, pengunjung yang biasa membeli mi instan untuk usaha kecilnya, mengaku hanya bisa membeli dua kardus mi merek tertentu. Padahal, setiap minggu, ia biasanya membeli lima kardus.
”Kemarin-kemarin stoknya banyak. Aneh juga orang-orang sampai buru-buru nyetok mi. Kasihan kami yang butuh buat nyari uang lagi,” ujarnya.
Berdasarkan pengamatan Kompas di toko tersebut, rak yang khusus memajang mi instan nyaris kosong. Penanggung jawab toko, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengonfirmasi bahwa stok mi instan tidak pernah berkurang sebanyak itu.
Adapun barang yang menipis antara lain minyak goreng dan gula. Selain karena beberapa harga produk dalam kategori tersebut sedang didiskon, banyak pembeli yang sejak Senin (2/3/2020) membeli dalam jumlah banyak.
Masker habis
General Operational Grand Lucky, Firman, menyampaikan, tingginya jumlah pelanggan terjadi sejak Senin (2/3/2020) saat dikabarkan adanya penyebaran Covid-19. Setelah kabar tersebut, pelanggan banyak yang membeli masker dan cairan pencuci tangan (hand sanitizer).
”Jadi sekarang memang sudah habis (masker dan cairan pencuci tangan), tetapi sedang diorder kembali. Kami terus mengimbau agar para pelanggan tidak panik dan tidak perlu berbelanja berlebihan. Belilah yang memang menjadi kebutuhan,” kata Firman.
Adapun toko ritel kesehatan dan kecantikan seperti Guardian sudah menerapkan pembatasan pembelian masker sejak awal Februari 2020. Misalnya, setiap pembeli hanya diperbolehkan membeli masker kemasan isi tiga sampai sepuluh, atau maksimal hanya satu boks masker isi 50 lembar.
Meski demikian, Naomi Octavia, apoteker Guardian di Mal Grand Indonesia, Jakarta Pusat, mengatakan, stok masker belum lagi tersedia sejak seminggu lalu. Demikian juga dengan cairan pencuci tangan.
”Barang-barang itu sudah mulai langka setelah Imlek. Ketika barangnya ada dan ditaruh, setelah toko kami buka beberapa jam langsung habis,” katanya.
Dengan langkanya barang tersebut, Naomi mengatakan, banyak pengunjung kemudian mencari suplemen penguat imunitas. Sejauh ini, stok suplemen berbagai merek masih aman.
Desiyana, pegawai swasta di kawasan pusat perbelanjaan di Tosari, Jakarta Pusat, mengeluhkan kelangkaan masker berlapis di toko-toko ritel. Tidak hanya masker, cairan pencuci tangan pun hilang dari peredaran.
”Padahal, saya butuh itu bukan buat stok. Setiap hari saat pergi, saya selalu mengantongi hand sanitizer dan bawa masker untuk dipakai ketika naik motor atau di bus umum,” ujarnya.
Untuk kebutuhan itu, Desiyana biasa membeli 10 masker seharga sekitar Rp 20.000, yang bisa dipakai untuk keperluan dua bulan. Namun, sejak beberapa hari lalu, ia belum juga menemukan masker di toko-toko ritel. Sekalipun ada di toko daring, harganya melejit sampai ratusan ribu rupiah.
Ia pun berharap, baik penjual maupun pemerintah bertindak untuk mengantisipasi kelangkaan barang-barang yang dianjurkan untuk mencegah penularan virus penyakit Covid-19.
Cegah pemborong
Ketua Umum Dewan Perwakilan Pusat Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey saat dihubungi Kompas, Selasa (3/3/2020), meminta peritel tidak ikut panik terhadap aksi panic buying sekaligus wabah virus korona jenis baru di Indonesia.
Sejauh ini, Aprindo belum menemukan adanya indikasi pemborongan oleh oknum tengkulak yang membuat stok barang di toko-toko ritel berkurang atau langka. Namun, oknum hingga potensi penjarahan akan tetap diantisipasi.
”Aprindo dalam melakukan fungsi organisatorisnya selalu mengutamakan koordinasi dengan pemerintah untuk perdagangan dan perekonomian yang seimbang dan lebih baik. Pemerintah melalui kementerian dan lembaga terkait kami harapkan juga melakukan fungsi dan tugas sebaiknya, didukung oleh seluruh masyarakat Indonesia,” tuturnya.
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi juga mengimbau agar masyarakat waspada dan berhati-hati. Namun, masyarakat tak perlu panik dalam menyikapi dan memberikan respons terkait virus korona.
”Apalagi dalam hal menggunakan masker dan hand sanitizer. Sebab, kepanikan hanya akan mempersulit diri dan memicu kedua harga produk tersebut melambung tinggi,” katanya.
Selain itu, kepada produsen, Tulus meminta agar tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan. YLKI juga meminta pemerintah menjadikan keadaan ini sebagai momentum mengajak masyarakat melakukan tindakan promotif dan preventif untuk mengutamakan hidup sehat.