Pasar Murah di Lampung Gandeng Peternak, Petani, dan Pengusaha
›
Pasar Murah di Lampung Gandeng...
Iklan
Pasar Murah di Lampung Gandeng Peternak, Petani, dan Pengusaha
Pemerintah Provinsi Lampung menggelar pasar murah untuk mengantisipasi kenaikan sejumlah harga bahan pokok. Selain sebagai intervensi harga komoditas, langkah ini menjadi upaya pengendalian inflasi.
Oleh
VINA OKTAVIA
·4 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Lampung menggelar pasar murah di sejumlah pasar tradisional untuk mengantisipasi kenaikan sejumlah harga bahan pokok. Operasi pasar digelar dengan menggandeng peternak, petani, dan pengusaha lokal.
Pelaksana Tugas Kepala Seksi Distribusi dan Harga Pangan Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Lampung Ely Nuratni Sari mengatakan, selain sebagai intervensi harga komoditas, langkah ini menjadi upaya mengendalikan inflasi. Pemerintah bekerja sama dengan perusahaan dan petani di Lampung menyiapkan sejumlah bahan kebutuhan pokok, antara lain beras, cabai merah, gula pasir, minyak goreng, dan tepung.
Sejumlah komoditas yang dipilih merupakan komoditas yang berpotensi menjadi penyumbang inflasi di Bandar Lampung. ”Harga bahan pokok yang dijual lebih murah dibandingkan harga di pasaran sebagai upaya menjaga stabilitas harga bahan pangan,” kata Ely yang ditemui di sela-sela kegiatan pasar murah di Pasar Tugu, Bandar Lampung, Selasa (3/3/2020).
Harga bahan pokok yang dijual lebih murah dibandingkan harga di pasaran sebagai upaya menjaga stabilitas harga bahan pangan.
Kegiatan itu sudah berlangsung sejak satu minggu terakhir. Selain di Bandar Lampung, pasar murah juga digelar di pasar-pasar tradisional di Kota Metro selama dua kali dalam sepekan.
Harga bahan pokok yang dijual dalam kegiatan itu bisa lebih murah karena pemerintah bekerja sama dengan petani, peternak, dan pengusaha. Hasil panen dan produksi bahan pokok yang diambil dari pabrik ataupun sentra pertanian langsung dibawa untuk dijual kepada konsumen. Dengan begitu, rantai distribusi bisa lebih pendek sehingga harga juga lebih terjangkau.
Di pasar tersebut, stok yang disiapkan antara lain 1 kuintal cabai merah yang dijual Rp 30.000 per kilogram (kg), 1 ton beras dijual Rp 8.800 per kg, dan gula 1,2 ton gula pasir dijual Rp 12.000 per kg. Selain di Pasar Tugu, kegiatan serupa digelar di Pasar Kangkung, Bandar Lampung.
Bahan pokok yang dijual dengan harga murah itu langsung diserbu pembeli. Seluruh barang habis terjual kurang dari tiga jam. ”Selisih harganya cukup lumayan. Harga gula pasir lebih murah Rp 3.000 dari harga di pasaran,” ujar Maryati (35), salah satu warga Bandar Lampung.
Di tingkat pedagang di sejumlah pasar tradisional di Bandar Lampung, gula pasir dijual seharga Rp 15.000 per kg. Adapun beras dijual Rp 10.000-Rp 11.000 per kg.
Jaga inflasi
Terkait kenaikan harga komoditas itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Faizal Anwar, Selasa (3/3/2020), mengingatkan pemerintah daerah agar menjaga laju inflasi. Pasalnya, inflasi di Bandar Lampung dinilai cukup tinggi pada awal tahun.
Pada Februari 2020, Kota Bandar Lampung tercatat mengalami inflasi sebesar 0,44 persen. Selama periode Januari-Februari, laju inflasi di Kota Bandar Lampung tercatat 1,30. Untuk itu, pemerintah perlu menekan angka inflasi agar inflasi tahunan berkisar 3-3,8 persen sesuai target pemerintah.
Faizal menjelaskan, inflasi dipengaruhi naiknya indeks harga pada 11 kelompok pengeluaran. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil terbesar dalam inflasi sebesar 0,28 persen. Kenaikan indeks harga terjadi pada sejumlah komoditas, seperti bawang putih, beras, cabai rawit, dan tomat. Selain itu, kenaikan indeks harga kelompok pakaian dan alas kaki juga turut menyumbang inflasi sebesar 0,02 persen.
Menurut dia, pemerintah harus berupaya menahan pengendalian inflasi. Selain memastikan stok komoditas pangan aman, pemerintah juga perlu menjaga kestabilan harga bahan pokok penyumbang inflasi di pasaran.
Faizal menambahkan, pemerintah juga perlu menggenjot ekspor barang dari Lampung. Pada Januari 2020, nilai ekspor Lampung tercatat sebesar 206,31 juta dollar AS. Jumlah itu menurun 76,43 juta dollar AS dibandingkan pada Desember 2019. Sejumlah komoditas yang mengalami penurunan antara lain ampas atau sisa industri makanan yang turun 44,97 persen, batubara turun 44,62 persen, gula dan kembang gula turun 40,46 persen, lemak dan minyak hewan/nabati turun 40,41 persen. Selain itu, barang ekspor komoditas kopi, teh, dan rempah juga turun 15,22 persen dan olahan dari buah turun 23,59 persen.
Pada Januari 2020, nilai ekspor Lampung tercatat sebesar 206,31 juta dollar AS. Jumlah itu menurun 76,43 juta dollar AS dibandingkan pada Desember 2019.
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Lampung Riduan menuturkan, penurunan ekspor sejumlah komoditas di Lampung lebih banyak dipengaruhi pergerakan harga komoditas tersebut. Selain itu, merebaknya virus korona juga diperkirakan menjadi penyebab turunnya ekspor, terutama ke China. Selama ini, China menjadi negara tujuan ekspor terbesar kedua setelah India.
Menurut dia, pengaruh penyebaran virus korona terhadap perdagangan internasional akan lebih terlihat pada Februari-Maret 2020. Hingga kini, BPS masih mendata perkembangan ekspor pada Fabruari.
Meskipun ekspor menurun, neraca perdagangan Provinsi Lampung pada Januari 2020 masih surplus sebesar 61,53 juta dollar AS. Hal ini karena nilai ekspor yang mencapai 206,31 juta dollar AS masih lebih tinggi dibandingkan nilai impor yang mencapai 144,78 juta dollar AS pada Januari 2020.