Pasien Terduga Covid-19 di Malang Dinyatakan Negatif
›
Pasien Terduga Covid-19 di...
Iklan
Pasien Terduga Covid-19 di Malang Dinyatakan Negatif
Untuk menjalani prosedur pencegahan penularan Covid-19, Tim Penanganan Virus Korona Rumah Sakit Saiful Anwar Malang mengisolasi seorang pasien. Namun, setelah menjalani uji lab, pasien dinyatakan negatif korona.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Untuk menjalani prosedur pencegahan penularan Covid-19, Tim Penanganan Virus Korona Rumah Sakit Saiful Anwar Malang kembali mengisolasi seorang pasien. Namun setelah menjalani uji laboratorium, pasien tersebut dinyatakan negatif Covid-19.
”Secara kriteria tidak cocok dengan Covid-19, tetapi kami lakukan isolasi sebagai bentuk antisipasi sesuai prosedur. Apalagi pasien mengalami kondisi imunitas lemah. Hasil laboratorium ternyata negatif,” kata Direktur Utama RSSA Malang Kohar Hari Santoso, Selasa (3/3/2020).
Secara kriteria tidak cocok dengan Covid-19, tetapi kami lakukan isolasi sebagai bentuk antisipasi sesuai prosedur.
Karena bukan kasus Covid-19, Kohar mengatakan penanganan pasien pun sesuai dengan kondisi kesehatan pasien. Kohar berharap masyarakat Malang tidak terlalu panik. Menurut Kohar, tim sudah menjalani prosedur yang disyaratkan.
RSSA bersiap menangani kasus korona sejak Januari 2020. RSSA membentuk sebuah tim khusus, beranggotakan puluhan dokter spesialis dari berbagai bidang, seperti penyakit dalam, anestesi, mikrobiologi, dan radiologi.
”Kami menyiapkan sebuah ruang isolasi khusus dengan lima bed untuk perawatan. Haparannya, tidak ada kasus korona masuk. Namun, kalaupun nantinya ada, kami sudah siap,” kata Ketua Tim Penanganan Kasus Korona RSSA Malang, Didi Candradikusuma.
Menurut Didi, RSSA Malang sudah memiliki prosedur khusus terkait penanganan kasus korona. Salah satu prosedur penanganan pasien dengan virus korona, misalnya, adalah mengecek kondisi penderita terlebih dahulu (terkait kontak dengan terduga penderita korona), mengisolasi terduga pasien korona, hingga memeriksa sampel tenggorokan.
”Kami sudah memiliki SOP khusus, dan sudah bersiap menghadapi korona sesuai arahan menteri kesehatan. Kami semua tetap waspada,” kata Didi.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Timur Sutrisno mengatakan, penularan virus korona memang mudah, yaitu dari droplet saat bersin dan batuk. Meski begitu, ia menyarankan masyarakat tidak panik.
”Memang penularannya mudah, tapi harus disadari bahwa jika daya tahan tubuh kita kuat, virus itu tidak akan dengan mudah menyerang. Karena itu, masyarakat diharapkan tidak mudah panik berlebihan, yang justru akan membebani pikiran, sehingga membuat daya tahan tubuh berkurang,” kata Sutrisno.
Cara untuk menjaga daya tahan tubuh, menurut Sutrisno, adalah dengan makan makanan bergizi dan istirahat cukup. ”Kalau mungkin, tidak usah pergi dulu ke luar negeri, ke negara yang terserang korona. Namun, yang harus disadari, kematian karena korona hanya 2 persen. Jauh di bawah kasus SARS dan MERS. Itu sebabnya, masyarakat jangan panik berlebihan,” katanya.
Menurut Sutrisno, virus korona akan mudah mati di tempat dengan sirkulasi udara baik. ”Sebaiknya hindari ruang dengan sirkulasi udara buruk, yaitu ruangan padat dan tertutup. Virus korona akan bertahan hidup dalam kondisi ruangan dengan sirkulasi buruk. Sebaliknya, di tempat dengan sirkulasi udara bagus, virus akan cepat mati,” katanya.