Pemkab Cirebon Jamin Ketersediaan Bahan Pokok, Kecuali Gula
›
Pemkab Cirebon Jamin...
Iklan
Pemkab Cirebon Jamin Ketersediaan Bahan Pokok, Kecuali Gula
Masyarakat Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, diminta tidak panik dan memborong barang-barang pokok setelah pemerintah mengonfirmasi kasus positif virus korona baru di Depok, Jawa Barat.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS —Masyarakat Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, diminta tidak panik dan memborong barang-barang kebutuhan pokok setelah pemerintah mengonfirmasi kasus positif virus korona baru atau Covid-19 di Depok, Jawa Barat. Pemerintah Kabupaten Cirebon menjamin stok bahan pokok aman, kecuali gula.
”Kami jamin ketersediaan bahan pokok di pasaran aman. Jadi tidak perlu
panic buying dan membeli barang secara berlebihan akibat virus korona,” ujar Kepala Bidang Perdagangan dan Promosi Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Cirebon Dadang Heryadi, Selasa (3/3/2020).
Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengumumkan dua orang yang berasal dari Depok positif terjangkit virus korona. Setelah virus mematikan tersebut terkonfirmasi pertama kali di Indonesia, sejumlah orang dikabarkan mulai memborong barang pokok.
”Kalau ada aksi borong seperti itu, harga pasti akan naik karena permintaan meningkat. Kalau begini, masyarakat berpenghasilan rendah yang dirugikan,” katanya. Di sisi lain, pihaknya mencatat ketersediaan sejumlah bahan pokok cukup dan tidak terjadi lonjakan harga di tujuh pasar daerah per Selasa pagi.
Harga rata-rata beras premium I, misalnya, terpantau Rp 11.000 per kilogram atau lebih rendah dibandingkan harga eceran tertinggi, yakni Rp 12.800 per kilogram. Minyak goreng juga terpantau rata-rata Rp 11.500 per liter atau sedikit lebih tinggi dibandingkan HET, Rp 11.000 per liter. Adapun bawang merah tercatat rata-rata Rp 28.000 per kilogram atau lebih rendah dari harga acuan di konsumen, Rp 32.000 per kg.
Ketersediaan bahan pokok aman karena harganya hampir semuanya normal.
”Jadi, ketersediaan bahan pokok aman karena harganya hampir semuanya normal. Hanya satu yang langka, gula pasir. Kami sudah cek ke beberapa supermarket, tetapi barangnya kosong dua minggu terakhir,” kata Dadang.
Harga gula pasir, katanya, saat ini mencapai Rp 13.000 per kilogram bahkan Rp 15.000 per kilogram di tingkat konsumen. Padahal, HET gula pasir diatur Rp 12.500 per kilogram. Namun, kelangkaan itu bukan akibat ditemukannya Covid-19 di Indonesia.
”Penyebabnya, keran impor gula rafinasi belum keluar. Informasinya, hari ini, Kementerian Perdagangan sedang mengumpulkan importir. Produksi gula nasional tidak mencukupi,” katanya. Apalagi, musim giling tebu di Cirebon belum berlangsung.
Dengan penduduk lebih dari 2,1 juta jiwa, konsumsi gula pasir masyarakat Cirebon mencapai 12.212 ton per tahun, termasuk untuk 612 unit usaha di Cirebon. Dari jumlah itu, gula rafinasi mencapai 5.811 ton.
Dwi Ayu Artantianti (28), warga Cirebon, mengeluhkan harga gula yang mencapai Rp 13.000 per kilogram. ”Meski naik, saya tidak akan memborong barang-barang pokok. Tetangga juga enggak ada yang memborong. Yang penting, jaga kebersihan dan kesehatan agar terhindar dari virus korona,” katanya.
Dalam catatan Kompas, seorang warga Cirebon dan warga negara China sempat dirawat di rumah sakit di Cirebon karena diduga terinfeksi Covid-19. Namun, keduanya dinyatakan negatif Covid-19. Adapun RSUD Gunung Jati disiapkan menjadi rumah sakit rujukan bagi pasien terduga terkena virus korona.