Antisipasi Covid-19, Sekolah Bertumpu pada Mencuci Tangan
›
Antisipasi Covid-19, Sekolah...
Iklan
Antisipasi Covid-19, Sekolah Bertumpu pada Mencuci Tangan
Imbauan penanganan korona di sekolah belum menerima pengelola sekolah di Jakarta.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Dinas Pendidikan DKI Jakarta mengeluarkan surat edaran bahwa kegiatan belajar dan mengajar di sekolah tetap berlangsung seperti biasa, termasuk ekstrakurikuler. Seisi sekolah diimbau mempraktikkan pola hidup bersih dan sehat. Caranya dengan memakai masker dan rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Hal tersebut diutarakan oleh Kepala Subbagian Humas dan Kerja Sama Lembaga Dinas Kesehatan DKI Jakarta Sonny Juhersoni ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (3/2/2020). Surat edaran ini sudah disebar ke suku-suku dinas dan akan segera diturunkan ke sekolah-sekolah. Menurut dia, setiap sekolah akan menjadwalkan sendiri cara penyampaian ke komite sekolah dan para wali murid.
Meskipun dinas sudah menyebarkan edaran, panjang rantai birokrasi membuat hingga Selasa siang belum semua sekolah terinformasikan. Contohnya di SDN 12 Pagi Cilandak Barat, Jakarta Selatan. Sekolah ini berada di kompleks perumahan untuk kalangan menengah ke atas, tetapi khusus mengenai imbauan penanganan korona di sekolah mereka belum menerima.
“Mungkin untuk di Cilandak Barat sedang menunggu giliran. Biasanya dalam beberapa hari nanti para guru akan dipanggil untuk diberi sosialisasi,” kata Tohariyah, Wakil Kepala Sekolah SDN 12 Pagi Cilandak Barat.
Ia mengungkapkan sekolah mengintensifkan siswa mencuci tangan dengan memakai sabun. Selain di WC, SD ini juga memiliki keran-keran di depan setiap kelas. Terdapat pula jajaran empat keran tambahan di pojok pekarangan yang biasa dipakai untuk berwudhu. Di setiap keran disediakan sabun, dengan demikian sebanyak 230 siswa bisa mencuci tangan dengan nyaman, terutama sebelum istirahat dan sesudah istirahat.
“Siswa tidak boleh jajan di luar sekolah karena kami menyediakan kantin sehat. Satu-satunya makanan non kantin yang mereka akses hanya bekal dari rumah. Ini mengurangi risiko mereka bertemu orang asing di luar pagar sekolah,” papar Tohariyah.
Selain itu, para guru juga mengingatkan wali murid secara rutin melalui forum diskusi di media sosial agar tidak membawa anak ke tempat-tempat umum apabila tidak sungguh-sungguh diperlukan.
Tidak mengalir
Keadaan berbeda di Madrasah Al-Anwar yang letaknya tidak sampai 500 meter dari SDN 12 Pagi Cilandak Barat. Kepala Sekolah Husin mengungkapkan belum ada arahan dari Kantor Wilayah Agama Jakarta Selatan. Oleh sebab itu, belum ada langkah-langkah yang berbeda diambil oleh sekolah.
Untuk mencuci tangan pun menjadi masalah bagi madrasah ini. Ada 248 siswa dan hanya dua kamar kecil. Di WC tidak ada wastafel, hanya ada ember penampung air untuk menyiram kloset. Siswa mencuci tangan di kelas masing-masing menggunakan baskom air yang disediakan di pojok depan kelas.
Wali kelas II-A Madrasah Al-Anwar Udiniyah menuturkan di kelasnya ada 25 siswa. Sebelum istirahat dan makan mereka mencuci tangan di baskom dengan memakai sabun, setelah itu mengeringkan tangan dengan handuk kecil yang disediakan di sebelah baskom.
Usai semua siswa mencuci tangan Udiniyah mengganti air dalam baskom. Setelah kelar istirahat, siswa kembali mencuci tangan sebelum pelajaran dimulai dan Udiniyah akan mengganti air tersebut lagi.
Sementara itu, di Sekolah Cikal yang merupakan sekolah swasta keadaan berbeda 180 derajat. Sejak pertengahan Februari mereka telah mengambil tindakan menyediakan botol-botol disinfektan bagi siswa. Terdapat pula pengukuran suhu rutin tidak hanya bagi anggota sekolah, tetapi setiap pengunjung yang datang. Apabila suhu orang tersebut 37,5 derajat atau lebih, ia tidak boleh masuk ke dalam gedung sekolah.
Guru SMP Labschool Rawamangun yang juga Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia Satriwan Salim meminta agar pemerintah daerah memprioritaskan sekolah. Tidak cukup hanya memberi surat edaran berisi imbauan.
“Apabila masker dan disinfektan adalah kebutuhan, pemerintah daerah harus menyediakannya, terutama bagi sekolah yang jelas tidak memiliki dana untuk membeli sendiri,” katanya.