Kasus warga negara Indonesia positif terinfeksi Covid-19 bisa membuat stimulus pemerintah di sektor pariwisata tak lagi relevan. Perlu cara baru untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.
Oleh
Agnes Theodora/Erika Kurnia
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Prioritas kebijakan pemerintah saat ini mestinya untuk mencegah penyebaran virus korona tipe baru dan menjaga keselamatan warga. Stimulus untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dan Nusantara tak lagi relevan ketika Indonesia terbukti memiliki kasus Covid-19.
Sebab, wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, akan berpikir ulang untuk bepergian ketika berhadapan dengan risiko virus korona tipe baru. Meskipun ada pemberian diskon penerbangan dan tarif hotel, kebijakan itu diperkirakan tidak akan efektif.
”Kombinasi fiskal dan moneter bisa dijalankan lebih berani. Dari sisi fiskal, perlu insentif pajak yang langsung dirasakan agar orang kembali semangat berbelanja atau insentif pajak untuk industri yang membutuhkan, termasuk penangguhan pembayaran Pajak Penghasilan badan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah yang terdampak,” kata ekonom Institute for Developments of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, saat dihubungi di Jakarta, Senin (2/3/2020).
Menurut Bhima, kebijakan stimulus tetap perlu diberikan bagi pelaku usaha. Selain sektor pariwisata di destinasi tertentu, stimulus fiskal dan moneter perlu diberikan untuk industri yang belum mendapatkan paket kebijakan konkret, misalnya industri manufaktur.
Adapun stimulus untuk mendongkrak konsumsi masyarakat juga tetap dapat diberikan tanpa perlu mendorong masyarakat bepergian dan meningkatkan risiko kesehatan.
Kebijakan stimulus tetap perlu diberikan bagi pelaku usaha.
Pemerintah berupaya menjaga sektor pariwisata dengan cara memberi stimulus. Stimulus antara lain berupa diskon harga tiket pesawat dari Jakarta ke 10 destinasi tertentu.
Insentif itu dimanfaatkan Raja Haposan (27), warga Jakarta, yang mencari tiket perjalanan ke Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur atau Lombok di Nusa Tenggara Barat. Ia mengaku tak terlalu khawatir dengan kasus Covid-19 sepanjang bisa menjaga diri sendiri.
Mulai turun
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Januari 2020 ada 1,272 juta kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Kendati meningkat 5,85 persen dibandingkan dengan Januari 2019, merosot 7,62 persen dibandingkan dengan Desember 2019.
Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa BPS Yunita Rusanti mengatakan, kedatangan wisman mulai turun drastis sejak 24 Januari 2020. Penurunan kunjungan ini seiring wabah Covid-19 yang merebak ke negara-negara di luar China.
Kunjungan wisman dari sejumlah negara turun, dengan persentase penurunan terbesar dari Hong Kong, yakni 49,71 persen. Wisatawan dari Singapura, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Uni Emirat Arab juga berkurang.
Sementara, kunjungan turis dari China masih meningkat, dari 154,200 orang pada Desember 2019 menjadi 181.300 orang pada Januari 2020.
Direktur Statistik Keuangan, Teknologi Informasi, dan Pariwisata Titi Kanti Lestari mengatakan, ada kemungkinan wisman China yang masih berkunjung ke Indonesia dalam sebulan terakhir, khususnya pada akhir Januari, tidak datang dari China daratan, tetapi dari negara lain.
”Seharusnya, kunjungan langsung dari China daratan (mainland) sudah menurun signifikan pada akhir Januari, berapa penurunannya harus dihitung lagi,” ujar Titi.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengatakan, sejauh ini kebijakan stimulus dari pemerintah belum ditindaklanjuti pelaku usaha di sektor pariwisata melalui kebijakan paket-paket promo pariwisata. Apalagi, kondisi semakin tidak pasti pasca-kasus infeksi Covid-19 di Indonesia.
”Situasi masih sangat dinamis. Kalau sudah seperti ini, pelaku usaha juga menunggu kebijakan protokol bepergian dari Kementerian Kesehatan,” katanya. (AGE/ERK)