Saat warga kembali tergugah kesadaran meningkatkan daya tahan tubuh seiring merebaknya virus korona jenis baru atau Covid-19, jamu tradisional pun marak dikonsumsi. Dua jamu paling diburu adalah kunir asam dan temulawak.
Oleh
REGINA RUKMORINI/GREGORIUS M FINESSO
·4 menit baca
Saat penyebaran virus korona baru atau disebut Covid-19 semakin membuat waspada, warga mulai terpikir menjaga daya tahan tubuh. Salah satunya dengan rutin mengonsumsi jamu tradisional.
Sebagian warga di wilayah Kota dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, belakangan mulai getol kembali mengonsumsi jamu tradisional. Upaya ini dilakukan sebagai salah satu upaya meningkatkan daya tahan tubuh demi mencegah tertular penyakit Covid-19.
Sekarang warga memiliki kecenderungan memborong dan membeli dalam jumlah lebih untuk kebutuhan keluarganya.
Tuti (45), pembuat dan penjual jamu tradisional keliling di Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang, mengatakan, terjadi peningkatan konsumsi jamu, khususnya jamu kunir asam. Jika rata-rata biasanya hanya mengonsumsi satu gelas jamu, sekarang pelanggan memiliki kecenderungan memborong dan membeli dalam jumlah lebih untuk kebutuhan keluarganya.
”Satu orang bisa membeli 10-12 gelas. Banyak jamu dibeli untuk diberikan kepada suami atau istri, anak, hingga ibu dan kakak atau adiknya di rumah,” ujarnya, Selasa (3/3/2020).
Dituang dalam takaran gelas kecil, jamu dari Tuti tersebut biasanya dibawa pulang pelanggan dalam kemasan plastik. Ia pun mengaku volume penjualan jamunya meningkat.
Jika biasanya hanya menjual tiga botol jamu kunir asam per hari, kini meningkat menjadi enam botol per hari. Satu botol berisi 1,5 liter jamu. Peningkatan konsumsi jamu dan volume penjualan jamu ini sudah berlangsung sejak sepekan terakhir.
Tidak hanya menyediakan jamu bagi pelanggan, Tuti belakangan juga membuatkan jamu kunir asam secara khusus untuk anaknya, Dea, yang saat ini menempuh pendidikan di sebuah universitas di Yogyakarta. Ia membuatkan satu botol jamu untuk putrinya itu untuk kebutuhan konsumsi selama satu pekan.
Sriningsih (42), pembuat dan penjual jamu tradisional asal Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, mengatakan hal serupa. Banyak pelanggannya kini mulai sering membeli lebih dari satu gelas jamu. Selain untuk diminum sendiri, jamu tersebut dibeli untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Tidak hanya kunir asam, menurut Sriningsih, peningkatan konsumsi jamu juga terjadi pada jenis temulawak. Ramainya pelanggan yang datang membeli jamu ini menyebabkan separuh dari stok jamu kunir asam dan temulawak yang disediakannya habis terjual. Setiap hari, Sriningsih menyiapkan 10 botol kunir asam dan dua botol temulawak.
Sriningsih menambahkan, jamur kunir asam dan temulawak memang dikenal bermanfaat meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh terhadap serangan beragam penyakit. Ia pun heran, baru belakangan banyak orang akhirnya menyadari manfaat tersebut setelah marak pemberitaan terkait pencegahan penularan penyakit Covid-19.
Soal minum jamu ini bahkan telah menjadi kebiasaan Presiden Joko Widodo sejak lama. Presiden pernah berbagi soal ramuan jamu yang membuat tubuhnya bugar selama beraktivitas. Hal itu diungkapkan Presiden Jokowi lewat video di akun Instagram resminya, Selasa (23/7/2019).
”Ingin tahu bagaimana saya menjaga kebugaran tubuh? Tak ada rahasia, tidak ada yang istimewa. Hanya ramuan sederhana semata,” tulis Presiden dalam keterangan di video itu.
Baru belakangan banyak orang akhirnya menyadari manfaat tersebut setelah marak pemberitaan terkait pencegahan penularan penyakit Covid-19.
Dalam video itu, Jokowi menjelaskan tentang ramuan jamu yang biasa dia minum setiap pagi. Jamu itu adalah ramuan campuran temulawak, jahe, dan kunyit. ”Jadi jahe ditumbuk atau dirajang-rajang, temulawak ditumbuk dirajang-rajang. Kunyit juga. Kemudian diseduh air panas, disaring, kemudian diminum,” kata Jokowi.
”Dan sudah saya minum mungkin 17-18 tahun yang lalu sampai sekarang,” tambah Presiden. Menurut Presiden Jokowi, ramuan jamu itulah yang membuat tubuhnya selalu bugar sejak dulu, bahkan setelah menjalani padatnya jadwal sebagai kepala negara.
Jika sebagian orang berupaya melindungi diri dari dalam tubuh dengan minum jamu, sebagian lain mencoba melakukan upaya pencegahan dengan melindungi kondisi tubuh dengan memakai masker. Hal itu pada akhirnya membuat masker dan disinfektan pun mendadak langka di pasaran.
General Manager Taman Wisata Candi Borobudur I Gusti Putu Ngurah Sedana mengatakan, setiap hari pihaknya berupaya menyediakan 300-500 masker bagi wisatawan. Namun, Selasa (3/3/2020), dia cemas karena kesulitan menambah stok masker.
”Sejak pukul 08.00, kami sudah mengerahkan petugas mencari masker di seluruh apotek dan toko di Magelang dan Yogyakarta. Namun, di semua tempat tersebut, stok kosong,” ujarnya.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung Sri Hartati mengatakan, saat ini pihaknya juga tengah berupaya menyiapkan sarana dan prasarana pendukung untuk menghadapi munculnya kasus Covid-19. Namun, pihaknya terkendala pengadaan masker, termasuk untuk petugas di semua fasilitas layanan kesehatan.
”Kami bahkan sudah mencoba mencari di toko online, tetapi stok masker kosong,” ujarnya.