Pemerintah menelusuri pihak-pihak yang menghadiri acara yang diikuti warga negara Jepang yang positif terinfeksi Covid-19 di daerah Kemang, Jakarta.
Oleh
FX LAKSANA AS
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah warga negara Indonesia yang berisiko terinfeksi virus korona belum diobservasi. Saat ini, mereka masih berkegiatan seperti biasa di tengah-tengah masyarakat. Artinya, jika mereka benar terinfeksi, penyebaran virus di dalam negeri berpotensi sedang berlangsung.
Warga negara Indonesia (WNI) yang berisiko tersebut adalah mereka yang ikut berpesta di salah satu restoran di Kemang, Jakarta, 14 Februari 2020. Pesta itu diduga menjadi tempat penularan virus korona dari warga negara Jepang.
Otoritas Malaysia beberapa hari yang lalu menemukan seorang warga negara Jepang terinfeksi virus korona. Sebelum masuk ke Malaysia, ia berada di Indonesia untuk beberapa agenda. Salah satunya adalah berpesta di sebuah restoran di Kemang pada 14 Februari tersebut.
Beberapa hari kemudian, seorang warga Depok, Jawa Barat, yang ikut dalam pesta itu, ternyata positif terinfeksi virus korona. Ibunya ikut tertular di rumah. Keduanya sampai saat ini masih dirawat dalam ruang isolasi di salah satu rumah sakit di Jakarta.
Namun, warga Depok itu bukan satu-satunya WNI yang ikut berpesta di restoran di Kemang pada 14 Februari lalu. Ada beberapa WNI lainnya yang ikut.
”Kita akan menelusuri teman-temannya yang ikut pesta, sekitar 50 orang dari beberapa negara. Sedang kami lakukan penelusuran,” kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Korona, Achmad Yurianto, dalam keterangan pers seusai rapat di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (3/3/2020).
Pemerintah, menurut Yurianto, telah membentuk tim untuk menelusuri mereka. ”Kami sedang cari identitasnya. Ada tim yang mencarinya. Proses ini sedang berlangsung,” kata Yurianto.
Jika telah ketemu, Yurianto menambahkan, tim akan mengecek yang bersangkutan. Jika ditemukan gejala yang mengarah terpapar virus korona, yang bersangkutan akan diperiksa sesuai prosedur. Namun, jika tidak, yang bersangkutan tidak perlu dirawat.
Sementara terkait dengan dua WNI yang positif terkena virus korona, Yurianto mengatakan, laporan menyebutkan kondisinya bagus. ”Tidak menggunakan selang oksigen karena tidak sesak. Tidak memerlukan infus karena memang tidak ada kedaruratan. Dan keluhan terakhir masih batuk. Tidak panas sama sekali,” kata Yurianto.
Terhadap dua orang yang tinggal serumah dengan pasien itu, yakni kakak dan asisten rumah tangga, menurut Yurianto, Kementerian Kesehatan telah menelusuri dan mengecek. ”Sudah kami telusuri dan dua-duanya negatif,” kata Yurianto yang juga Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan.
Sejak merebaknya kasus virus korona di daratan China sampai dengan hari ini, Yurianto melaporkan, Kementerian Kesehatan telah melakukan pemeriksaan terhadap 155 spesimen. Sebanyak dua di antaranya, yakni kasus anak dan ibu di atas, positif. Sebanyak dua spesimen yang baru saja masuk belum selesai diperiksa. ”Yang lainnya negatif,” kata Yurianto.
Spesimen tersebut berasal dari 44 rumah sakit di 23 provinsi di Indonesia. Spesimen diambil dari kelompok orang dalam pemantauan. Mereka adalah orang-orang yang masuk ke Indonesia dari negara dengan penularan dari manusia ke manusia yang kuat.
”Merekalah yang kami pantau terus-menerus, kami ikuti pergerakannya, tentu menggunakan data track yang mereka sampaikan ke kami. Dari data ini, manakala ada yang sakit dengan gejala mengarah ke influenza berat, maka kelompok ini yang kami masukkan dalam pasien dalam pengawasan (PDP). PDP inilah yang kemudian kami periksa spesimennya. Sekarang masih berjalan terus,” tutur Yurianto.
Masih mengutip laporan Yurianto, sebanyak 188 WNI bekas anak buah Kapal Pesiar World Dream sudah menjalani observasi selama enam hari di Indonesia. Seluruh spesimen dari mereka semua telah diperiksa. Hasilnya negatif semuanya. Semuanya dalam kondisi sehat.
Pemeriksaan spesimen juga dilakukan terhadap 69 WNI, bekas anak buah Kapal Pesiar Diamond Prince. Sampai dengan Selasa pagi, 60 spesimen sudah selesai. Hasilnya, semuanya negatif.
”Harapan kami, kondisi mereka sehat. Meskipun kami tahu, kapal Diamond Prince punya kerawanan lebih tinggi karena pernah jadi episentrum yang cukup tinggi kasus positifnya, hampir 20 persen. Ini jauh lebih tinggi dari Kota Wuhan waktu awal-awal, sekitar 5 persen,” tutur Yurianto.
Saat ditanya soal pasien di Cianjur yang meninggal, Yurianto mengatakan, itu adalah termasuk pasien yang diperiksa spesimennya. Hasilnya negatif. Artinya, yang bersangkutan meninggal bukan karena virus korona.
Kepada masyarakat, Yurianto mengimbau agar tetap tenang. Penularan virus korona berlangsung lewat sel yang terlontar dari mulut atau hidung penderita. Ini antara lain bisa terjadi saat pasien sedang bersin atau batuk. Dengan demikian, penularannya dalam jarak dekat.
”Kita sudah pintar dari dulu soal bagaimana supaya enggak kena flu. Lha ini (virus korona) kan flu. Kalau gejala flu, periksa biasa saja. Berobatlah yang benar. Nanti, kan, dokter yang akan menentukan kebutuhan perawatannya,” kata Yurianto.