Indonesia memasuki babak baru dalam perkembangan wabah virus korona dengan diumumkannya dua kasus warga yang positif terinfeksi oleh Presiden, Senin (2/3/2020).
Oleh
·3 menit baca
Indonesia memasuki babak baru dalam perkembangan wabah virus korona dengan diumumkannya dua kasus warga yang positif terinfeksi oleh Presiden, Senin (2/3/2020).
Kita berkepentingan jangan sampai terjadi efek bola salju, terutama dari sisi dampak ekonomi, pasca-konfirmasi ini.
Kepanikan, baik oleh pemerintah, pelaku usaha, maupun masyarakat, jelas tak akan menolong. Masyarakat tampaknya masih cemas, dua kasus terkonfirmasi ini baru puncak gunung es, mengingat posisi Indonesia dikepung sejumlah negara yang sudah lebih dulu terpapar, adanya kesan pemerintah terlalu menggampangkan selama ini, dan juga mengingat bukan hal mudah mengamankan 135 pintu masuk yang ada.
Kredibilitas langkah pemerintah menjadi penting di sini. Masyarakat tidak cukup hanya diyakinkan dengan narasi bagaimana pemerintah sudah siap merespons. Kesiapan dan kesiagaan nyata di lapangan, terutama dalam langkah preventif, jauh lebih penting. Dalam beberapa kasus, komentar pejabat terkait yang terkesan blunder, tidak hanya menawarkan keamanan semu, tetapi justru bisa meningkatkan ketakpercayaan pada kesiapan kita mencegah penyebaran virus.
Harian ini juga sudah mengingatkan, menyelamatkan ekonomi dari dampak korona, lewat berbagai stimulus, memang sangat penting. Namun, mencegah penyebaran virus dan menjaga keselamatan warga jauh lebih penting. Dari sana, baru akan muncul kepercayaan publik lainnya. Tanpa itu, stimulus ekonomi apa pun akan sia-sia.
Dampak terhadap ekonomi tidak bisa dianggap enteng. Di sektor keuangan dan finansial, terkonfirmasinya dua kasus langsung direspons dengan anjloknya kurs rupiah dan indeks harga saham gabungan, dipicu kekhawatiran investor terhadap dampak Covid-19 pada perekonomian. Meski perbankan relatif kuat, dampak ke peningkatan kredit macet juga harus diantisipasi.
Pemerintah dan berbagai komponen bangsa lainnya perlu diingatkan untuk bahu-membahu mengatasi dampak wabah yang belum bisa diperkirakan sampai kapan. Sebagai akibat korona, Dana Moneter Internasional (IMF) pun merevisi ke bawah pertumbuhan global yang sebelumnya sudah terdampak perang dagang AS-China. Sejumlah negara yang ekonominya terancam kontraksi atau resesi akibat dampak korona dipaksa melakukan hal yang sama.
Sebagai dampak langsung keterkaitan kuat ekonomi RI-China, negara sumber penyebaran virus, penurunan 1 persen pertumbuhan China diprediksi menurunkan pertumbuhan Indonesia 0,1-0,3 persen, menjadi di bawah 5 persen. Pukulan sudah dirasakan berbagai sektor, khususnya pariwisata, manufaktur, perdagangan, dan sektor berorientasi ekspor, seperti komoditas dan tambang dengan efek berantai ke sektor lain. Pemutusan hubungan kerja (PHK) sudah terjadi di sejumlah sektor, ratusan ribu pekerja dirumahkan di awal 2020.
Rencana pemerintah meluncurkan berbagai stimulus dan membenahi iklim investasi dapat tantangan baru. Ujian berat bagi ekonomi Indonesia, yang beberapa tahun terakhir berusaha memacu investasi dan pertumbuhan untuk keluar dari perangkap pendapatan menengah. Perang dagang, kasus gagal bayar asuransi, dan kini Covid-19. Kita belum bisa memastikan kapan badai ini berlalu. Kepemimpinan kuat melalui langkah kredibel, mengikuti best practice negara lain yang lebih dahulu terpapar, tetapi sukses mengendalikan penyebaran virus ini, bisa jadi awal dari membangun kredibilitas itu.