Kepanikan dan ketakutan masyarakat terhadap penyebaran corona virus disease (Covid-19) masih terjadi yang ditunjukkan dengan pembelian masker secara berlebihan. Padahal, bagi orang sehat, masker tidaklah dibutuhkan.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
Pengunjung toko kesehatan dan kecantikan Century di mal Central Park, Jakarta Barat, mengantre dan memenuhi dua kasir sekaligus pada Rabu (4/3/2020) pagi. Padahal, waktu baru menunjukkan pukul 10.30, artinya toko baru buka 30 menit.
Agatha (28), pengunjung Century, mengatakan terpaksa datang ke Century untuk membeli masker. Dengan mengenakan masker, karyawan swasta ini turut mengantre.
”Saya sebenarnya menjauhi keramaian karena takut penyebaran corona virus disease (Covid-19), tapi ini terpaksa mau coba beli masker, saya tadi menunggu dari awal toko buka. Untungnya masih kebagian lima bungkus masker,” ujar Agatha.
Adapun pengunjung lain, Sari (47), juga datang ke Century untuk membeli masker. Awalnya, ia diminta kantor tempatnya bekerja untuk membeli masker bagi para karyawan, tetapi pembelian masker dibatasi.
”Satu orang cuma boleh beli lima bungkus, jadi pasti enggak cukup buat sekantor. Tapi, ya, lumayan, masih dapat. Untuk antisipasi, saya juga sekarang minum vitamin C buat tingkatin daya tahan tubuh,” kata Sari.
Tak semua pengunjung mendapat masker. Santi (45) salah satu pengunjung yang kehabisan masker. ”Besok, setelah absen pagi di kantor, saya langsung ke sini lagi untuk beli masker,” ucapnya.
Diva, Store Manager Century, menyampaikan, pembatasan pembelian masker bertujuan agar pembeli mendapat bagian yang sama. Satu bungkus masker berisi 3 buah dijual dengan harga Rp 3.000 per bungkus.
”Kami belajar dari pengalaman sebelumnya, masker itu langsung diserbu pengunjung dan belinya dalam jumlah banyak. Tadi saja, kami buka pukul 10.00, belum sampai satu jam, 150 bungkus masker sudah habis dibeli,” ucap Diva.
Adapun hand sanitizer atau cairan pencuci tangan masih kosong sejak dua hari lalu. Sementara alkohol dan vitamin C, kata Diva, stoknya semakin menipis.
”Kami selalu mencoba untuk terus memesan baik masker, hand sanitizer, alkohol, maupun vitamin C. Barang-barang pesanan memang datang setiap pagi, tapi belum tentu barang yang dicari pengunjung itu ada,” katanya.
Stok masker dan hand sanitizer pun habis di Guardian Central Park. Listia, sales promotion girl di Guardian, menyampaikan, bahkan untuk vitamin C hanya tersisa 10 botol.
”Vitamin C 1.000 miligram yang untuk daya tahan tubuh tinggal sisa 10 botol. Kami sudah tidak punya lagi stok di gudang, yang kami pesan pun belum datang,” kata Listia.
Tak hanya Indonesia
Sejumlah negara lain yang dilaporkan telah ada penyebaran Covid-19 pun mengalami kekurangan masker. Beberapa negara di antaranya China, Korea Selatan, Jepang, Iran, Australia, Amerika Serikat, dan negara-negara di Eropa.
Berdasarkan artikel Time berjudul ”Virus Panic Causes Face Mask Supplies to Run Out Across Asia” yang terbit pada 24 Januari 2020, jumlah masker dan hand sanitizer saat itu hampir habis. Bahkan, di Taiwan, masker dilarang diekspor guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Mengutip artikel dari laman Guardian berjudul ”WHO Warns Protective Gear ’Rapidly Depleting’” pada Rabu (4/3/2020), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun memperingatkan, stok alat perlindungan diri terhadap virus, termasuk masker, di dunia sudah hampir habis karena adanya panic buying.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan, harga masker meningkat hingga enam kali lipat dari harga normal. ”Kita tidak dapat menghentikan penyebaran Covid-19 tanpa melindungi kesehatan para tenaga kesehatan,” ujarnya.
Sebenarnya, menurut data WHO, masker tidak dibutuhkan oleh orang-orang yang sehat. Orang sehat yang membutuhkan masker adalah petugas kesehatan yang merawat dan bersentuhan langsung dengan pasien Covid-19.
Tentu, orang yang batuk dan flu memang memerlukan masker. Penggunaan masker pun menjadi efektif apabila juga mencuci tangan dengan sabun berbasis alkohol di air mengalir.
Sebenarnya, menurut WHO, masker tidak dibutuhkan oleh orang-orang yang sehat.
Perlu dicatat, hasil studi dari WHO menunjukkan, hingga saat ini penyebaran Covid-19 terutama terjadi melalui kontak langsung dan terkena percikan air liur dari orang yang mengidap Covid-19, bukan menyebar melalui udara.
Dengan begitu, pembelian masker seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan setiap orang, bukan hanya karena panik. Apabila membeli masker secara berlebihan, tentu tidaklah bijak dan akan membuat orang yang sesungguhnya membutuhkan malah tidak dapat.