Harga batubara yang merosot pada 2019 membuat laba bersih PT Bukit Asam Tbk ikut anjlok.
Oleh
ARIS PRASETYO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Bukit Asam Tbk membukukan laba bersih pada 2019 sebesar Rp 4,1 triliun. Perolehan ini lebih rendah dibandingkan dengan 2018 yang mencapai Rp 5 triliun.
Penurunan laba bersih disebabkan harga rata-rata batubara yang merosot tajam.
Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga rata-rata batubara sepanjang 2019 sebesar 77 dollar AS per ton. Harga tersebut jauh di bawah harga rata-rata pada 2018 yang sebesar 99 dollar AS per ton.
”Harga batubara sedang tidak bagus karena berbagai faktor. Namun, capaian Rp 4,1 triliun ini sangat menggembirakan di tengah situasi yang kurang ideal,” ujar Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin dalam paparan kinerja perusahaan 2019, Rabu (4/3/2020), di Jakarta.
Di tengah kondisi harga batubara yang melemah, perusahaan menambah produksi batubara pada 2019 menjadi 29,1 juta ton dari produksi 2018 yang sebanyak 26,3 juta ton. Kenaikan produksi tersebut sejalan dengan peningkatan penjualan batubara perusahaan dari 24 juta ton pada 2018 menjadi 27,7 juta ton pada 2019.
Pada 2020, harga batubara acuan di Indonesia dibuka pada 65,93 dollar AS per ton untuk periode Januari. Harga tersebut naik menjadi 66,89 dollar AS per ton pada periode Februari. Pemerintah memastikan pelemahan harga batubara pada 2020 tidak terkait wabah virus korona di China. China adalah negara dengan tujuan utama ekspor batubara asal Indonesia.
”Belum ada dampaknya (terkait wabah virus korona). Batubara dalam hal ini adalah sebagai sumber energi, bukan komoditas untuk industri,” ujar Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono dalam rapat dengar pendapat di Komisi VII DPR beberapa waktu lalu.