Pemerintah meyakinkan masyarakat bahwa pasokan beras aman. Meski demikian, distribusinya akan dibenahi.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah berkomitmen membenahi distribusi beras menjelang Lebaran dan mengantisipasi aksi beli masyarakat pasca-kemunculan kasus infeksi virus korona tipe baru di Indonesia. Sejauh ini, stok beras di gudang-gudang Perum Bulog aman.
Menurut Menteri BUMN Erick Thohir, kepanikan masyarakat terkait penyebaran Covid-19 yang ditunjukkan dengan aksi membeli bahan kebutuhan pokok tidak bisa dilarang. Namun, pemerintah memberikan edukasi dan memastikan stok tersedia.
Saat ini, stok beras nasional yang tersedia sekitar 1,65 juta ton, sedangkan musim panen raya diperkirakan lebih cepat, yakni pada akhir Maret 2020. Sebagian besar stok itu merupakan beras impor, antara lain dari Thailand dan India. Dengan adanya panen raya, diharapkan ada keseimbangan komposisi beras lokal dan impor.
Pemerintah juga berupaya memperbaiki distribusi. Erick menegaskan, tidak boleh ada mafia beras. Pedagang berhak memperoleh untung, tetapi jangan sampai mengorbankan konsumen dengan harga yang mahal serta menghancurkan pendapatan petani. Ia meminta Direktur Utama Bulog ikut memastikan tidak ada praktik mafia beras.
”Dalam berbisnis, ada hak boleh untung. Tetapi, yang tidak boleh beras dimafiakan, dalam arti jangan sampai ketika rakyat butuh, (harga) dimahalkan, dan ketika panen, harga dibanting dan petani dimiskinkan. Ini yang perlu dipastikan (tidak terjadi),” ujarnya saat meninjau Gudang Bulog Sunter, Jakarta, Rabu (4/3/2020).
Ia menambahkan, distribusi akan terus dibenahi melalui jalur biasa yang sudah ada selama ini ataupun melalui jalur distribusi lain, yakni bekerja sama dengan pasar modern, seperti supermarket dan minimarket, atau penyedia layanan perdagangan secara elektronik atau e-dagang. Kerja sama swasta dan BUMN dinilai sudah lumrah.
”(Platform) daring juga bisa jual beras. Teknologi sudah berubah,” katanya.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengemukakan, Kementerian Pertanian memprediksi pada musim panen akan surplus 2,8 juta ton beras. Dari jumlah itu, Bulog siap menyerap sekitar 1,4 juta ton. Di sisi lain, Perum Bulog juga mulai mengeluarkan stok beras di gudang untuk wilayah yang mulai panen. Diharapkan, tahun ini tidak perlu ada impor beras khusus.
Perum Bulog, lanjut Budi Waseso, juga terus menggelar operasi pasar beras murah melalui gerai ritel minimarket. Operasi pasar beras rata-rata 150.000 ton per bulan.
”Beras kita taruh untuk stabilisasi harga. Beras murah bukan berarti kualitasnya rendah. Masyarakat punya pilihan, jadi tidak usah panik,” ujar Budi.
Pembelian dibatasi
Sementara itu, PT Kimia Farma (Persero) Tbk memastikan stok masker wajah aman. Setelah pemerintah mengumumkan ada kasus positif Covid-19 di Indonesia, permintaan masyarakat akan masker melonjak.
Menurut Direktur Utama Kimia Farma Verdi Budidarmo, stok masker kain saat ini sekitar 215.000 lembar, yang tersebar di 1.300 apotek Kimia Farma di Indonesia. Kimia Farma juga masih memesan 7,2 juta lembar masker dengan bahan baku impor dari China.
Verdi memastikan, harga jual masker masih stabil, yakni Rp 2.000 per lembar. Namun, pembelian dibatasi maksimum dua lembar per orang per transaksi. Selain itu, ketersediaan antiseptik masih memadai.
Ia mengakui, pasokan bahan baku untuk obat-obatan dan masker yang diimpor dari China mulai terganggu. Untuk itu, pihaknya sudah mengalihkan bahan baku ke negara lain, seperti Korea Selatan, India, dan Eropa. Untuk bahan baku pembuatan masker, pihaknya siap memesan dari Eropa meskipun harganya akan lebih tinggi.
”(Impor) bahan baku obat-obatan kami alihkan (dari China ke negara lain). Tidak ada kesulitan dalam hal produksi,” kata Verdi, saat menerima kunjungan Menteri BUMN.