Pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat dan sejumlah stimulus dari dalam negeri meningkatkan pergerakan harga saham. IHSG menguat 2,38 persen ke 5,650,136, sementara sehari sebelumnya menguat 2,94 persen.
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat serta sejumlah stimulus dari dalam negeri meningkatkan pergerakan harga saham. Namun, belum adanya peningkatan volume transaksi membuat pasar modal masih rawan terhadap aksi ambil untung.
Pada penutupan perdagangan Rabu (4/3/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 131,51 poin atau 2,38 persen dari hari sebelumnya ke level 5.650,14. Pada perdagangan sehari sebelumnya, IHSG menguat 2,94 persen ke level 5.518,63.
Analis Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan, menilai sentimen utama dari kenaikan IHSG adalah keputusan bank sentral AS, The Fed, memangkas suku bunga hingga 50 basis poin ke kisaran 1 persen - 1,25 persen. Secara historis, The Fed jarang memangkas suku bunga secara agresif.
“Umumnya The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin. The Fed terakhir kali memangkas suku bunga lebih dari 25 basis poin adalah saat krisis ekonomi akibat subprime mortgage 2008," ujarnya.
Valdy menambahkan, rencana kebijakan moneter lain dari dalam negeri juga dapat mendorong kenaikan kepercayaan investor di pasar modal Indonesia. BI menurunkan Giro Wajib Minimum valuta asing terhadap dana pihak ketiga dari 8 persen menjadi 4 persen. Penurunan yang mulai berlaku 16 Maret 2020 ini akan meningkatkan likuiditas valuta asing di perbankan 3,2 miliar dollar AS.
Otoritas pun saat ini telah melonggarkan gerbang masuk investor global melalui bank kustodian baik global maupun domestik dalam melakukan kegiatan investasi di dalam negeri. Saat ini bank lokal dapat menyediakan jasa kustodian, tidak hanya bank asing.
“Namun IHSG rawan terhadap aksi ambil untung pada perdagangan pekan ini. Pasalnya technical rebound signifikan dalam dua hari terakhir tidak didukung oleh peningkatan volume transaksi,” ujar Valdy.
Volume perdagangan sepanjang hari tercatat mencapai Rp 6,2 triliun. Dari seluruh saham yang diperdagangkan, sebanyak 291 saham menguat, 124 saham melemah, dan 268 saham stagnan. Sepanjang perdagangan, investor asing masih mencatatkan aksi jual bersih sebesar Rp 61,79 miliar
“Investor cenderung bersikap wait and see terhadap perkembangan sentimen yang ada. Namun, untuk jangka menengah IHSG terindikasi menguat,” kata Valdy.
Associate Director Fixed Income PT Anugerah Sekuritas, Ramdhan Ario Maruto mengatakan, pemerintah sukses menjaga minat investor terhadap pasar obligasi di tengah kondisi yang penuh gejolak akibat wabah Covid-19. “Kepanikan pasar yang terlihat dari penurunan kepemilikan asing atas obligasi Indonesia dan derasnya capital outflow (arus modal keluar) berhasil diredam pemerintah,” kata dia.
Kepanikan pasar sebagaimana terlihat dari penurunan kepemilikan asing atas obligasi berhasil diredam pemerintah.
Pada sisi moneter, ia mengapresiasi sejumlah kebijakan Bank Indonesia yang mengintervensi pasar spot, dan Surat Berharga Negara (SBN). Hal tersebut dinilai menjaga volatilitas nilai tukar dan obligasi tidak begitu fluktuatif.
BI memperluas jenis dan cakupan underlying investor asing di dalam melakukan lindung nilai, termasuk bila hendak masuk ke pasar Domestic Non-Deliverable Forwards (DNDF). Jika ingin mengakses DNDF, partisipan harus punya underlying yang jelas seperti kebutuhan impor, dan pembayaran utang luar negeri.
“Intervensi yang dilakukan pemerintah di pasar menjaga kondisi pasar obligasi dan juga pasar modal Indonesia. Kebanyakan gangguan yang berpotensi mengguncang Indonesia berasal dari faktor eksternal,” kata Ramdhan.