Pulang Umrah, Dua Warga Lombok Masuk Ruang Isolasi RSUD Provinsi NTB
›
Pulang Umrah, Dua Warga Lombok...
Iklan
Pulang Umrah, Dua Warga Lombok Masuk Ruang Isolasi RSUD Provinsi NTB
Empat orang, terdiri dari seorang warga asing dan tiga warga Indonesia, masuk ruang isolasi Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat karena diduga Covid-19.
Oleh
ismail zakaria
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Empat orang, terdiri dari seorang warga asing dan tiga warga Indonesia, masuk ruang isolasi Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat karena diduga Covid-19. Dua di antara mereka baru pulang setelah menjalankan ibadah umrah.
Kepala Bidang Pelayanan Medis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi NTB dr I Nyoman Wijaya Kusuma di Mataram, Rabu (4/3/2020), mengatakan, empat orang yang tengah dipantau itu adalah NF (35), warga negara India, dan tiga warga Indonesia asal NTB, yakni G (10), T (50), dan A (49).
NF merupakan pasien rujukan dari RSUD Selong, Lombok Timur. Ia masuk di RSUD Provinsi NTB pada Senin (2/3) sekitar pukul 18.40. Pada pemeriksaan awal, NF yang istrinya merupakan orang Lombok Timur dilaporkan panas dengan suhu 36,9 derajat celsius, batuk, disertai sesak napas. Sebelum tiba di Lombok, NF memiliki riwayat perjalanan ke Malaysia, Jakarta, lalu ke Lombok.
Sementara G yang berasal dari Mataram, kata Nyoman, masuk RSUD Provinsi NTB pada Selasa (3/3) sekitar pukul 19.00. G bersama keluarga baru pulang dari berlibur di Bangkok.
”Ia lebih dulu masuk ke ruang instalasi gawat darurat. Selain batuk dan pilek, suhu tubuhnya juga mencapai 39 derajat celsius. Baru setelah itu dimasukkan ke ruang isolasi,” kata Nyoman.
Dua orang lagi, yakni T dan A, merupakan warga Lombok Tengah. Mereka diketahui baru kembali dari menjalankan ibadah umrah dan sempat transit di Malaysia. Keduanya dirujuk ke Kantor Kesehatan Pelabuhan Bandara Internasional Lombok.
”T tiba sekitar pukul 15.00 Wita, dia batuk, pilek, dan panas tubuh 39 derajat celsius. Begitu tiba, langsung kami tangani,” kata Nyoman.
Sementara A tiba pukul 21.50. Seperti T, kondisi A juga sama, yakni batuk disertai pilek dengan suhu tubuh 39,4 derajat celsius.
Menurut Nyoman, sampel swab (apusan) tenggorokan dan hidung dari keempat pasien tersebut sudah diambil. Sampel milik NF sudah dikirim pada Selasa, Sedangkan tiga pasien lainnya hari ini. Sampel dikirim ke Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan. Hasil pemeriksaan untuk mengetahui status pasien itu baru akan diketahui dalam beberapa hari ke depan.
Hingga saat ini, kata Nyoman, keempat warga tersebut masih di ruang isolasi. NF kondisinya sudah semakin membaik. Ia sudah bisa makan dan tidak lagi diinfus, sedangkan tiga lainnya masih diinfus.
”Ketiganya (G, A, dan T) masih batuk dan pilek. Suhu tubuh G sudah turun ke 36,9 derajat celsius. Begitu juga T yang pagi tadi berada di 36,4 derajat celsius. Sementara A masih panas, yakni 38 derajat celsius,” ucap Nyoman.
Menurut Nyoman, keempat pasien tersebut saat ini masuk kategori pemantauan, bukan pengawasan.
”Mereka masuk pengawasan jika batuk, sesak, atau pernah kontak langsung atau berkunjung ke daerah terinfeksi, sedangkan kalau panas atau batuk saja masuk pemantauan. Sebenarnya empat orang ini masuk pemantauan dan bisa di rumah. Tetapi, karena suhu tubuhnya tinggi, tidak mungkin kami biarkan di rumah,” kata Nyoman.
Nyoman menambahkan, sesuai dengan standar operasional prosedur, perlakuan terhadap pasien atau rujukan suspect Covid-19 sama. Begitu pasien datang, mereka langsung dicek untuk mengetahui masuk kategori pengawasan atau pemantauan. Setelah itu, langsung masuk ke ruang isolasi.
”Jika masuk pengawasan, dipantau ketat. Pemeriksaan suhu bisa tiga kali sehari. Kalau makin memburuk, dilihat sewaktu-waktu. Bahkan, jika sesak napas, dipakaikan alat bantu napas. Sementara yang pemantauan, pemeriksaan suhu bisa seminggu sekali,” ucap Nyoman.
Sejauh ini, kata Nyoman, mereka menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk penanganan. Ruang isolasi di RSUD Provinsi NTB memiliki tujuh kamar. Selain itu, alat pelindung diri untuk petugas juga telah disiapkan.
”Kami juga berupaya menambah meski sekarang langka. Itu untuk mengantisipasi jika pasien semakin banyak. Sementara untuk kamar, kami siasati dengan menggeser pasien yang sekiranya sudah membaik ke ruang lain,” kata Nyoman.
Jika masuk pengawasan, dipantau ketat. Pemeriksaan suhu bisa tiga kali sehari. Kalau makin memburuk, dilihat sewaktu-waktu. Bahkan, jika sesak napas, dipakaikan alat bantu napas. Sementara yang pemantauan, pemeriksaan suhu bisa seminggu sekali.
Pemeriksaan pintu masuk
Antisipasi masuknya Covid-19 di NTB juga terus dilakukan pemangku kepentingan di daerah tersebut. Selain akan melakukan sosialisasi terkait dengan Covid-19 ke sekolah-sekolah, mulai dari jenjang sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA), hingga masyarakat umum, pengawasan di pintu masuk juga dilakukan.
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Mataram I Wayan Diatmika mengatakan, mereka tetap menerapkan standar operasional prosedur seperti sebelumnya, baik di bandara maupun pelabuhan.
Di Bandara Internasional Lombok, pengecek dilakukan dengan alat deteksi suhu tubuh. Begitu juga di Pelabuhan Bangsal Lombok Utara, pengecekan dilakukan terhadap semua wisatawan yang datang dari Bali menggunakan kapal. Mereka biasanya akan berlibur ke kawasan Gili.
”Sejak awal kami sudah sangat ketat. Semua yang pernah dari negara terjangkit kami pantau, baik di rumah maupun tempat menginap. Setelah itu, kalau gejalanya bertambah, dibawa ke ruang isolasi,” ujar Wayan.
Menurut Wayan, pemeriksaan secara ketat di pintu-pintu masuk adalah untuk deteksi dini. ”Jadi, kalaupun dia sakit, sembuhnya lebih cepat. Di samping itu, pemeriksaan juga untuk mencegah penularan,” kata Wayan.
Wayan menambahkan, upaya mencegah merebaknya Covid-19 adalah tugas bersama, termasuk masyarakat.
”Saya meminta masyarakat tetap tenang. Tidak panik. Tidak sampai borong makanan atau masker. Kalau merasa sakit, apalagi sesak, dan merasa pernah kontak dengan warga asing, langsung periksa. Soal biaya, (jika suspect) tidak perlu khawatir karena ditanggung pemerintah,” ucap Wayan.