Bank Indonesia Solo mendorong pemanfaatan standar kode baca cepat Indonesia (QRIS) di Solo Raya, Jawa Tengah. Transaksi non-tunai dengan QRIS diharapkan mampu mengakselerasi perputaran uang.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·3 menit baca
SOLO, KOMPAS — Bank Indonesia Solo mendorong transaksi non-tunai melalui pemanfaatan standar kode baca cepat Indonesia atau QRIS di wilayah eks Karesidenan Surakarta atau Solo Raya, Jawa Tengah. Implementasi QRIS diharapkan turut berkontribusi pada akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo Bambang Pramono mengatakan, implementasi QRIS berlaku efektif secara nasional mulai 1 Januari 2020. Bank Indonesia sebelumnya meluncurkan standar kode baca cepat Indonesia atau QRIS untuk pembayaran transaksi non-tunai melalui aplikasi uang elektronik berbasis server atau dompet elektronik ataupun mobile banking. Pihak perbankan ataupun penyedia jasa sistem pembayaran (PJSP) atau pengelola dompet digital wajib menyesuaikan sistem pembayaran non-tunai mereka dengan QRIS.
Meski telah diberlakukan efektif pada 1 Januari 2020, Bambang mengakui belum semua toko atau tempat usaha yang telah melayani pembayaran secara non-tunai beralih ke QRIS. Karena itu, BI Solo meminta perbankan ataupun PJSP lebih proaktif menggandeng tempat usaha yang menjadi mitra mereka memasang kode cepat baca QRIS untuk menggantikan QR masing-masing PJSP.
”Kami ingin akselerasi impelementasi QRIS di Solo Raya ini dipercepat,” katanya di Solo, Rabu (4/3/2020).
Bambang mengatakan, implementasi QRIS diharapkan turut berkontribusi pada upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Melalui transaksi non-tunai secara digital, perputaran uang akan menjadi lebih cepat. Dana yang dibayarkan konsumen saat transaksi menggunakan QRIS dapat langsung masuk ke perbankan atau PJSP. Dana tersebut selanjutnya bisa disalurkan untuk kredit ataupun untuk kegiatan ekonomi lainnya. ”Jadi ini salah satu upaya untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional,” ujarnya.
Lebih lanjut, Bambang mengatakan, peningkatan transaksi non-tunai dengan QRIS juga akan memangkas biaya pencetakan uang tunai yang sangat mahal, termasuk biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak perbankan untuk mengelola uang tunai. Sistem keuangan akan menjadi lebih efisien. Dana-dana yang semestinya dikeluarkan untuk mengelola uang tunai dapat dialokasikan untuk berbagai kegiatan lain sehingga akan semakin mendorong perputaran ekonomi.
Peningkatan transaksi non-tunai dengan QRIS juga akan memangkas biaya pencetakan uang tunai yang sangat mahal.
Guna mengakselerasi implementasi QRIS, Bank Indonsia Solo akan mengajak pemerintah daerah, pelaku usaha ritel, perbankan, PJSP dan masyarakat agar bersama-sama menggunakan pembayaran non-tunai QRIS. Untuk itu, BI Solo juga akan menggelar Pekan Qris Nasional (PQN) 2020 di Solo pada 9-15 Maret. Sebelumnya, pada 2-8 Maret 2020 akan digelar pra-kegiatan dengan kampanye dan sosialisasi QRIS dan PQN. Di Solo, ada dua pasar yang ditargetkan menerapkan pembayaran non-tunai menggunakan QRIS, yaitu Pasar Singosaren dan Nusukan.
Jamal (30), pemilik toko kelontong, mengaku telah memasang kode QRIS di tokonya sebulan terakhir bekerja sama dengan pihak LinkAja. Penggunaan QRIS lebih sederhana dan memudahkan penjual ataupun pembeli. Ini karena satu kode QR QRIS bisa dipakai untuk semua aplikasi pembayaran digital, misalnya LinkAja, OVO, Gopay, dan Dana. Meski demikian, masih belum banyak pelanggan yang memanfaatkan metode pembayaran non-tunai tersebut.
”Pembeli yang membayar secara digital dengan memindai kode QRIS masih kurang dari 10 orang dalam sebulan. Kebanyakan dari kalangan milenial karena mungkin lebih familiar dengan teknologi digital,” katanya.