Untuk pertama kali, tim Piala Davis Indonesia akan bertemua tim asal Afrika, yakni Kenya, pada laga playoff Grup II Dunia, 6-7 Maret 2020. Pertemuan ini menjadi tantangan karena tim Indonesia buta dengan kekuatan lawan.
Oleh
Yulia Sapthiani
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Format baru kejuaraan tenis beregu putra Piala Davis untuk pertama kalinya mempertemukan Indonesia dengan tim dari Afrika, yaitu Kenya. Format yang bisa memunculkan pertemuan tim dari zona berbeda ini menjadi tantangan baru karena persaingan di lapangan sulit ditebak.
Pertemuan Indonesia lawan Kenya di Stadion Tenis Gelora Bung Karno, Jakarta, 6-7 Maret, menjadi bagian dari persaingan playoff Grup Dunia II. Sebagai Piala Dunia Tenis, persaingan pada Grup I ke bawah tak lagi terjadi per zona, yaitu Asia/Oseania, Eropa, Afrika, dan Amerika. Kali ini, persaingan pada grup yang sama bisa terjadi antarzona.
Indonesia bertemu Kenya setelah kalah dari Selandia Baru pada Grup II Asia/Oseania 2019. Adapun Kenya adalah juara Grup III Zona Afrika 2019. Sebanyak 24 tim yang kalah pada Grup II dan tim peringkat atas Grup III 2019 dikumpulkan, lalu diundi. Undian itu menghasilkan 12 laga playoff Grup Dunia II 2020. Sebanyak 12 tim pemenang akan bertahan di Grup II, sedangkan yang kalah ke Grup III.
Filipina, yang juga bermain dalam playoff Grup Dunia II, bahkan, lebih “beruntung”. Undian yang mempertemukan mereka dengan Yunani membuka peluang petenis Filipina bertemu dengan petenis peringkat keenam dunia, Stefanos Tsitsipas.
Sejak tampil pertama kali pada Piala Davis 1961, baru kali ini Indonesia bertemu tim Afrika. Indonesia pernah bertemu tim Eropa seperti Belanda, Jerman, dan Swedia, ketika bersaing dengan tim elite di Grup Dunia pada era 1980-an.
”Format baru ini lebih menarik. Selama ini kami bertemu tim Asia/Oseania, sekarang bertemu tim dari zona lain. Fomat ini bisa mengukur kemampuan pemain. Standar kompetisi di Asia belum tentu sama dengan wilayah lain,” ujar Kapten Tim Indonesia Febi Widhiyanto.
Tantangan lain karena belum pernah berhadapan adalah para pemain buta dengan kekuatan lawan. “Peringkat tidak bisa menjadi patokan. Persaingan akan sulit ditebak dan bisa muncul kejutan,” lanjut Febi.
Kapten Tim Kenya Rosemary Owino memberi pandangan serupa, tentang membuka kesempatan bagi petenis bersaing dengan lebih banyak atlet. ”Dalam setahun, mereka bisa bertanding lebih banyak daripada hanya sekali seperti sebelum-sebelumnya. Itulah tujuannya menjadi atlet,” katanya.
Indonesia diperkuat Christopher “Christo” Rungkat, David Agung Susanto, Rifqi Fitriadi, dan Gunawan Trismuwantara. Mereka harus memenangi tiga dari lima partai untuk bisa bertahan di Grup II. Dua nomor tunggal berlangsung Jumat, disusul satu ganda dan dua tunggal pada Sabtu.
Selain tampil pada nomor ganda yang menjadi spesialisasinya, Christo berpeluang juga tampil di nomor tunggal untuk mengamankan dua kemenangan pada hari pertama. Status dan lawan setiap pemain akan ditentukan dalam undian, Kamis.
Lawan tim terkuat
Dari kejuaraan beregu putri Piala Fed Grup I Zona Asia/Oseania di Dubai, Uni Emirat Arab, 3-7 Maret, setelah menang atas Taiwan, 2-1, Indonesia bertemu tim kuat lainnya, China, pada Rabu malam waktu Indonesia. China dan Taiwan adalah dua tim terkuat dari enam tim yang tampil di Dubai karena diperkuat pemain-pemain bereputasi juara Grand Slam pada nomor ganda.
China juga diperkuat tiga petenis tunggal berperingkat 35 besar dunia dan petenis ganda 10 besar dunia. Mengingat beratnya peluang untuk menang, kapten Tim Indonesia Deddy Tedjamukti menurunkan formasi berbeda dengan saat melawan Taiwan. “Karena menang lawan China sangat berat, kami lebih fokus mempersiapkan diri untuk melawan Uzbekistan,” ujar Deddy.
Melawan China, Indonesia menurunkan Janice Tjen untuk melawan Zheng Saisai dan Aldila Sutjiadi yang berhadapan dengan Wang Qiang. Adapun pada ganda, Deddy mempercayakan duet petenis remaja, Janice/Priska Madelyn Nugroho untuk melawan Xu Yifan/Zhang Shuai.
Formasi ini berbeda dengan laga melawan Taiwan ketika Indonesia hanya menurunkan Aldila dan Priska. Dua kemenangan didapat dari mereka saat bermain pada nomor tunggal.
Dua tim berperingkat teratas dari persaingan dengan format round robin ini berhak tampil pada kualifikasi ke Final Piala Fed 2021, adapun dua tim terbawah degradasi ke Grup III.