Larangan Umrah Kini Berlaku untuk Warga Arab Saudi
›
Larangan Umrah Kini Berlaku...
Iklan
Larangan Umrah Kini Berlaku untuk Warga Arab Saudi
Meski melarang umrah, Riyadh tetap membuka Mekkah dan Madinah untuk ibadah harian. Larangan akan dicabut jika wabah korona dinilai lebih terkendali.
Oleh
Kris Mada
·4 menit baca
RIYADH, KAMIS — Setelah untuk orang asing, Arab Saudi kini menerapkan larangan umrah untuk warganya. Pelarangan itu untuk mengendalikan penyebaran wabah virus korona tipe baru (Covid-19) yang terus meluas dan telah masuk ke Arab Saudi.
”Berdasarkan rekomendasi komite pemantau virus korona baru, diputuskan untuk menunda umrah bagi warga dan penduduk di kerajaan,” demikian disiarkan kantor berita Arab Saudi, SPA, Rabu (4/3/2020).
Pekan lalu, Arab Saudi mengumumkan pelarangan sementara umrah untuk warga asing. Akibatnya, ribuan jemaah dari sejumlah negara kebingungan atas larangan mendadak itu. Apalagi, sebagian jamaah sudah berada di perjalanan menuju Arab Saudi.
Kini, larangan diperluas untuk warga Arab Saudi. Meski melarang umrah, Riyadh tetap membuka Mekkah dan Madinah untuk ibadah harian. ”Hanya umrah yang dilarang,” kata Wakil Menteri Urusan Umrah Abdulfattah Mashat.
Seperti saat mengumumkan untuk warga asing, larangan untuk warga Saudi juga dinyatakan berlaku sementara. Larangan akan dicabut jika wabah dinilai lebih terkendali. Riyadh mengumumkan itu seiring penambahan jumlah kasus infeksi Covid-19 di Timur Tengah.
Kini, pusat wabah Covid-19 di Timur Tengah berada di Iran. Presiden Iran Hassan Rouhani mengumumkan, wabah sudah menyebar ke hampir seluruh provinsi di negara itu. ”Ini penyakit yang menyebar,” ujarnya dalam rapat kabinet.
Hampir 3.000 orang terinfeksi Covid-19 di Iran. Sejumlah pejabat, wakil presiden, hingga anggota DPR ikut terinfeksi wabah itu. Iran menjadi salah satu negara dengan jumlah infeksi dan korban tewas tertinggi di luar China.
Penyebaran virus korona baru di luar negeri menjadi perhatian Amerika Serikat. Washington mengalokasikan hingga 1,3 miliar dollar AS untuk penanggulangan wabah Covid-19 di sejumlah negara. Dana itu bagian dari anggaran 8,3 miliar dollar AS yang disetujui DPR AS kemarin.
Presiden AS Donald Trump akan mengesahkan anggaran itu setelah dibahas di Senat pada Kamis ini. Dari anggaran itu, 3 miliar dollar AS akan dialokasikan untuk penelitian vaksin, obat, dan tes.
Dalam anggaran itu akan ada pula alokasi 300 juta dollar AS untuk pembelian obat yang akan diberikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Jumlah setara diberikan untuk pusat pengendalian dan pencegahan penyakit menular.
Dari anggaran itu akan ada alokasi 2 miliar dollar AS untuk membantu pemerintah federal, negara bagian, dan pemerintah kota mempersiapkan antisipasi Covid-19. Akan ada pula 1 miliar dollar AS untuk perlengkapan medis, 350 juta dollar AS untuk memburu virus di lokasi-lokasi utama penyebaran dan 500 juta dollar AS untuk layanan kesehatan di daerah terpencil.
Sebelumnya, Departemen Kesehatan AS mempersiapkan 35 juta dollar AS bantuan untuk 28 pemerintah negara bagian dan lokal. Dana itu dipakai untuk meningkatkan kemampuan pemerintah daerah menanggulangi Covid-19.
Dana itu antara lain diberikan untuk Washington yang telah mencatatkan 10 korban tewas akibat Covid-19. Negara bagian ini berbeda dengan Washington DC yang merupakan pusat pemerintahan AS.
Washington terletak di pesisir barat dan berada di atas California. Sementara Washington DC dekat New York yang berada di pesisir timur. Dana untuk negara bagian akan dibagikan mulai pekan depan.
Harapan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berpendapat ada harapan di tengah wabah Covid-19. Harapan itu timbul setelah laju penyebaran di China, pusat sekaligus lokasi pertama wabah, melambat.
Pakar wabah WHO, Maria Van Kerkhove, menyebut bahwa laju infeksi di China melambat sejak akhir Januari. ”Kami memeriksa data dan meyakini penurunan itu nyata,” ujar dokter yang telah melawat ke China kala wabah meruak itu.
Penurunan infeksi di China diyakini akan terjadi pula di negara lain. Selain di China dan Iran, Covid-19 juga mewabah di Italia, Korea Selatan, Jepang, dan sejumlah negara lain. ”Kami yakin penurunan akan terjadi di negara lain,” ujarnya.
Langkah luar biasa China, termasuk karantina hampir 60 juta warganya, disebut berperan penting dalam pengendalian wabah. Dalam sejarah, belum pernah tercatat karantina demikian besar dilakukan karena wabah. Sayangnya, langkah China sulit dilakukan negara lagi.
Pakar kesehatan masyarakat di Universitas George Washington, Leana Wen, mengatakan bahwa tidak ada kejelasan bagaimana dampak pengendalian yang tidak seketat China pada upaya melawan wabah Covid-19.
”Kita menyaksikan peningkatan amat cepat di berbagai penjuru dunia. Saya yakin kondisi akan terus memburuk sebelum ada perbaikan. Kita tahu ini akan mengarah ke mana seiring ada penularan antarmanusia,” tuturnya. (AP/REUTERS)