Akibat Covid-19, Pengunjung Mal Turun dan Tingkat Okupansi Hotel Pun Anjlok
›
Akibat Covid-19, Pengunjung...
Iklan
Akibat Covid-19, Pengunjung Mal Turun dan Tingkat Okupansi Hotel Pun Anjlok
Dengan wabah korona, masyarakat menjadi menahan diri untuk tidak keluar rumah. ”Angka penjualan sektor ritel offline turun hingga 30 persen, khususnya fashion dan sepatu,” kata Ketua Hippindo Budihardjo Iduansjah.
Oleh
Helena F Nababan
·4 menit baca
Presiden Joko Widodo mengumumkan dua pasien positif terinfeksi korona pada Senin (2/3/2020) diikuti perintah Gubernur DKI Anies Baswedan untuk menangguhkan semua izin keramaian. Namun, persebaran virus korona sudah membuat angka pengunjung mal turun dan tingkat okupansi hotel berkurang.
Budihardjo Iduansjah, Ketua Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Kamis (5/3/2020), menjelaskan, wabah korona membuat traffic pengunjung mal turun 10-20 persen. ”Namun, itu sudah dimulai sejak banjir awal tahun hingga Februari, lalu ada korona,” kata Budihardjo.
Dengan wabah korona, masyarakat menahan diri tidak keluar rumah. ”Angka penjualan sektor ritel offline turun hingga 30 persen, khususnya fashion dan sepatu,” katanya.
Terpisah, Krishandi, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta, menyebutkan, dalam kondisi normal, memasuki Maret biasanya okupansi hotel akan naik menuju 50 persen. Namun, dengan adanya korona, untuk bisa naik menuju 40 persen saja sulit.
”Penurunan itu terasa sekali ketika gubernur sudah mengumumkan akan menyetop semua izin keramaian. Contoh 6,7,8 Maret akan ada acara musik di JIExpo. Belum lagi acara pameran di JCC. Itu harus ditunda karena ada keramaian,” katanya.
Untuk menarik para pengunjung kembali, baik Hippindo maupun PHRI sudah membuat langkah-langkah. ”Kami membuat kampanye bersama Kementerian Perdagangan. Kalau sakit jangan ke mal. Tapi kalau sehat, mal itu aman tidak ada masalah,” kata Budihardjo.
Untuk mengamankan pengunjung, Hippindo juga sudah membuat imbauan bersama Asosiasi Pusat Perbelanjaan agar meningkatkan frekuensi kebersihan di eskalator. Lalu dapur-dapur restoran juga dijaga kebersihannya. Karyawan juga dideteksi suhu badannya dengan thermal gun.
Hal yang sama juga diterapkan di hotel-hotel di Jakarta. ”Ada hand sanitizer dan thermal gun yang disiapkan,” kata Krishandi.
Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta Sarman Simanjorang menjelaskan, dampak korona sudah berefek di sektor pariwisata, transportasi, keuangan, psikologi masyarakat, mikroekonomi, dan industri. Ini bisa berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Untuk itu, HIPPI meminta pemerintah harus betul-betul mampu meyakinkan masyarakat bahwa pemerintah mampu mengatasi ini. Pemerintah juga mesti meyakinkan masyarakat bahwa ketersediaan berbagai bahan pangan kita aman.
”Ini penting karena 1,5 bulan lagi kita masuk Ramadhan dan Lebaran. Jadi secara psikologis masyarakat, ini sudah mulai berpikir ke arah sana. Apalagi kan seperti KA sudah mulai dijual tiketnya. Jadi artinya masyarakat sudah mulai berpikir ke arah Lebaran, sementara di sisi lain soal korona. Pemerintah harus betul-betul bisa meyakinkan,” katanya.
Selanjutnya, pemerintah diminta berhati-hati dalam memberikan informasi tentang virus korona, terutama yang terindikasi kena. Tujuannya agar masyarakat tidak panik.
”Pemerintah harus memberikan statement yang memberikan ketenangan kepada masyarakat,” kata Simanjorang.
Kalau dari pengusaha, lanjutnya, apa pun yang dilakukan pemerintah akan didukung. Namun, untuk bidang ekonomi, HIPPI berharap pemerintah betul-betul memberikan stimulus-stimulus di berbagai sektor.
”Kemudahan-kemudahan izin impor dan ekspor itu supaya betul-betul diberikan, terutama impor kebutuhan-kebutuhan kita yang tidak bisa disuplai dari lokal. Itu misalnya bahan baku. Bahan baku industri kita yang sangat tergantung dari China, dengan saat ini diberhentikan, ini kan kita menduga bahwa akhir Maret ini akan terasa. Pada awal bulan stok ada, tapi sebentar lagi akan ada kelangkaan. Bisa jadi para pengusaha akan mencari sumber-sumber baru. Itu harus jangan dipersulit. Bahan baku itu, misalnya baja, farmasi, tekstil,” katanya.
Hal senada juga dimintakan Hippindo. Sementara PHRI berharap Pemprov DKI turut menyuarakan kepada pemerintah mengenai penurunan harga tiket pesawat ke Jakarta yang tidak turun pada saat ada promosi harga ke 10 kota. Hal itu akan berpengaruh ke angka kunjungan dan hunian.
Dari pemantauan di pasar Tanah Abang dan di sejumlah pusat perbelanjaan di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan, pengunjung terpantau masih mengalir. Namun ditilik dari keramaian tidak seramai seperti biasanya.
Cucu Ahmad Kurnia, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta, menjelaskan, pihaknya masih proses mengkaji dan menginventarisasi kegiatan-kegiatan yang akan ditinjau ulang penerbitan izinnya, khususnya izin kegiatan yang menghadirkan orang banyak.
Benny Agus Candra, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) DKI Jakarta, menjelaskan, dari izin-izin yang ditangguhkan adalah izin untuk kegiatan Maret 2020. ”Setelah Maret, kita lihat kondisinya. Mudah-mudahan tindakan pencegahan bisa efektif sehingga setelah Maret kondisi membaik dan kondusif sehingga penangguhan bisa dicabut,” jelas Benny.
Sementara dari kajian awal DPMPTSP, ada satu pertunjukan berjudul Head in The Clouds yang izinnya sudah masuk lalu ditangguhkan DPMPTSP. Dua pertunjukan lain pada Maret ini, Baby Metal dan Foals Live In Jakarta, pemberian izinnya ditangguhkan. Dengan penangguhan, itu berarti kegiatan pertunjukan tertunda.
Untuk peninjauan ulang izin, menurut Benny, yang terutama adalah kegiatan yang memiliki tanda daftar pertunjukan temporer. Namun, DPMPTSP juga sedang mengkaji kemungkinan untuk penangguhan izin-izin berkumpul lainnya, seperti izin pemakaian lokasi taman dan jalur hijau, izin penggunaan bangunan di lokasi taman dan jalur hijau, izin pemakaian lokasi kebun bibit dinas kehutanan, dan izin penyelenggaraan kegiatan keolahragaan dan kepemudaan.