Serangan udara AS ke Taliban di Provinsi Helmand, Afghanistan, sebagai upaya menekan Taliban yang dua hari terakhir menyerang 43 pos pasukan Afghanistan.
Oleh
·2 menit baca
Mantan wakil pejabat khusus Amerika Serikat (AS) untuk Afghanistan dan Pakistan, Laurel Miller, menyatakan, ada kesenjangan antara harapan pengurangan kekerasan dan pertukaran tahanan saat perjanjian damai AS-Taliban ditandatangani. ”Sekitar 5.000 pasukan Taliban ditahan Pemerintah Afghanistan, bukan AS, dan mau ditukar 1.000 pasukan Pemerintah Afghanistan yang ditahan Taliban,” kata Miller.
Perjanjian damai AS-Taliban ditandatangani di Doha, Qatar, Sabtu (29/2/2020). Saat itu, Presiden AS Donald Trump menyambut antusias, tetapi keesokan harinya Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menolak melepas 5.000 tahanan dari Taliban, seperti ada dalam perjanjian AS-Taliban. Sementara dalam perjanjian paralel antara AS dan Pemerintah Afghanistan tidak diatur jelas terkait pertukaran tahanan itu.
”Pemerintah Afghanistan belum membuat komitmen untuk membebaskan 5.000 tahanan Taliban dan tidak menjadikan pertukaran itu sebagai syarat untuk pembicaraan damai di dalam negeri,” kata Sediq Sediqqi, juru bicara Ghani. Namun, juru bicara Taliban mengatakan, tidak akan ada pembicaraan damai tanpa pembebasan tahanan.
Taliban menyerang beberapa distrik dan banyak pangkalan militer. Rentetan serangan ke pos pasukan pemerintah itu mungkin dimaksudkan Taliban untuk menekan Presiden Ghani agar melepas sekitar 5.000 anggotanya. Atau, mungkin serangan itu sebagai cara Taliban meningkatkan posisi tawar sebelum perundingan intra-Afghanistan dimulai.
”Hal ini bukan serangan (AS) ke-34 ibu kota provinsi di Afghanistan, bukan juga ke Kabul. Ini hanya ada sejumlah serangan kecil, dan mereka semua dipukul mundur,” ungkap Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley.
Beberapa jam sebelum serangan oleh AS ke Taliban, Presiden Trump berbicara dengan petinggi politik Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar. ”Pembicaraan kami sangat baik. Kedua belah pihak sepakat untuk mengurangi kekerasan di Afghanistan,” ujar Trump (Kompas, 5/3/2020).
Mantan Utusan Uni Eropa untuk Afghanistan Michael Semple menyatakan, perjanjian AS-Taliban belum jelas mengatur terkait operasi apa saja yang boleh dilakukan Taliban. ”Yang jelas diatur, kan, tidak menyerang pasukan asing, tetapi operasi Taliban melawan pasukan Pemerintah Kabul belum jelas,” papar Semple, yang kini menjadi profesor di Universitas Queen di Belfast, Irlandia Utara.
Sejak awal, perundingan damai AS-Taliban sudah menimbulkan masalah ketika Taliban secara sepihak menolak kehadiran wakil Pemerintah Afghanistan dalam perundingan. Kesepakatan damai yang ditandatangani pun bisa dibilang rapuh karena tidak mencerminkan kondisi di lapangan. Apalagi, tidak semua hak dan kewajiban Taliban dan Pemerintah Afghanistan tercantum jelas dalam kesepakatan tersebut.