Seiring dengan kasus baru Covid-19 di China yang terus menurun, warga Wuhan pun perlahan mulai kembali ke kampung halamannya yang selama ini diisolasi.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
Sepasang anak muda melangkah keluar dari kereta cepat ke peron yang sepi di staisun Wuhan, kota yang menjadi pusat wabah Covid-19 dalam dua bulan terakhir.
Sejak Pemerintah China mengisolasi Wuhan pada 23 Januari 2020, kota industri di Provinsi Hubei itu terputus dari dunia luar. Lebih kurang 11 juta warganya dilarang bepergian, transportasi publik dihentikan. Kota-kota lain di Provinsi Hubei pun menyusul diisoliasi.
Namun kini sejalan dengan menurunnya kasus harian Covid-19 di China, kota-kota yang dulu diisolasi kini mulai berdenyut kembali. Warga yang ketika isolasi diterapkan berada di luar kotanya perlahan sudah kembali ke keluarganya. Rumah tetap menjadi tempat yang memberikan perlindungan dan kenyamanan bagi mereka.
”Beberapa orang yang datang (ke China) dari luar negeri bisa memunculkan epidemi baru, jadi berada di Wuhan menjadi pilihan paling aman,” kata Zhao (30), salah seorang dari pasangan itu.
Zhao dan suaminya, Gao, menolak menyebutkan nama lengkapnya karena takut dampaknya jika berbicara kepada media asing.
Ketika Wuhan diisolasi, pasangan itu sedang berkunjung ke keluarganya di Kota Changchun di timur laut China yang jauh. Selama di sana mereka selalu merasa khawatir dengan kondisi keluarganya di Wuhan. Sementara mereka juga terkadang mendapat perlakuan yang dingin dari warga Changchun karena berasal dari Wuhan.
Setiap upaya untuk pulang kampung ke Wuhan selalu saja gagal. ”Kami mencoba tiga kali membeli tiket kereta api tapi selalu dibatalkan,” kata Zhao yang seorang manajer proyek di sebuah lembaga filantropi itu. ”Kami tidak punya cara untuk pulang”.
Meskipun pembatasan untuk memasuki dan meninggalkan Hubei terus diberlakukan, kereta api berkecepatan tinggi masih melintas di sepanjang jalur yang melalui provinsi itu dan berhenti di Wuhan, pusat transportasi utama di China tengah.
Namun, hanya segelintir penumpang yang berani menempuh perjalan satu arah dan turun di Kota Wuhan. Sebagian besar penduduk Hubei masih dilarang meninggalkan provinsi atau bahkan kota mereka sendiri.
Namun, di bawah sistem yang mulai diberlakukan awal Februari, warga dapat masuk jika mereka adalah penduduk lokal dan telah lulus pemeriksaan kesehatan.
”Keluarga kami di Wuhan, jadi saya sangat rindu,” kata Zhao Bojian, 13 tahun, ketika ia turun di Stasiun Wuhan bersama ayahnya.
Mereka sedang dalam perjalanan ke Jepang ketika virus pertama kali menyerang Wuhan akhir Desember 2019. Mereka akhirnya menghabiskan waktu di Shanghai menunggu situasi membaik.
”Kami telah mencari cara untuk pulang. Kami telah pergi lama dan yang kami inginkan hanyalah pulang,” kata Zhao Bojian.
Karena Wuhan menjadi pusat penyebaran Covid-19, sejumlah warga Wuhan yang saat isolasi diberlakukan berada di luar Wuhan mengalami diskriminasi di tempat mereka berada.
”Kami khawatir bahwa kami akan didiskriminasi,” kata Zhao. Zhao dan suaminya diharuskan menjalani karantina selama 14 hari di Changchun. Sesekali mereka dicegah memasuki toko bahan makanan di sana ketika ditanya dari mana mereka berasal.
”Kami mengerti mengapa orang-orang merasa seperti itu. Mereka perlu melindungi diri mereka sendiri. Tetapi, mereka umumnya menghormati perasaan kami,” katanya.
Akan tetapi, pertemuan Zhao dengan keluarga besarnya harus tertahan 14 hari lagi karena ia dan suaminya harus menjalani karantina di rumahnya.
Dalam pandangan sejumlah warga China, Wuhan tetap menjadi kota yang menakutkan sekaligus memancarkan daya tarik.
Kereta cepat melaju membelah Provinsi Hubei. Lanskap lahan pertanian yang berundak yang dihiasi rona kuning-merah cerah bunga-bungaan menjadi pemandangan penumpang sesaat sebelum memasuki Wuhan. Mereka bergumam sendiri ketika melihat jalanan sepi dan menakutkan.
”Dengar, ada yang turun di sini!” seorang pria berseru kaget ketika pintu terbuka dan seorang penumpang keluar.
Setelah 40 hari tinggal sementara di luar Wuhan, Zhao kini sudah berada di ”rumah”-nya, Kota Wuhan. Ia bersyukur orangtuanya sehat. Namun, virusnya tidak sepenuhnya menjauh karena beberapa teman keluarganya telah terinfeksi.
Zhao akan berpartisipasi pada upaya yayasan tempat ia bekerja untuk membawa pasokan berbagai kebutuhan yang diperlukan warga Hubei. Sementara Gao, yang bekerja di manajemen properti, akan kembali ke proyek-proyek.
Gao mengatakan, lebih banyak orang Wuhan akan kembali pulang. ”Masa ketakutan terbesar sudah berlalu,” kata Gao. (AFP)