Bursa calon presiden AS dari Partai Demokrat mengerucut pada dua figur, yakni mantan Wapres AS Joe Biden dan Senator Bernie Sanders. Salah satu dari keduanya bakal menantang petahana Donald Trump.
Oleh
·4 menit baca
Bursa calon presiden AS dari Partai Demokrat mengerucut pada dua figur, yakni mantan Wapres AS Joe Biden dan Senator Bernie Sanders. Salah satu dari keduanya bakal menantang petahana Donald Trump.
WASHINGTON, JUMAT— Jalan bagi mantan Wakil Presiden AS Joe Biden untuk memperoleh tiket calon presiden AS dari Partai Demokrat semakin terbuka. Satu demi satu rivalnya tumbang dan sebagian rival itu telah menyatakan dukungan padanya. Biden tinggal fokus pada pertarungan yang kini mengerucut pada dirinya melawan Senator Bernie Sanders.
Salah satu kandidat, Senator Elizabeth Warren, Kamis (5/3/2020) sore waktu Washington atau Jumat dini hari WIB, mengundurkan diri dari proses seleksi bakal calon presiden yang akan diusung Demokrat. Keputusan itu diambil Warren, senator AS dari Massachusetts, setelah gagal merebut dukungan memadai dalam proses seleksi di 14 negara bagian.
Bahkan, dalam seleksi di Massachusetts yang selama ini jadi kampung halaman sekaligus daerah pemilihannya, ia hanya menempati peringkat ketiga. ”Saya pernah diberi tahu saat pertama kali terjun di (ajang) ini, ada dua jalur. Saya tadinya berpikir mungkin saja tidak seperti itu dan ada ruang lebih untuk melakukan kampanye berbeda. Kelihatannya (apa yang saya pikirkan) itu tidak terjadi,” ujar Warren di luar rumahnya di Cambridge, Massachusetts, Kamis.
Dengan mundurnya Warren, seleksi bakal capres AS dari Demokrat menyisakan Joe Biden (77), Bernie Sanders (78), dan Tulsi Gabbard (39). Gabbard, anggota DPR AS dari Hawaii, hanya mendapat 2 delegasi atau pemilik suara di pemilihan capres AS dari Demokrat. Praktis, persaingan di Partai Demokrat mengerucut pada Biden dan Sanders.
Amerika Serikat pun hampir dipastikan mendapatkan presiden pria berkulit putih dan berusia di atas 70 tahun. Demokrat berpeluang memilih di antara Sanders atau Biden untuk menghadapi Donald Trump—calon petahana sokongan Republikan yang juga berkulit putih dan berusia 74 tahun—pada Pemilu 2020, November mendatang.
Biden tanpa diduga mampu meraup kemenangan di 10 dari 14 negara bagian yang diperebutkan dalam Super Tuesday, Selasa (3/3). Hingga perhitungan, Kamis sore waktu AS, Biden mengungguli Sanders lewat dukungan 526 delegasi, sedangkan Sanders meraih dukungan 463 delegasi. Dibutuhkan minimum 1.991 dukungan delegasi untuk bisa ditetapkan sebagai capres AS dari Demokrat.
Dukungan bagi Biden
Para bakal calon yang telah mundur satu demi satu menyatakan dukungan bagi Biden. Hanya dalam hitungan jam setelah mundur, para kandidat, seperti Pete Buttigieg, Amy Klobuchar, dan Mike Bloomberg, mengumumkan dukungan terhadap mantan wapres AS itu.
Kandidat lain, yakni mantan anggota DPR dari Texas, Beto O’Rourke, juga mendukung Biden. Berkat dukungan O’Rourke, Biden memetik kemenangan tipis dalam pemilihan pendahuluan di Texas.
Menjelang lanjutan pemilihan pendahuluan, Selasa (10/3) depan, tim kampanye Biden telah mengumumkan untuk mengirim Klobuchar, sosok moderat dari wilayah Midwestern, ke Michigan.
Belum diketahui Warren akan menyokong siapa setelah ia mundur. Presiden Organisasi Nasional Wanita AS Toni Van Pelt mendesak Warren tidak menyokong Sanders. Di sisi lain, Van Pelt juga menyebut Biden ikut meloloskan Undang-Undang Antikekerasan terhadap Perempuan.
”Kami yakin dia membuat keputusan tepat. Kami tidak mau menggesa dia. Sanders tidak punya rekam jejak dan tidak terlihat melakukan apa pun untuk perempuan,” ujarnya.
Pada 2016, Warren tidak menyokong Sanders. Kala itu, Warren menyokong Hillary Clinton selepas Demokrat mengumumkan rekomendasi untuk mantan Senator New York tersebut. Selama proses seleksi menuju 2020, Warren dan Sanders terlibat pertikaian terbuka. Warren menuduh Sanders berbohong gara-gara Sanders menyangkal telah menyatakan perempuan tidak bisa jadi Presiden AS.
Dukungan bagi Sanders dari kalangan Kongres juga terlihat stagnan. Sejauh ini ia baru mendapat dukungan terbuka dari sembilan anggota Kongres dan sejak 20 Februari lalu tak ada dukungan baru. Sementara Biden pada pekan ini saja meraup dukungan sedikitnya 26 anggota Kongres.
Situasi saat ini menyebabkan frustrasi yang semakin meningkat di kubu Sanders. Menurut sumber di kalangan tim kampanye Sanders yang dikutip Associated Press dan tak mau disebut namanya, ada perpecahan internal terkait pemilihan strategi kampanye.
Manajer kampanye, Faiz Shakir, ingin memberdayakan para pendukung yang sudah ada, seperti dua anggota Kongres yang progresif, Alexandria OcasioCortez dan Rashida Tlaib. Namun, penasihat senior Jeff Weaver ingin mendorong dukungan lebih luas guna memperlebar koalisi Sanders.
Secara terpisah, Bloomberg dikabarkan akan membentuk tim kampanye terpisah dari Demokrat ataupun para bakal capres AS dari Demokrat. Meskipun demikian, tim itu dipastikan fokus mengalahkan Trump. Setelah mengumumkan mundur dari proses seleksi, Bloomberg memang menyatakan fokusnya adalah mengalahkan Trump. Ia siap membelanjakan uangnya demi tujuan itu.
Belanja Bloomberg
Selama proses seleksi, Bloomberg menghabiskan sedikitnya 500 juta dollar AS untuk membayar tim kampanye dan iklan. Namun, belanja sebesar itu tidak menghasilkan dukungan memadai di proses seleksi sehingga ia memutuskan mundur.
Pria dengan kekayaan yang ditaksir mencapai 60 miliar dollar AS itu disebut akan membelanjakan banyak uang lewat tim kampanye independen yang tengah dibentuknya.
Menanggapi hal itu, Sanders menyatakan tidak akan menerima bantuan Bloomberg. ”Itu bentuk sistem politik yang korup,” ujarnya.
Sementara Biden menyatakan siap menerima dukungan dari siapa pun. Dibandingkan Sanders, Biden memang moderat dan berpeluang meluaskan basis dukungan.