Kondisi Kejiwaan Remaja Pembunuh Bocah Lima Tahun ”Baik-baik Saja”
›
Kondisi Kejiwaan Remaja...
Iklan
Kondisi Kejiwaan Remaja Pembunuh Bocah Lima Tahun ”Baik-baik Saja”
Remaja putri 15 tahun membunuh tetangganya, bocah perempuan 5 tahun, tanpa alasan yang diketahui pasti. Kasus terungkap setelah pelaku melapor sendiri ke Polsek Sawah Besar, Jakarta Pusat, Jumat (6/3/2020).
Oleh
JOHANES GALUH BIMANTARA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Polisi masih belum bisa memastikan apa yang sebenarnya membuat NF, remaja putri berumur 15 tahun, merasa ”baik-baik saja” seusai membunuh APA, bocah perempuan 5 tahun, Kamis (5/3/2020), tetangga yang ia kenal baik. Pemeriksaan psikologis belum bisa dilakukan, menunggu kesiapan psikolog.
Kepada polisi, NF disebut menyatakan tidak menyesali perbuatannya itu. Beberapa kali ditanyakan perasaannya, beberapa kali pula jawabannya sama, yakni merasa puas. Pelajar kelas IX itu diduga membunuh APA, Kamis, di rumahnya di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Menurut Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus, Sabtu (7/3/2020), NF mengaku sudah memiliki niat membunuh APA. ”Saya tanyakan tadi, pernah tidak kamu punya rasa seperti ini sebelumnya. Dia menjawab, ’Pernah, tetapi saya masih bisa tahan. Kali ini saya tidak bisa tahan’,” ucap Yusri menirukan jawaban NF, saat jumpa media di Markas Kepolisian Resor Metropolitan Jakarta Pusat, Jakarta, Sabtu siang.
Pembunuhan itu terungkap setelah NF secara pribadi berinisiatif melaporkan perbuatannya ke polisi.
NF senantiasa menjawab pertanyaan penyidik Polres Metro Jakarta Pusat dengan tenang dan lancar. Bahkan, ia berbicara panjang hingga mengungkap sejumlah hal yang bersifat rahasia.
Oleh karena itu, polisi menunggu kehadiran psikolog agar bisa memeriksa kondisi kejiwaan NF. Yusri mengatakan, psikolog yang dihubungi belum bisa hadir pada Sabtu ini karena sudah memiliki agenda.
Pembunuhan itu terungkap setelah NF secara pribadi berinisiatif melaporkan perbuatannya ke polisi. Pada Jumat sekitar pukul 09.00, ia yang pamit pergi sekolah seperti setiap hari akhirnya mendatangi Markas Kepolisian Sektor Metropolitan Tamansari Polres Metro Jakarta Barat seorang diri, sekaligus memberitahukan lokasi jenazah APA.
Oleh karena lokasi kejadian di Karang Anyar, laporan dioper ke Polsek Sawah Besar Polres Metro Jakarta Pusat. Petugas Polsek Sawah Besar pun mendatangi tempat kejadian dan mendapati bahwa laporan NF benar adanya.
Berdasarkan pemeriksaan polisi, pembunuhan terjadi Kamis pukul 16.00 sewaktu pelaku dan korban bermain bersama. APA memang sering datang bermain ke rumah keluarga NF karena sudah akrab. Ibu APA biasa membantu ibu NF memproduksi kue.
APA meninggal di bak mandi rumah NF dengan luka pendarahan di mulut. Diduga ia ditenggelamkan.
Kepala Polres Metro Jakarta Pusat Komisaris Besar Heru Novianto menyebut, pelaku memasukkan jasad korban ke dalam ember setelah dipastikan meninggal. ”Setelah itu, ditutup kain seprai,” ujarnya.
Orangtua pelaku sempat masuk rumah, tetapi tidak menganggap aneh ember dengan seprai tersebut karena diletakkan di tempat biasa meletakkan cucian. Heru melanjutkan, NF lalu membawa jasad APA ke kamarnya di lantai dua. Lalu, ia menyimpan jasad di lemari pakaian.
Suka film horor
Menurut polisi, NF memiliki kesukaan menonton film horor, termasuk film-film fantasi yang menyeramkan. Dua di antaranya adalah karakter Chucky dan Slender Man, dua karakter buatan yang digambarkan suka membuat teror dan kejam.
Karakter Chucky merupakan sosok boneka yang difilmkan pertama kali tahun 1988 dengan rambut acak-acakan, bermata lebar, ada luka di wajah, dan suka membawa senjata tajam. Ia melakukan apa yang ia suka. Adapun Slender Man merupakan sosok pria bertubuh tipis dengan tangan lebih dari dua yang digambarkan suka menculik anak-anak atau remaja, yang filmnya beredar tahun 2018. Sangat populer tahun 2009, Slender Man juga dibuat video game tiga tahun kemudian.
Di luar negeri, karakter Slender Man kontroversial karena dikaitkan dengan pengaruh buruk pada remaja. Ada kekerasan fisik pada remaja yang dikaitkan dengan karakter ini.
Informasi sebelumnya, NF tidak banyak bergaul dan suka menggambar sosok-sosok di kertas. Hal itu dibuktikan dalam temuan penggeledahan.
Wakil Kepala Polres Metro Jakarta Pusat Ajun Komisaris Besar Susatyo Purnomo memperlihatkan barang-barang pribadi NF dari hasil penggeledahan. Ia membuat banyak gambar bertema suram, antara lain gambar perempuan menangis serta gambar orang yang sedang diikat.
Meski demikian, polisi belum bisa menyatakan karya-karya NF berhubungan dengan niat NF membunuh. Polisi masih menunggu kehadiran ahli untuk menganalisisnya. Selanjutnya, polisi juga masih akan memanggil kedua orangtua NF untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada anak mereka itu.