Keamanan dan Perang Teknologi Bakal Warnai Persaingan AS-China
›
Keamanan dan Perang Teknologi ...
Iklan
Keamanan dan Perang Teknologi Bakal Warnai Persaingan AS-China
Isu keamanan dan perang teknologi akan menjadi isu utama dalam hubungan China dan Amerika Serikat. China relatif telah menyiapkan diri sejak lama, sekaligus beradaptasi dengan dinamika perubahan.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Isu keamanan dan perang teknologi diperkirakan menjadi isu utama setelah perang dagang yang melibatkan Pemerintah China dan Amerika Serikat. China relatif telah menyiapkan diri sejak lama, sekaligus beradaptasi dengan aneka perubahan. Adapun AS cenderung terbebani oleh defisit perdagangan sekalipun mampu menciptakan sistem yang menarik inisiatif dan aneka investasi secara global.
Hal itu mengemuka dalam diskusi terbatas yang menghadirkan pembicara tunggal Direktur Institute Asia Timur pada National University of Singapore Profesor Bert Hofman, di Jakarta, Jumat (6/3/2020). Hofman pernah mengemban jabatan sebagai Direktur Bank Dunia untuk China, Mongolia, dan Korea. Diskusi itu digelar oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan dipandu oleh salah satu pendiri CSIS, Jusuf Wanandi.
Dalam paparannya, Hofman menyampaikan aneka perkembangan yang terjadi terkait sepak terjang China secara global, mulai dari ekonomi, sosial, hingga politik dan keamanan. Posisi dan peran ekonomi China yang berkelindan dengan posisinya dalam rantai pasokan global telah dan bakal semakin strategis. Peran China sebagai penyeimbang—dan mungkin bakal sebagai pemimpin global—akan mewarnai perjalanan sejarah di masa datang.
”Diskusi terus berkembang antara AS dan China. Keamanan akan jadi isu utama yang mungkin saja dicapai kesepakatannya di antara kedua belah pihak, tentang hal-hal yang boleh atau tidak dilakukan,” kata Hofman.
Kesepakatan terkait keamanan di satu wilayah, seperti di Laut China Selatan (LCS), dinilai Hofman, jauh lebih mungkin tercapai. Namun, diingatkan, hal-hal teknis terkait hal itu mungkin saja lebih pelik dibandingkan di bidang ekonomi. Hal-hal teknis tersebut menyangkut berbagai hal, misalnya keamanan warga dan kedaulatan sebuah wilayah.
Terkait dinamika LCS itu, Hofman mengapresiasi langkah-langkah yang diambil ASEAN. Sikap dan pilihan tindakan ASEAN dalam isu tersebut dinilainya penting sebagai perwujudan sikap negara-negara di satu kawasan sekalipun belum tentu hasilnya kelak akan memuaskan bagi ASEAN.
Perang teknologi
Selain bidang keamanan, persoalan sekaligus solusi terkait masalah yang timbul akibat perubahan iklim juga bakal mengemuka dalam dinamika global, terutama yang melibatkan AS-China. Perbedaan pandangan soal hak asasi manusia (HAM) juga diproyeksikan bakal mewarnai dinamika hubungan negara-negara global dengan China. Hofman tidak dapat memastikan kapan aneka masalah dan perbedaan itu menemui titik terang.
”Kita berharap generasi berikutnya akan lebih bijaksana mendiskusikan sekaligus menemui titik temu atas sejumlah dinamika global,” katanya.
Hofman memproyeksikan persaingan AS-China akan berlanjut. Setelah dinamika perang dagang, perang teknologi akan terjadi dengan melibatkan dua raksasa di bidang ekonomi itu. Perang tersebut semakin kompleks karena selain teknologi menjadi faktor yang memengaruhi sendi-sendi hidup, posisi China juga semakin vital dalam rantai pasokan global.
Peran China sebagai penyeimbang dan mungkin saja sebagai pemimpin global akan mewarnai perjalanan sejarah di masa datang.
Hofman juga memroyeksikan perang teknologi akan jauh lebih kompleks dibandingkan dengan perang dagang. Raksasa teknologi China, seperti Huawei, memiliki jaringan penyuplai yang mengglobal. Penerapan tarif yang lebih tinggi pun diperkirakan berlangsung lebih lama. Karena kesiapannya, China memiliki aneka opsi menghadapi aneka dinamika itu.