Sampah Danau Sipin Jambi Tak Tampak Lagi
Danau Sipin akhirnya tampil beda. Dulu berselimut sampah dengan ”gelar” sarang narkoba, kini menjadi magnet baru. Geliat wisata adalah wajah baru danau di jantung Kota Jambi itu.
Danau Sipin akhirnya tampil beda. Dulu berselimut sampah dengan ”gelar” sarang narkoba, kini menjadi magnet baru. Geliat wisata adalah wajah baru danau di jantung Kota Jambi itu.
Sejak pagi, perahu wisata sibuk membawa pengunjung Danau Sipin, Minggu (9/2/2020). Meski belum pukul 09.00, Agani (70) telah tiga kali mengantar pengunjung, dan pengunjung lain terus mengalir.
Dalam enam bulan terakhir, kunjungan wisatawan ke danau itu melonjak. Pada akhir pekan atau liburan, satu hari Agani bisa mengantar sekitar 200 tamu dengan pemasukan rata-rata Rp 1 juta. Ada sekitar 30 perahu wisata di sana. ”Sekarang tidak sepi lagi,” katanya.
Meski telah lanjut usia, Agani sangat bergairah karena masih sempat menikmati sejahtera di tanah kelahiran. Sungguh, ia tak pernah membayangkan hal itu terjadi.
Sebelumnya, wilayah Danau Sipin yang ada di Kecamatan Telanaipura, Jambi, punya reputasi suram. Sampah plastik serta tumbuhan air, seperti kiambang (Salvinia molesta) dan eceng gondok (Echornia crasipes), mengambil alih permukaan.
Belum lagi peredaran narkoba yang marak. Catatan kelam itu membuat kawasan Danau Sapin perlahan ditinggalkan. Perkampungan itu hanya disambangi aparat saat mengendus adanya pesta narkoba atau sewaktu penangkapan pengedar.
Danau seluas 64 hektar itu sebenarnya daerah cekungan peresap air. Saat musim hujan, banjir biasa menggenangi kampung karena luapan empat anak Sungai Batanghari.
Saking besarnya luapan, hampir sepanjang tahun kawasan itu menyerupai danau. Masyarakat memanfaatkannya sebagai tempat memancing dan menangkul (menjala) ikan.
Perubahan dimulai seiring tumbuhnya usaha budidaya ikan keramba. Melihat hasilnya menggiurkan, dalam waktu singkat, ribuan keramba memadati permukaan danau. Pakan ikan berlebih pun memicu sedimentasi danau sekaligus menjadi pupuk pertumbuhan kiambang dan eceng gondok.
Kondisi itu kerap dikeluhkan masyarakat. Nelayan kecil kesulitan mendapat ikan melalui jaring tradisional yang dikenal sebagai tangkul. ”Bahkan, untuk memasang tangkul tidak bisa lagi karena danaunya hilang, berganti lautan eceng gondok,” kata Leni (45), warga tepi danau. Belum lagi kebiasaan warga membuang sampah ke danau.
Namun, yang tak kalah meresahkan penduduk di kawasan itu adalah masuknya pengedar dan bandar narkoba. ”Karena daerah ini kurang diperhatikan, akhirnya tumbuh jadi tempat transaksi narkoba,” kata Leni. Tanpa disadari, lekat stigma kawasan Danau Sipin sebagai sarang narkoba.
Gerakan bersama
Banyaknya keluhan masyarakat di sekitar Danau Sipin akhirnya menyadarkan pemerintah. Tahun 2015, Pemerintah Kota Jambi membangun gerakan ”SaveDanauSipin”. Setiap Jumat pagi, warga setempat, aparat sipil negara, polisi, dan tentara bergotong royong mengangkat sampah dari danau.
Bukan hal mudah membersihkan danau luas itu. Apalagi, mayoritas sampah yang berupa eceng gondok dan kiambang sulit diangkat dan berat karena mengandung air. Satu tahun berjalan, gerakan bersama itu mulai membuahkan hasil. Permukaan danau terlihat kembali.
Bersamaan itu, Wali Kota Jambi Syarif Fasha mengusulkan pemerintah pusat dan provinsi turun tangan, mulai dari normalisasi danau hingga pemasangan bronjong di sekeliling danau.
Pembangunan terus berlanjut dengan pengadaan sejumlah anjungan di tepi danau, lapangan parkir, dan kios-kios jualan. Pemerintah kota membangun lintasan pejalan kaki, panjat tebing, arena papan luncur, voli pantai, dermaga apung, arena bermain, dan arena kuliner.
Total dana yang keluar dari upaya gotong royong itu, baik dana pusat maupun daerah, lebih dari Rp 100 miliar. ”Rangkaian pembangunan ini masih berlanjut paling tidak sampai tahun 2021,” ujar Fasha. Tahun ini, Pemkot Jambi berencana membangun jembatan penghubung anjungan di kompleks Gubernuran menuju pusat batik Danau Sipin. Pusat batik itu selesai dibangun tahun lalu. Pemberdayaan bagi kaum perempuan pembatik masih berjalan hingga kini.
Bersoleknya danau secara langsung mengundang perhatian masyarakat. Arena olahraga air sudah kerap dimanfaatkan, salah satunya ajang Kejuaraan Nasional Dayung tahun 2019. Pertengahan tahun ini akan digelar Festival Danau Sipin. Festival itu akan digelar di dermaga apung, persis di atas danau.
Seluruh pembangunan itu diharapkan berefek positif. Mulai pulihnya danau dari kerusakan, berkembangnya olahraga air, tumbuhnya ruang publik dan pariwisata, hingga meningkatnya perekonomian warga setempat.
Dampak lain, peredaran narkoba terkikis. ”Pada akhirnya ada korelasi positif. Jika daerahnya diperhatikan dan kawasan dibangun, kampung-kampung itu tidak terisolasi lagi. Banyak mata memperhatikan. Peredaran narkoba pun akhirnya tersingkir dengan sendirinya,” tutur Fasha.
Tahun 2019, Pemkot Jambi telah menetapkan Danau Sipin sebagai kawasan pariwisata Kota Jambi. Fasha menyadari, sejalan dengan perkembangan pesat daerah itu, persoalan baru dapat terjadi jika tidak dikelola dengan baik.
Kini, pariwisata mulai tumbuh di Danau Sipin. Tantangan berikutnya, bagaimana pariwisata memberikan kesejahteraan tanpa mengabaikan kelestarian ekosistem danau.
Pengelolaan kawasan itu haruslah terpadu demi menjaga keseimbangan di sana. Keseimbangan pada banyak hal turut membuat perubahan positif berkelanjutan. Semoga.