Palembang Bank SumselBabel lolos ke babak empat besar Proliga 2020 seusai membekap Jakarta Pertamina Energi 3-2, Minggu di Bandung. Kemenangan SumselBabel tidak terlepas taktik pelatih menempatkan duo "benteng mini".
Oleh
Adrian Fajriansyah
·5 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Palembang Bank SumselBabel berhasil lolos dari lubang jarum setelah menekuk Jakarta Pertamina Energi lewat skor tipis 3-2 (25-22, 24-26, 21-25, 25-21, 15-11) dalam hari ketiga seri kelima putaran kedua Proliga 2020 di Bandung, Provinsi Jawa Barat, Minggu (8/3/2020).
Kemenangan yang mengantarkan tim asal Palembang itu ke babak empat besar atau big four tidak lepas dari aksi heroik dua "benteng mini" yang menjadi tembok kokoh menghalau smes-smes keras dari duo spiker asing raksasa tim Pertamina Energi. Duo benteng mini Bank SumselBabel itu adalah I Made Adhi Suartama yang bertinggi 180 sentimeter dan I Nyoman Julianta setinggi 181 cm.
Jika dibandingkan ukuran para pemain bola voli umumnya, tinggi kedua pemain itu cenderung pendek dan jarang sekali ditaruh di depan net. Bank SumselBabel biasanya menaruh kapten Gunawan Saputra yang bertinggi 190 cm dan I Made Vandim Sanjaya Putra (187 cm) di depan. Namun, kali ini tidak. demikian.
Penempatan dua benteng mini tersebut terlihat janggal karena mereka akan menghadapi duo spiker asing raksasa Pertamina Energi, yakni pemain asal Montenegro Aleksandar Minic (205 cm) dan pemain asal Amerika Serikat Jeffrey Paul Menzel (199 cm). Belum lagi, ada sejumlah spiker pemain lokal cukup menjulang di tubuh Pertamina, seperti Agung Seganti (194 cm) dan Hernanda Zulfi (195 cm).
Nyatanya, dua benteng mini itu bisa menjalankan tugasnya dengan baik di laga itu. Berkat momen melompat yang tepat, mereka beberapa kali bisa menahan ataupun memblokir smes keras yang dilancarkan para raksasa Pertamina Energi tersebut. Tak jarang pula, mereka mengelabui para bloker menjulang Pertamina. Itu dilakukan dengan gerakan seperti mencungkil bola di atas kepala bloker setelah tubuh seolah ingin melakukan smes atau langsung mendorong bola ke lapangan setelah tubuh seolah mau memberikan umpan.
Keberadaan dua benteng mini tersebut benar-benar membuat frustrasi lawan. Akibatnya, mereka justru bermain sporadis, antara lain melakukan smes-smes asal kencang atau kuat tanpa memerhatikan penempatan bola. Sering kali, bola itu keluar lapangan sehingga memberikan poin cuma-cuma untuk musuhnya.
Pelatih Bank SumselBabel Mashudi mengatakan, dirinya memang sengaja menempatkan dua benteng mini itu sebagai bloker, padahal mereka biasanya menjadi all round. Keberadaan dua pemain tersebut bertujuan memancing emosi para spiker Pertamina Energi, terutama duo spiker asing tersebut.
”Para spiker tinggi Pertamina pasti merasa bakal mudah untuk menembus pertahanan Adhi dan Julianta yang jauh lebih pendek. Akhirnya, mereka akan pukul bola sekeras-kerasnya. Pola seperti itu sudah kami prediksi sehingga bola mereka bisa terbaca ataupun diantisipasi,” ujar pelatih yang membawa Bank SumselBabel juara Proliga 2011 dan 2013 itu.
Pola seperti itu sudah kami prediksi sehingga bola mereka bisa terbaca ataupun diantisipasi.
Mematikan Minic
Di sisi lain, Mashudi menuturkan, mereka juga coba mematikan pemain asing yang dianggap paling berbahaya di tubuh Pertamina Energi, yakni Minic yang berfungsi sebagai spiker sekaligus bloker. Para pemain Bank SumselBabel diminta langsung mematikan pengumpan ataupun libero Pertamina agar mereka tidak punya kesempatan memberikan bola mudah untuk Minic.
Pemain SumselBabel juga selalu menghindari smes di wilayah penjagaan Minic. ”Dengan cara ini, Minic jadi tidak berfungsi. Dia tidak bisa melakukan serangan dengan optimal dan keberadaannya tidak termanfaatkan untuk memblokir smes kami,” kata pelatih asal Surabaya, Jawa Timur, tersebut.
Kemenangan ini pun membuat Bank SumselBabel naik ke urutan tiga klasemen dengan 15 poin hasil lima menang dan empat kalah. Mereka pun sudah mengunci tiket ke babak empat besar. Sebab, pesaing terdekatnya Lamongan Sadang MHS masih berada di peringkat kelima dengan 5 poin berkat hasil satu menang dan enam kalah.
Kalau pun bisa menang di tiga laga sisa, Lamongan hanya maksimal mengumpulkan 14 poin hasil empat menang dan enam kalah. Artinya, mereka tetap tidak bisa merangsek ke posisi empat besar. Apalagi, Surabaya Bhayangkara Samator sudah mengumpulkan 13 poin hasil lima menang dan tiga kalah. Bhayangkara Samator tetap lolos keempat besar karena unggul jumlah kemenangan.
”Tadi, saya juga terus mengingatkan pemain dengan keras. Pada laga ini, mereka harus menang atau minimal dapat satu poin. Kalau sampai kalah 1-3, itu artinya kiamat untuk tim ini. Maksudnya, peluang kami lolos ke empat besar nyaris tertutup. Apalagi, pada sisa satu laga di seri terakhir nanti, kami akan bertemu pemuncak klasemen yang sedang di puncak performanya, yakni Jakarta BNI 46,” tutur Mashudi.
Banyak kesalahan sendiri
Pelatih Pertamina Energi Pascal Wilmar mengutarakan, para pemainnya banyak melakukan kesalahan sendiri dalam pertandingan ini, khususnya dalam hal pengembalian bola pertama dan umpan. Hal itu membuat permainan tim tidak bisa berkembang.
Dengan tidak jalannya umpan, para pemain spiker pun tidak bisa melakukan serangan secara optimal. Apalagi, para spiker yang bertinggi menjulang itu ingin dimanja dengan bola-bola tinggi. Tak pelak, pemain asing seperti Minic dan Menzel seperti tidak berfungsi pada laga tersebut.
”Dalam voli, pengembalian bola pertama dan umpan itu kunci jalannya permainan. Kalau sentuhan itu buruk, bagaimana permainan bisa berkembang, bagaimana spiker bisa menyerang?” ujarnya.
Terlepas dari itu, Pascal memastikan bahwa tidak ada yang salah dengan permainan timnya, walaupun sudah menelan tiga kekalahan beruntun dari empat laga putaran kedua ini. Menurut dia, rentetan kekalahan itu terjadi karena para pemain memang sudah tidak ingin ngotot. Apalagi, tim sudah pasti lolos ke babak empat besar.
”Tadi, kenapa kami main sampai set kelima. Sebab, tadi kami sempat unggul 2-1. Jadi, kami pikir bisa menang 3-1. Ternyata, skor jadi 2-2 di set keempat. Yah, mau gak mau harus main sampai set kelima. Selebihnya, pemain memang bermain tidak terlalu ngotot. Khususnya pemain asing, mereka merasa lebih baik jaga kebugaran fisik untuk bermain habis-habisan di babak empat besar nanti,” pungkas Pascal.