Kasus Positif Bertambah, Pemerintah Intensifkan Pengendalian
Pemerintah mengintensifkan pencegahan penyebaran virus korona karena pasien positif Covid-19 pada Minggu ini bertambah dari empat menjadi enam orang. Begitu pula pasien yang diduga terpapar virus naik menjadi 21 orang.
JAKARTA, KOMPAS — Pasien positif Covid-19 pada Minggu (8/3/2020) bertambah dari empat orang menjadi enam orang. Begitu pula jumlah pasien yang diduga terpapar virus korona baru bertambah menjadi 21 orang. Karena itulah pemerintah terus mengintensifkan upaya pengendalian virus korona baru atau SARS-Cov-2 agar sebarannya tak semakin meluas.
Salah satu upaya pengendalian penyebaran virus korona baru adalah dengan mengisolasi enam pasien positif terpapar virus korona baru serta 21 orang terduga Covid-19. ”Kami melakukan isolasi dalam rangka mengendalikan sebaran (virus korona baru),” kata Juru Bicara Penanganan Korona Achmad Yurianto dalam jumpa wartawan di Kantor Presiden, Jakarta.
Kami melakukan isolasi dalam rangka mengendalikan sebaran (virus korona baru).
Dari hasil pemeriksaan spesimen pada Minggu sore, kasus positif Covid-19 bertambah menjadi enam orang. Satu pasien positif, yakni kasus-05, adalah seorang laki-laki berusia 55 tahun yang sudah beberapa hari diisolasi di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianto Saroso. Pasien kasus-05 ini masih terkait dengan pasien kasus-01 dan kasus-02. Sementara satu pasien positif Covid-19 lainnya (kasus-06) adalah seorang laki-laki berusia 36 tahun, awak kapal pesiar Diamond Princess yang juga sudah diisolasi di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta.
Baca juga : Antisipasi Tepat untuk Korona
”Yang tadi siang saya laporkan suspect (di RSPI), data laboratorium yang bersangkutan confirmed positif Covid-19. Kemudian yang kedua, confirmed positif Covid-19, kami sebut kasus-06 adalah imported case yang didapat dari Jepang pada saat bekerja di kapal Diamond Princess,” kata Yurianto menjelaskan.
Hingga kemarin, pemerintah telah memeriksa 620 spesimen untuk mengetahui ada atau tidaknya paparan virus korona baru. Sebanyak 327 spesimen di antaranya dikirim dari sejumlah rumah sakit di 25 provinsi. Dari hasil pemeriksaan itu, ditemukan 12 kasus terduga Covid-19 baru, dua di antaranya ditemukan di Bali.
Sebagian besar pasien terduga Covid-19 terkait dengan kasus-01 dan kasus-02 positif korona, dan satu lainnya merupakan awak kapal pesiar Diamond Princess. Sementara sisanya tak berkaitan dengan kasus-01 maupun kasus-02 positif, seperti dua kasus terduga Covid-19 di Bali.
Penelusuran kontak
Pemerintah juga terus menelusuri orang-orang yang pernah melakukan kontak dengan empat pasien positif Covid-19. Sebab, pemerintah menduga masih ada kelompok lain yang rawan terpapar virus korona karena salah satu pasien terduga Covid-19 yang terkait dengan kasus-01 dan kasus-02 positif berada di Bandung.
”Kluster Jakarta ini masih akan kami tracing terus, karena lima kasus positif itu dari kluster ini. Salah satu suspect dari kluster ini sedang dirawat di Bandung, artinya kami terus melakukan tracing. Kemudian tracing juga dilakukan pada subkluster dari kasus nomor 03, 04, dan 05,” papar Yurianto.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan itu kembali menegaskan, penelusuran terhadap kelompok baru tersebut dilakukan dalam rangka pengendalian penyakit. Begitu pula pemeriksaan spesimen untuk bisa mengetahui status positif atau negatif dilakukan sebagai upaya memutus mata rantai penularan Covid-19.
Pemeriksaan juga bukan untuk melakukan protokol pengobatan bagi penderita, karena sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan Covid-19. ”Pemeriksaan positif atau negatif Covid ini lebih ditujukan kepada bagaimana tindak lanjut kita untuk mengendalikan penyebaran penyakitnya,” kata Yurianto.
Sistematis
Setelah satu pekan ditemukan kasus positif, langkah pemerintah untuk menangani dan mengendalikan SARS-Cov-2 mulai sistematis. Semua pemangku kepentingan, baik instansi pusat maupun daerah, bersama-sama bergerak mengendalikan penyebaran korona baru.
Menurut Yurianto, dinas kesehatan di seluruh daerah terus mengawasi warga yang masuk dalam kelompok orang dalam pemantauan (ODP), yakni mereka yang pernah berkunjung ke negara dengan penyebaran Covid-19 antarmanusia.
Seorang warga Malang bernama Indah (42) mengaku didatangi petugas dinas kesehatan setempat, satu pekan setelah pulang dari Singapura. ”Saya pulang dari Singapura tanggal 1 Maret. Tanggal 7 Maret ada orang dinkes ke rumah untuk memeriksa tensi dan observasi,” kata Indah melalui pesan singkat. Petugas juga menanyakan negara-negara yang dikunjungi Indah selama berlibur. Kondisi kesehatan Indah selama satu pekan berada di Tanah Air juga ditanyakan.
Rumah sakit di daerah pun merawat pasien dengan pengawasan (PDP), yakni ODP yang mengalami gejala influenza, batuk, dan sesak. Bahkan, rumah sakit juga mengirimkan spesimen PDP untuk diperiksa di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan.
Peran pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) juga dioptimalkan. Puskesmas bertugas memantau PDP yang sudah diperbolehkan pulang ke rumah karena tak terbukti terpapar korona. ”Setiap hari puskesmas akan memantau PDP negatif yang sudah pulang ke rumah hingga hari ke-14,” ujar Yurianto.
Baca juga : Peluang Pariwisata Kebal Korona
Tak hanya itu, dinas kesehatan dan puskesmas di daerah juga melakukan edukasi kepada masyarakat, khususnya ODP dan PDP. Pasien yang sudah pulang diminta mengisolasi diri, mengenakan masker, mengurangi kontak dekat dengan keluarga, serta tak keluar rumah selama 14 hari.
Setiap hari puskesmas akan memantau PDP negatif yang sudah pulang ke rumah hingga hari ke-14.
Edukasi pun diberikan kepada masyarakat luas karena pada awalnya penyakit Covid-19 tidak menunjukkan gejala berat, hanya seperti influenza biasa. Mereka yang sakit diminta mengenakan masker agar virus tak menyebar. Kebiasaan mencuci tangan setelah keluar rumah, sebelum makan, dan sebelum menyentuh wajah juga digalakkan di samping menjaga kebersihan lingkungan.
Bukan hanya itu, puskesmas juga bisa melakukan deteksi dini Covid-19. Karena itu, masyarakat diharapkan tidak panik dengan berbondong-bondong memeriksakan diri ke rumah sakit rujukan karena puskesmas pun bisa melakukan penanganan pertama.
Pulau Galang Disiapkan
Sementara itu, untuk mengantisipasi pasien yang positif terkena Covid-19, TNI dan Polri serta komponen bangsa lainnya mempersiapkan operasi kemanusiaan di Pulau Galang, termasuk rencana pembangunan rumah sakit khusus untuk menangani wabah Virus Corona atau Covid-19 oleh Pemerintah atau instansi terkait.
Hal tersebut disampaikan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto didampingi Kapolri Jenderal Pol Idham Azis, saat memberikan pengarahan dihadapan 540 Prajurit TNI-Polri di Desa Sijantung, Pulau Galang, Kota Batam, Kepulauan Riau, Minggu (8/3/2020).
Hadi mengatakan, Pulau Galang adalah salah satu tempat ideal yang nantinya akan dibangun satu rumah sakit khusus yaitu rumah sakit yang memiliki fasilitas sebagai observasi dan fasilitas isolasi. Tempatnya sangat ideal karena berada di tengah hutan. Jarak dengan penduduk kurang lebih 2-3 km dan kalau ada pasien yang harus dikirim dari luar negeri maupun dari wilayah Indonesia kapanpun bisa sampai di tempat ini, karena Pulau Galang memiliki bandara yang bisa didarati oleh pesawat kecil maupun pesawat berbadan lebar.
Sejarah telah mencatat bahwa sejak tahun 1979 sampai 1996, Pulau Galang khususnya di Desa Sijantung menjadi tempat pengungsi Vietnam dan merupakan suatu bentuk operasi kemanusiaan yang pertama kali dilakukan.
Hadi memerintahkan kepada seluruh jajaran TNI-Polri agar segera melaksanakan kegiatan pengamanan, baik di jalur menuju Pulau Galang maupun pengamanan di wilayah yang akan dibangun rumah sakit, sehingga target pembangunan akan tercapai dan fasilitas akan segera tersedia. Diharapkan rumah sakit ini dapat segera dioperasionalkan untuk menampung para WNI yang akan melakukan observasi dan isolasi, agar bisa sembuh dengan baik dan keluar dari Pulau Galang dengan selamat. (*)