Tekan Penularan dan Tangani Pasien Covid-19 Sejak Dini
›
Tekan Penularan dan Tangani...
Iklan
Tekan Penularan dan Tangani Pasien Covid-19 Sejak Dini
Lebih dari separuh dari total pasien positif Covid-19 di seluruh dunia dapat disembuhkan. Namun, penyebaran virus korona baru penyebab penyakit itu sangat cepat. Perlu perawatan intensif sejak dini untuk mengatasinya.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS--Sebanyak 60.558 orang dari 107.351 yang terinfeksi corona virus disease (Covid)-19 hingga Minggu (8/3/2020) berhasil disembuhkan. Namun demikian, virus ini berbeda dengan influenza yang bisa sembuh dengan sendirinya. Dibutuhkan perawatan intensif sejak dini untuk menghindari terjadinya infeksi akut yang bisa memicu kematian.
Adanya kasus infeksi ganda (co-infection) yang dialami sejumlah pasien korona dengan virus demam berdarah dengue di luar negeri, juga perlu diwaspadai.
"Hampir semua kasus positif korona berasal dari satu kluster dengan pasien pertama dan kedua. Penapisan harus lebih ditingkatkan, karena bisa jadi ada kluster lain yang belum ditemukan," kata Herawati Supolo Sudoyo, Wakil Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, penapisan yang cepat dan akurat merupakan kunci untuk mengeliminasi penyebaran Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang menyebabkan Covid -19 yang diduga sudah bersirkulasi secara domestik di Indonesia. Sejumlah negara di luar China, seperti Italia, Iran, hingga Amerika Serikat mengalami lonjakan kasus infeksi dalam waktu cepat karena terlambat dalam deteksi. "Kita tidak boleh menganggap enteng COVID-19," kata Herawati.
Titik Kritis
Selain mencegah meluasnya sebaran virus SARS-CoV-2 pemicu Covid-19 ini, penapisan juga mencegah keterlambatan penanganan pasien. Herawati mengatakan, kita perlu melihat sejumlah studi terbaru dan penanganan kasus ini di luar negeri, khususnya penanganan di China yang menyebutkan perlunya penanganan sejak awal infeksi agar pasien tidak mengalami titik kritis sehingga terlambat disembuhkan.
Titik kritis dari Covid-19 terjadi, jika virus korona baru ini mencapai paru-paru. Berdasarkan laporan oleh misi bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)-Pemerintah China baru-baru ini menyebutkan, perkembangan dari ringan atau sedang ke parah dapat terjadi dengan cepat.
Direktur Departemen Penyakit Menular di Peking University First Hospital Wang Guiqiang, seperti dikutip Kantor Berita China, Xinhua juga menyebutkan, infeksi virus COVID-19 bisa memicu tingkat keparahan mendadak dari pasien yang sebelumnya dianggap ringan, yang berarti semua pasien harus didiagnosis dan dirawat sedini mungkin. "Ada kesalahpahaman bahwa Covid-19 adalah penyakit yang sembuh sendiri, sehingga tidak memerlukan pengobatan. Ini jelas keliru," katanya.
Otopsi yang dilakukan terhadap korban meninggal di Wuhan menunjukkan adanya kerusakan parah pada paru-paru pasien Covid-19 dan sistem kekebalan tubuh. Hasil kajian yang dilakukan Liu Liang, ahli forensik dari Fakultas Kedokteran Tongji di Universitas Sains dan Teknologi Huazhong dan tim ini dipublikasikan di Journal of Forensic Medicine (3/3).
Berdasarkan temuan ini, Peng Zhiyong, Direktur Unit Perawatan Intensif Rumah Sakit Zhongnan, Wuhan University menyerukan langkah-langkah penanganan pada tahap awal penyakit untuk melindungi paru-paru pasien dari fibrosis yang tidak dapat diperbaiki lagi.
Upaya perawatan pasien juga menghadapi tantangan dengan adanya laporan bahwa virus ini bisa co-infection dengan virus dengue, seperti terjadi di Singapura dan Thailand. Bahkan, korban meninggal pertama kasus korona di Thailand pada pekan lalu diketahui juga terinfeksi demam berdarah. "Ini patut diwaspadai karena demam berdarah saat ini juga mewabah," kata Herawati.
Berdasarkan analisis yang dilakukan Pemerintah China terhadap 8.400 pasien yang telah sembuh, sebanyak 90,8 persen merupakan kasus ringan, kasus parah 7,2 persen dan kasus kritis terhitung 2 persen. Usia rata-rata pasien dengan gejala ringan berusia 43 tahun, dan pada pasien berat dan kritis berusia 53 tahun.
Sedangkan laporan studi terhadap 75.000 kasus infeksi oleh Organisasi Kesehaan Dunia (WHO) bersama Pemerintah China menunjukkan, remaja dan anak-anak relatif aman dari infeksi. Menurut laporan ini, hanya 2,4 persen orang yang terinfeksi berusia di bawah 18 tahun.
Sementara itu, Vietnam sebelumnya dinilai cukup berhasil mengeliminasi penyebaran Covid-19 dengan mengisolasi ratusan orang yang diduga terinfeksi sehingga kasusnya bertahan di angka 20 dan 16 pasien di antaranya telah dinyatakan sembuh. Namun, menurut laporan Kementerian Kesehatan Vietnam, pada Minggu ini jumlah kasusnya melonjak menjadi 29 orang. Kasus-kasus baru yang dikonfirmasi itu termasuk delapan turis asing yang tiba di Hanoi dengan penerbangan Vietnam Airlines dari London.