Gangguan keamanan sepanjang pekan ini belum berakhir di Mimika, Papua. Hampir seribu warga dari sejumlah kampung diungsikan lagi ke Timika, entah sampai kapan.
Oleh
Fabio M. Lopes Costa
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS —Teror kembali menimbulkan gelombang pengungsi di Kabupaten Mimika, Papua. Hingga Sabtu (7/3/2020) sore, setidaknya ada 973 warga dari sejumlah kampung di Distrik Tembagapura yang meninggalkan rumah sejak Jumat. Warga mengungsi ke Timika, ibu kota Mimika, karena teror kelompok kriminal bersenjata di areal tambang PT Freeport Indonesia.
Sebelumnya, pengungsian warga juga terjadi pada 2017. Saat itu, 300 orang dilaporkan disandera kelompok bersenjata sebelum dibebaskan tim gabungan pada 17 November.
”Ratusan warga ini meminta bantuan kami untuk mengungsikan mereka ke Timika. Mereka takut tak akan mendapatkan pasokan makanan akibat teror KKB (kelompok kriminal bersenjata),” kata Kepala Kepolisian Daerah Papua Inspektur Jenderal Paulus Waterpauw, saat dihubungi dari Jayapura, Sabtu malam.
Mayoritas dari ratusan warga yang mengungsi ke Timika adalah anak-anak. Tim gabungan Polri dan TNI mengawal proses evakuasi ratusan pengungsi menggunakan bus ke Timika.
Berdasarkan data Bidang Humas Polda Papua, aparat Polsek Tembagapura bersama satuan tugas lain mengungsikan ratusan warga tersebut dari Tembagapura ke Timika pada Jumat sekitar pukul 18.00 WIT.
Paulus sudah mengunjungi Tembagapura bersama Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayor Jenderal Herman Asaribab, Sabtu pagi. Berdasarkan pantauan, situasi di Tembagapura masih kondusif dan belum terjadi kontak senjata dengan KKB.
”Dengan keluarnya ratusan warga dari kampung-kampung, kami akan menghadapi kelompok tersebut lebih mudah. Tim gabungan akan menindak tegas mereka secepatnya,” ujar Paulus.
Wakil Bupati Mimika John Rettob mengatakan, warga yang mengungsi merasa trauma dan ketakutan mendengar bunyi senjata. ”Rata-rata para warga berprofesi sebagai pendulang emas di sekitar Mil 50 dekat area kerja PT Freeport. Saat ini warga telah berada di rumah kerabat mereka di Timika,” tutur John.
Ia berharap peneror segera meninggalkan daerah Tembagapura agar warga dapat kembali ke tempat tinggalnya.
Warga terteror
Beberapa hari terakhir, warga merasakan aksi KKB yang terus meneror wilayah Tembagapura. Beredar viral video sejumlah polisi di Markas Polsek Tembagapura menghadapi letusan senjata.
Sejak akhir Februari lalu, kelompok yang dipimpin Joni Botak dan Lekagak Telenggen menyerang aparat keamanan yang berpatroli dan Markas Polsek Tembagapura.
Akibatnya, satu anggota Brimob meninggal pada Jumat (28/2) dan satu orang lainnya luka akibat terkena serpihan peluru pada Senin (2/3).
Agus Beanal, salah satu tokoh masyarakat Tembagapura, mengapresiasi kepolisian yang telah mengungsikan ratusan warga Distrik Tembagapura ke Timika. ”Kasihan warga, terutama anak-anak, yang sangat ketakutan dengan teror kelompok tersebut,” ujarnya.
Sementara itu, kepada Kompas, juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka, Sebby Sambom, menyatakan, 33 kelompok telah berada di Tembagapura untuk menyerang aparat TNI dan Polri.
”Kami akan terus berjuang hingga PT Freeport meninggalkan Tembagapura. Mereka tidak berhak atas kekayaan alam bangsa Papua,” ujarnya.