Gajah Kembali Masuk ke Permukiman Warga di Pesisir Barat
›
Gajah Kembali Masuk ke...
Iklan
Gajah Kembali Masuk ke Permukiman Warga di Pesisir Barat
Gajah sumatra (”Elephas maximus sumatranus”) kembali masuk ke permukiman warga, merusak tanaman jagung, serta melukai warga di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Satu pekan terakhir, gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) kembali masuk ke permukiman warga dan merusak tanaman jagung petani di Pekon (Desa) Sumberejo, Kecamatan Bangkunat, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung. Seorang warga terluka saat turut menghalau gajah liar, Minggu (8/3/2020) malam.
Peratin (kepala desa) Sumberejo Tomi Setiawan mengatakan, Ujarpadi (43), warga setempat, terluka di bagian dagu dan memar di bagian dadanya. Beruntung, korban segera dilarikan ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan pertolongan.
”Korban terluka karena ditabrak gajah dari belakang. Tubuhnya lalu ditarik dengan belalai gajah dan dilemparkan ke pohon,” ujar Tomi saat dihubungi dari Bandar Lampung, Senin (9/3/2020).
Tomi menjelaskan, saat itu Ujarpadi dan sekitar 15 warga lainnya sedang ronda malam di sekitar lokasi. Sekitar pukul 21.00, warga tiba-tiba dikagetkan kawanan gajah liar yang sudah mendekati permukiman warga. Warga pun berupaya menghalau gajah liar itu menggunakan petasan. Saat itulah, Ujarpadi tertabrak gajah liar.
Hingga Senin sore, kawanan gajah liar yang berjumlah 5 ekor itu dapat dihalau ke dalam Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Saat ini, warga bersama petugas dari TNBBS masih berjaga di lokasi.
Menurut Tomi, gajah liar memang kerap masuk ke permukiman warga pada musim panen jagung seperti sekarang ini. Apalagi, Desa Sumberejo berbatasan langsung dengan TNBBS. Gajah mengincar tanaman jagung yang sudah masak.
Warga setempat mulai banyak menanam jagung sejak 2012. Sebelumnya, warga menanam tanaman perkebunan, seperti kopi dan lada. Namun, kebutuhan hidup membuat warga beralih ke tanaman jagung atau pisang yang bisa dipanen lebih cepat.
Belum terlatih
Dia menambahkan, perangkat desa memang telah membentuk satgas mitigasi untuk menghalau gajah liar yang kerap masuk ke permukiman warga. Namun, tim satgas dari Desa Sumberejo belum terlatih menghalau gajah liar.
Dia berharap pemerintah atau pemerhati satwa bisa memberikan pendampingan agar warga bisa berlatih menghalau gajah. Dengan demikian, mereka mampu menggiring gajah dengan tepat dan aman.
Gajah mengincar tanaman jagung yang sudah masak.
Konflik gajah dengan manusia di Lampung bukan kali ini terjadi. Pada Jumat (7/2/2020), kelompok gajah liar lain yang berjumlah 12 ekor juga melukai Saridi, warga Desa Sukajaya, Kecamatan Semaka, Tanggamus.
Data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu memperlihatkan, sepanjang 2019 tercatat 12 kali konflik gajah dengan manusia di kawasan itu. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan 2018 dengan sebanyak 11 konflik. Selain di Tanggamus, konflik juga terjadi di Kabupaten Lampung Barat, Pesisir Barat, dan Tulang Bawang.
Kasus paling dominan adalah konflik gajah dengan manusia di Kecamatan Semaka, Tanggamus. Ada sembilan desa di kecamatan itu yang kerap berkonflik. Dalam tiga tahun terakhir, konflik menewaskan dua orang.
Kepala Resort Pemerihan TNBBS Sukirno mengatakan, saat ini, petugas telah mendampingi warga untuk melakukan blokade kawanan gajah liar itu. Pasalnya, lima gajah yang sempat masuk ke Desa Sumberejo merupakan bagian dari rombongan besar gajah yang berjumlah 23 ekor. Petugas khawatir gajah liar lainnya dari kelompok ini kembali masuk ke kebun warga.
Menurut dia, petugas TNBBS belum dapat mengerahkan gajah patroli yang didatangkan dari TNWK untuk menggiring gajah liar. Pasalnya, lima gajah jinak itu masih terus dilatih untuk mengenali kawasan TNBBS.