Harga Merangkak Naik, Sumbar Tunggu Pasokan Gula Impor
›
Harga Merangkak Naik, Sumbar...
Iklan
Harga Merangkak Naik, Sumbar Tunggu Pasokan Gula Impor
Harga gula di Padang, Sumatera Barat, merangkak naik menjadi Rp 17.000 per kg akibat menipisnya stok beberapa minggu terakhir. Padahal, harga eceran tertinggi yang ditetapkan Kementerian Perdagangan Rp 12.500 per kg.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Harga gula di Padang, Sumatera Barat, merangkak naik menjadi Rp 17.000 per kilogram akibat menipisnya stok beberapa minggu terakhir. Pemerintah Provinsi Sumbar dan Bulog Sumbar menunggu pasokan gula impor untuk menstabilkan harga di pasaran.
Pantauan di Pasar Raya Padang, pasar terbesar di ibu kota Sumbar, Selasa (10/3/2020), harga gula berkisar Rp 16.500-Rp 17.000 per kilogram. Padahal, harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan Kementerian Perdagangan Rp 12.500 per kilogram. Meskipun harga naik, stok gula masih mudah ditemukan di toko-toko kebutuhan pokok di pasar tersebut.
Sari (30), pedagang di Blok III Lantai I, Pasar Raya Padang, mengatakan, kenaikan harga gula berlangsung sejak pertengahan Februari 2020. Harga berangsur naik dari Rp 13.000 per kg hingga mencapai Rp 17.000 per kg.
”Harganya berangsur naik seribu-seribu. Memang dari distributornya harga gula naik. Entah apa penyebabnya. Distributor cuma menyebut harga gula naik,” kata Sari.
Roli (53), pedagang lain di blok tersebut, mengungkapkan hal senada. Beberapa hari terakhir ia menjual gula Rp 17.000 per kg. Roli mengaku terpaksa menaikkan harga karena harga di tingkat distributor juga naik.
Sebelum terjadi kenaikan, kata Roli, harga gula per karung (isi 50 kg) dari distributor hanya Rp 600.000. Adapun saat ini harganya Rp 780.000 per karung. Roli biasanya membeli dua karung gula ke distributor untuk stok dua hari.
Pasokannya tidak sulit didapat. Namun, harganya naik. Pelanggan terkejut saat tahu harganya Rp 17.000 per kilogram.
”Pasokannya tidak sulit didapat. Namun, harganya naik. Pelanggan terkejut saat tahu harganya Rp 17.000 per kilogram. Mudah-mudahan pemerintah segera mengambil langkah karena penjualan agak sepi,” kata Roli.
Dampak kenaikan harga gula juga dirasakan Ira (37), pedagang di Pasar Inpres I, Lantai I Pasar Raya Padang. Sejak harga gula naik, para pelanggannya yang umumnya pedagang makanan dan minuman mengeluh.
”Sekarang pembeli gula lengang. Ada sekitar separuh berkurangnya omzet gula. Mudah-mudahan harga gula segera stabil dan pelanggan tidak mengeluh,” kata Ira.
Kepala Dinas Pangan Sumbar Efendi mengatakan, stok gula di Indonesia, termasuk Sumbar, memang menipis. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh wabah Covid-19 yang mengganggu aktivitas perdagangan internasional.
”Biasanya Indonesia mengimpor gula dari Australia, Thailand, dan India. Lebih dari 70 persen kebutuhan gula masih bergantung pada impor. Tak dapat dimungkiri, masalah korona berpengaruh terhadap ini,” kata Efendi.
Dalam mengantisipasi itu, kata Efendi, pemerintah pusat sudah menginstruksikan kepada Bulog untuk melakukan impor. Total izin impor gula yang dikeluarkan pemerintah tahun ini mencapai 290.000 ton. Ia berharap hal itu segera terealisasi sehingga kenaikan harga dapat segera distabilkan oleh Bulog Sumbar.
Menurut Efendi, stok gula yang beredar di Sumbar saat ini hanya cukup untuk bulan ini. Adapun kebutuhan gula untuk Sumbar per tahun sekitar 275 ton.
Efendi menambahkan, dinas sudah berkoordinasi dengan Bulog Sumbar terkait dengan kenaikan harga gula. Dinas mengharapkan Bulog Sumbar segera memasok gula ke Sumbar ketika gula impor sudah sampai di Indonesia.
Kepala Bulog Sumbar Tommy Despalingga mengatakan, stok gula di gudang Bulog Sumbar sedang kosong. Bulog tengah menunggu proses impor gula dari Kementerian Perdagangan. ”Diperkirakan gula akan masuk pada minggu IV Maret atau minggu I April,” kata Tommy.
Menurut Tommy, jumlah permintaan gula yang diajukan ke Jakarta untuk Sumbar sekitar 1.000 ton. Jumlah tersebut sesuai dengan kebutuhan untuk mengantisipasi kenaikan harga selama Ramadhan dan Lebaran.