Kasus DBD di Tangsel Meningkat, Dua Orang Meninggal
›
Kasus DBD di Tangsel...
Iklan
Kasus DBD di Tangsel Meningkat, Dua Orang Meninggal
Kasus DBD di Kota Tangerang Selatan, Banten, sepanjang tahun ini terus naik. Kasus bisa ditekan dengan menjaga kebersihan lingkungan dan mengaktifkan juru pemantau jentik.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·2 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Kasus demam berdarah dengue di Kota Tangerang Selatan meningkat sejak awal tahun 2020. Dua pasien yang dirawat karena DBD meninggal.
Sejak 1 Januari 2020, total 87 pasien DBD dirawat di RSUD Kota Tangerang Selatan. Rinciannya, Januari 2020 jumlah penderita DBD yang dirawat 29 orang. Jumlahnya naik menjadi 41 orang pada Februari 2020, sedangkan hingga 10 Maret 2020, jumlah penderita DBD yang dirawat 17 orang.
Dari 87 pasien yang dirawat itu, beberapa orang sudah dinyatakan sembuh. Kini, 13 orang masih menjalani perawatan. Mayoritas pasien yang dirawat karena DBD berasal dari Kecamatan Pamulang dan Ciputat. Sisanya warga Jakarta Selatan dan Kota Depok.
”Memang ada dua orang (yang dirawat karena DBD) meninggal. Satu dewasa dan satu anak-anak. Warga Tangsel, tapi itu bukan karena DBD, melainkan penyakit penyertanya,” ujar Wakil Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Benyamin Davnie, Selasa (10/3/2020).
Untuk mengatasi DBD, pengasapan atau fogging tetap dilakukan meskipun upaya itu hanya sebatas mengusir nyamuk dewasa. Hal paling penting adalah menjaga kebersihan lingkungan agar jentik nyamuk tidak berkembang biak.
”Saya sudah instruksikan kepada para camat dan lurah untuk membersihkan lingkungan. Jumantik juga akan diaktifkan lagi di masyarakat. Kuncinya, kebersihan lingkungan,” ujarnya.
Di tempat yang sama, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Tangsel Deden Deni mengatakan, penyakit DBD muncul setiap tahun di Tangsel, terutama ketika musim hujan. Pemerintah Kota Tangsel telah mengantisipasi DBD. Ketersediaan kantong trombosit dipastikan aman apabila jumlah pasien DBD bertambah di kemudian hari.
Deden menekankan pentingnya jumantik digencarkan untuk mengatasi DBD. Sebagai contoh, di wilayah Kecamatan Setu tidak ditemukan kasus DBD pada tahun ini karena jumantik di wilayah itu aktif bergerak memonitor keberadaan jentik nyamuk.
Sebelumnya, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi di Jakarta, Jumat (6/3/2020), mengatakan, DBD tergantung perkembangbiakan nyamuk yang dipengaruhi iklim. ”Semua provinsi berpotensi risiko, biasa terjadi awal Januari-April,” katanya (Kompas, 7/3/2020).
Menurut Siti Nadia Tarmizi, menjelang musim hujan, Kementerian Kesehatan mengeluarkan surat edaran kepada seluruh dinas daerah, menyerukan pemberantasan sarang nyamuk dan memastikan kecukupan logistik peralatan kesehatan untuk mengantisipasi kejadian luar biasa DBD.