Pasokan Menipis, Pembelian Gula di Lampung Mulai Dibatasi
›
Pasokan Menipis, Pembelian...
Iklan
Pasokan Menipis, Pembelian Gula di Lampung Mulai Dibatasi
Komoditas gula pasir di Lampung langka dan harganya mahal. Sejumlah toko ritel bahkan telah menerapkan pembatasan pembelian.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS – Harga gula pasir di wilayah Lampung melonjak signifikan dalam satu pekan terakhir. Tak hanya mahal, stok gula kemasan di sejumlah ritel di Bandar Lampung juga habis. Bahkan, pembelian di sejumlah toko ritel sudah dibatasi.
Berdasarkan pantauan Kompas di sejumlah toko di pasar tradisional, harga jual gula pasir curah berkisar Rp 16.000-Rp 18.000 per kilogram (kg). Menurut sejumlah pedagang, stok gula juga semakin menipis.
”Biasanya saya membeli 100 kilogram gula (curah) setiap minggu. Tetapi, sampai sekarang agen belum datang,” kata Rusyanti (35), pedagang bahan pokok di Pasar Koga, Bandar Lampung.
Menurut dia, pasokan gula pasir dari agen mulai menipis sejak dua pekan terakhir. Akibatnya, stok di pedagang eceran juga hampir habis.
Bahkan, stok gula kemasan di sejumlah swalayan dan minimarket di Bandar Lampung juga habis. Padahal, sejumlah toko sudah membatasi pembelian sejak beberapa hari terakhir.
”Satu konsumen hanya bisa membeli paling banyak dua kemasan gula ukuran 1 kg,” ujar Eka Marlina (25), pegawai di salah satu swalayan di Bandar Lampung.
Menurut dia, stok gula kemasan di swalayan itu habis sejak Senin (9/3/2020). Hingga kini belum ada kepastian waktu penambahan stok. Di swalayan, harga gula kemasan berkisar Rp 12.000-Rp 13.000 per kg.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Lampung Satria Alam mengatakan, pihaknya sedang mengkaji kelangkaan dan mahalnya harga gula pasir di Lampung. Kelangkaan itu diduga akibat terganggunya produksi gula di sejumlah pabrik gula di Lampung.
Satria mengakui, saat ini stok gula di Lampung memang menipis. Namun, dia enggan menyebut jumlah stok tersisa. Dia memastikan pemda akan mengambil langkah cepat dalam 1-2 hari ke depan untuk mengatasi kelangkaan.
Satria menambahkan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan PT Perkebunan Nusantara VII. Rencananya sebanyak 70 ton gula produksi pabrik gula milik perusahaan BUMN itu akan segera didistribusikan ke masyarakat untuk mengatasi kelangkaan pasokan.
Selain itu, pihaknya juga bekerja sama dengan Perum Bulog Divisi Regional Lampung menggelar pasar murah. Sejumlah bahan pokok akan dijual, termasuk gula dengan harga Rp 12.500 per kg.
Terkait pembatasan pembelian gula di swalayan dan minimarket, Satria mengatakan hal itu merupakan imbauan dari pemerintah daerah. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi penimbunan barang oleh oknum tertentu.
Secara terpisah, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Lampung Edi Yanto menjelaskan, musim kemarau tidak berdampak terhadap produksi tebu di Lampung. Kemarau jelang musim panen justru akan meningkatkan rendemen gula. Dari data, produksi tebu 2-3 tahun terakhir justru cenderung meningkat.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, produksi tebu di Lampung pada 2018 mencapai 642.630 ton. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan dengan produksi pada 2017 yang mencapai 632.320 ton.