Sudah sekitar dua bulan dunia diguncang merebaknya virus korona baru SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid-19, yang memiliki daya serang mematikan.
Oleh
·2 menit baca
Sejumlah penderita di Tanah Air dan ribuan lainnya di berbagai penjuru dunia tengah menjalani perawatan intensif untuk penyembuhan penyakit Covid-19. Sebagian berhasil, sebagian kalah dalam pertarungan maut ini, dan sebagian lain masih berjuang.
Dalam melawan virus ini, kita dinasihatkan untuk meningkatkan daya kekebalan (imunitas) tubuh, lebih-lebih ketika vaksin penangkal belum ditemukan. Beberapa situs menyebut, China dan Israel telah menemukan vaksin virus korona baru, tetapi masih perlu dicarikan bukti sahihnya.
”Kemenangan” manusia atas virus bersifat sementara karena tahap berikutnya akan muncul tantangan virus baru yang tak kalah menakutkan.
Dalam riwayat perjalanan kemanusiaan, umat manusia berkali-kali dihadapkan pada tantangan alam yang menyeramkan. Ancaman tidak hanya tertuju pada tubuh manusia, tetapi juga pada tanaman budidaya dan hewan peliharaan.
Untuk tubuhnya, sekadar contoh, manusia akhirnya bisa menanggulangi sejumlah penyakit infeksi dengan penemuan penisilin. Sejumlah hama yang menyerang padi juga ditaklukkan dengan insektisida baru. Dalam virus korona, kita mengenal SARS tahun 2003, lalu MERS 2012, dan virus korona baru 2019.
Berdasarkan riwayat masa lalu, berbagai kuman dan virus akhirnya bisa ditaklukkan manusia. Namun, mengikuti perjalanan peradaban, ”kemenangan” manusia atas virus bersifat sementara karena tahap berikutnya akan muncul tantangan virus baru yang tak kalah menakutkan. Siklus ”masalah-solusi-reaksi” ini mengingatkan orang pada prinsip dialektika yang sering dikaitkan dengan pandangan filsuf Hegel.
Kuncinya, ketekunan manusia dalam penelitian dan pengembangan. Semangat ini yang semakin diperlukan kini dan di masa depan mengingat tantangan yang kian kompleks. Melihat bagaimana Covid-19 menyebar, kita bisa berkomentar, itulah buah globalisasi. Perkembangan di satu sisi memberi peluang dari banyak aspek, seperti ekonomi dan perdagangan internasional serta pariwisata. Di sisi lain, ketika ada virus menyebar, jangkauan global ini pula yang harus dihadapi.
Selain globalisasi, pemanasan global akibat aktivitas manusia membakar bahan bakar fosil secara masif juga ikut ambil peranan. Lingkungan yang kian tidak sehat, pemanasan wilayah kutub yang ikut membongkar bangkai hewan yang sebelumnya tersimpan dalam salju, kini mulai menimbulkan bermacam kuman baru ke udara, adalah di antara sumber wabah baru yang dipicu perubahan lingkungan global.
Kini, fokus kita menanggulangi Covid-19. Kita kerahkan semua sumber daya untuk menolong penderita dan menghentikan penyebaran. Namun, seiring dengan itu, kita juga mengambil hikmah dari kejadian ini: jangan sampai kita menjadi bangsa yang tidak pandai belajar.
Sejauh yang kita amati, kita tampak serba kekurangan dalam menyediakan berbagai fasilitas tes, isolasi, dan perawatan pasien atau suspect. Sudah waktunya kita mendorong ilmuwan lebih giat dalam riset penyakit tropis dan penyakit yang setiap saat mewabah secara global. Pekerjaan rumah kita banyak, jangan sampai kita alpa mengerjakannya.