Generasi Milenial Lebih Terbuka pada Kesetaraan Jender
›
Generasi Milenial Lebih...
Iklan
Generasi Milenial Lebih Terbuka pada Kesetaraan Jender
Pendidikan dan perkembangan teknologi memengaruhi cara pandang generasi milenial terhadap kesetaraan jender. Mereka lebih terbuka terhadap konsep kesetaraan jender dibandingkan generasi sebelumnya.
Oleh
Yovita Arika
·4 menit baca
Meski kesenjangan jender terus terjadi, pada umumnya generasi milenial atau generasi Y lebih terbuka pada kesetaraan jender dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Hal ini membawa harapan baru bahwa generasi milenial dapat menjadi garda terdepan untuk mengubah pola pikir masyarakat terhadap jender.
Survei tersebut dilakukan secara daring (dalam jaringan) terhadap 6.000 orang berusia 18-40 tahun di kota-kota besar di Indonesia, Filipina, Vietnam. Setiap negara 2.000 responden dengan komposisi seimbang. Tujuan survei ini untuk mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang persepsi perempuan dan laki-laki tentang kesetaraan jender. Investing in Women merupakan inisiatif Pemerintah Australia untuk mempromosikan dan meningkatkan pemberdayaan ekonomi perempuan di Asia Tenggara.
Dalam ”Statistik Gender Tematik: Profil Generasi Milenial Indonesia 2018” hasil kolaborasi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bersama Badan Pusat Statistik pun disebutkan, dalam memahami konsep jender, generasi milenial lebih cair dibandingkan generasi X. Bagi generasi milenial, jender bukan lagi dipandang sebagai tembok penghalang bagi seseorang untuk mencapai suatu tujuan dalam hidup, terutama karier.
Pendidikan dan kemajuan teknologi mendukung generasi milenial untuk mengubah pandangan mengenai jender. Kaum milenial merupakan generasi dengan pendidikan lebih baik daripada generasi sebelumnya, termasuk perempuan milenial.
Rata-rata lama sekolah generasi milenial sudah setara, yaitu 10 tahun untuk laki-laki dan perempuan. Pada generasi X dan Baby Boomers, rata-rata lama pendidikan laki-laki lebih lama satu tahun daripada perempuan. Rata-rata lama sekolah generasi X selama 8 tahun, adapun Baby Boomers sekitar 4,95 tahun.
Generasi milenial atau generasi Y adalah mereka yang lahir pada tahun 1980-2000. Sebelum generasi milenial adalah generasi X atau mereka yang lahir pada tahun 1960-1980 dan Baby Boomers yang lahir pada 1946-1960.
Secara umum, generasi milenial mendominasi dalam struktur penduduk saat ini. Di Indonesia, berdasarkan ”Statistik Gender Tematik: Profil Generasi Milenial Indonesia 2018”, pada 2017 penduduk Indonesia didominasi penduduk milenial, yaitu 33,75 persen atau sekitar 88 juta jiwa, dengan jumlah yang hampir berimbang antara laki-laki dan perempuan. Karena itu, menjadi penting melihat fenomena pada generasi yang akan menjadi masa depan bangsa ini.
Dari survei Investing in Women di tiga negara tersebut, sebanyak 64 persen responden merasakan kesetaraan jender di tempat kerja, mereka merasa mendapat perlakuan yang adil di tempat kerja. Selain itu, sebanyak 81 persen responden percaya bahwa mereka memiliki kesempatan sama untuk promosi atau naik jabatan.
Di antara negara-negara yang disurvei tersebut, Indonesia memiliki perbedaan terbesar dalam persepsi kemampuan perempuan. Sebanyak 71 persen responden perempuan percaya bahwa perempuan dan laki-laki dapat melakukan pekerjaan yang sama, sementara hanya 58 persen responden laki-laki yang mengatakan demikian.
Satu kondisi yang sama di ketiga negara, perempuan masih terus mengalami diskriminasi jender di lingkungan kerja. Di Indonesia, perempuan milenial yang bekerja rata-rata mendapatkan upah/penghasilan 16,68 persen lebih rendah daripada laki-laki milenial. Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional pada Agustus 2017, rata-rata upah laki-laki Rp 2.282.573 per bulan, adapun upah perempuan sebesar Rp 1.901.779 per bulan.
Bahkan, dalam ”Statistik Gender Tematik: Profil Generasi Milenial Indonesia 2018” disebutkan, kesenjangan upah jender juga terjadi di setiap jenjang pendidikan tenaga kerja. Kesenjangan tertinggi terjadi pada kaum milenial dengan pendidikan SD ke bawah, yaitu sebesar 32,83 persen. Kesenjangan ini menurun dan terendah terjadi di generasi milenial dengan pendidikan SMA/sederajat, yaitu sebesar 21,89 persen.
Kesenjangan upah antar jender milenial meningkat kembali seiring dengan tingginya tingkat pendidikan. Pada generasi milenial dengan pendidikan S-1/S-2/S-3, kesenjangan upah antarjender tercatat sebesar 30,27 persen. Kesenjangan upah antarjender dalam generasi milenial ini dapat disebabkan oleh masih kakunya pandangan generasi tua selaku pemimpin dalam pasar tenaga kerja.
Dalam kondisi tersebut, peran perempuan termasuk di bidang ekonomi semakin terlihat jelas. Hal ini, selain juga kebijakan pemerintah yang mendorong kesetaraan jender, telah meningkatkan jumlah angkatan kerja perempuan, juga didukung karakteristik generasi melenial yang bersikap lebih terbuka terhadap kesetaraan jender.
Meskipun begitu, berdasarkan survei Investing in Women, pandangan kalangan milenial, baik laki-laki maupun perempuan, masih sama dalam hal stereotip jender terkait pekerjaan atau tugas-tugas khusus. Salah satunya, perempuan dipandang lebih baik untuk melakukan pekerjaan rumah tangga dan perawatan yang tidak dibayar (pekerjaan domestik) daripada laki-laki.
Hal tersebut menjadi tantangan dalam mewujudkan kesetaraan jender. Pegiat kesetaraan jender di Indonesia, Filipina, dan Vietnam pun berupaya mengampanyekan bahwa perempuan dan laki-laki akan mendapatkan manfaat ketika tanggung jawab pekerjaan domestik dilakukan bersama-sama.
Di Indonesia, misalnya, Aliansi Laki-laki Baru bersama organisasi perempuan Yayasan Pulih meluncurkan #KitaMulaiSekarang atau #LetsStartNow. Kampanye melalui media sosial, poster, artikel, infografik, dan video ini mendapat tanggapan positif dari 1,4 juta orang dalam tempo enam bulan.