Kunjungan Raja Belanda Diharapkan Tingkatkan Kerja Sama Riset
›
Kunjungan Raja Belanda...
Iklan
Kunjungan Raja Belanda Diharapkan Tingkatkan Kerja Sama Riset
Kunjungan kenegaraan Raja Belanda Willem-Alexander ke Indonesia diharapkan tidak hanya meningkatkan kerja sama ekonomi dua negara. Kerja sama bidang riset ilmuwan kedua negara yang telah terjalin bisa ditingkatkan lagi.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS —– Kunjungan kenegaraan Raja Belanda Willem-Alexander ke Indonesia diharapkan tidak hanya meningkatkan kerja sama ekonomi dua negara. Kerja sama bidang riset yang telah terjalin antara ilmuwan Indonesia dan Belanda juga diharapkan bisa ditingkatkan. Apalagi, Raja Willem-Alexander bertemu dengan sejumlah akademisi Indonesia yang telah menjalin kerja sama dengan akademisi Belanda.
”Harapannya, kunjungan Raja Belanda bisa memperkuat kolaborasi riset antara ilmuwan perguruan tinggi Indonesia dan Belanda,” kata Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Panut Mulyono seusai menerima kunjungan Raja Belanda Willem-Alexander di Kampus UGM, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (11/3/2020).
Harapannya, kunjungan Raja Belanda bisa memperkuat kolaborasi riset antara ilmuwan perguruan tinggi Indonesia dan Belanda.
Raja Belanda Willem-Alexander dan sang istri, Ratu Maxima, berkunjung ke UGM pada Rabu siang. Dalam kesempatan itu, mereka antara lain mendengarkan presentasi sejumlah akademisi Indonesia dan Belanda yang telah menjalin kerja sama penelitian. Acara itu juga dihadiri Menteri Luar Negeri Retno Marsudi serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono.
Panut memaparkan, selama ini, sejumlah akademisi UGM telah menjalin kerja sama riset dengan beberapa akademisi perguruan tinggi Belanda. Kerja sama itu mencakup beberapa bidang, misalnya kesehatan, hukum, keanekaragaman hayati, dan perubahan iklim.
Menurut Panut, kerja sama dengan perguruan tinggi di Belanda itu memiliki arti penting dalam pengembangan ilmu di Indonesia. Dia mencontohkan, kerja sama bidang hukum dibutuhkan karena para ahli hukum di Indonesia membutuhkan akses dokumen-dokumen yang tersimpan di Belanda.
”Kerja sama di bidang hukum dilakukan karena sumber hukum di Indonesia itu, kan, dari Belanda. Jadi, untuk melakukan pengembangan hukum di Indonesia, butuh banyak sumber yang ada di Belanda. Makanya kerja sama bidang hukum dilakukan,” ujar Panut.
Sementara itu, kerja sama bidang keanekaragaman hayati dibutuhkan karena Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat kaya. Panut menuturkan, keanekaragaman hayati di Indonesia, baik berupa hewan maupun tumbuhan, bisa dimanfaatkan untuk keperluan pembuatan obat, energi, dan sebagainya.
Namun, agar pemanfaatan itu bisa maksimal, dibutuhkan penelitian yang intensif. ”Indonesia memiliki banyak sekali tumbuhan dan hewan yang bisa dijadikan sumber-sumber untuk obat, energi, dan lain-lain. Ini yang juga kita kembangkan bersama-sama dengan ilmuwan dari Belanda,” ucap Panut.
Ia menambahkan, dalam kunjungan Raja Belanda ke UGM, ada informasi bahwa Pemerintah Belanda siap menerima proposal penelitian dari akademisi Indonesia. Apabila proposal itu diterima, Pemerintah Belanda akan memberikan pendanaan untuk menjalankan penelitian.
”Biasanya kami juga membentuk proposal bersama antara ilmuwan UGM dan ilmuwan Belanda untuk mengajukan pendanaan ke pihak ketiga, misalnya ke lembaga-lembaga internasional,” ujar Panut.
Program ke depan
Dalam acara yang dihadiri Raja Belanda Willem-Alexander di UGM, dosen Fakultas Biologi UGM, Endang Semiarti, memaparkan rencana kerja sama ilmuwan Indonesia dan Belanda untuk melakukan penelitian terkait tanaman anggrek. Pada kesempatan itu, Endang meminta Ratu Maxima untuk membantu penyerbukan bunga anggrek Vanda tricolor Lindley.
”Ini sebagai penghargaan untuk beliau (Ratu Maxima) dan sebagai tanda inisiasi kerja sama antara UGM dan universitas-universitas di Belanda,” kata Endang.
Sementara itu, perwakilan Dutch Universities Association, Wim van den Doel, menjelaskan, ada beberapa program kerja sama antara para ilmuwan Indonesia dan Belanda yang akan dijalankan ke depan. Salah satunya adalah program Week for Indonesian-Netherlands Education and Research (Winner).
Winner merupakan program yang mempertemukan ilmuwan dan akademisi dari Belanda dan Indonesia untuk membahas beragam tema, dari keanekaragaman hayati, warisan budaya, pariwisata, hingga manajemen penanggulangan bencana. Program itu akan digelar pertama kali tahun ini.
Wim van den Doel menambahkan, program lainnya adalah pemberian penghargaan untuk ilmuwan Indonesia dan Belanda yang memberikan kontribusi signifikan terhadap kerja sama ilmiah di antara dua negara. ”Penghargaan diberi nama Bosscha Medal,” katanya.
Nama penghargaan itu diambil dari nama Karel Albert Rudolf Bosscha, warga Belanda yang berkontribusi signifikan dalam pendirian Institut Teknologi Bandung dan Observatorium Bosscha di Bandung.