Dalam catatan sejarah, Kridosono merupakan jantung kota baru, Nieuwe Wijk, yang diperuntukkan menjadi kawasan hunian kalangan elite baru Eropa saat itu.
Oleh
Wisnu Dewabrata
·1 menit baca
TAK hanya bernilai sejarah masa lalu yang penting, keberadaan kawasan Stadion Kridosono, Daerah Istimewa Yogyakarta, terbukti masih ”moncer” dijadikan tempat pergelaran musik berkelas dunia. Hal itu dibuktikan sendiri oleh promotor musik sekaligus CEO Rajawali Indonesia, Anas Syahrul Alimi.
Selama empat tahun berturut-turut, Anas sukses menggelar konser musik rock kelas dunia di stadion sepak bola, yang di masa kolonial dinamai Bijleveld Stadion. Pada setiap festival rock tahunan bertajuk ”Jogjarockarta” itu, band-band legendaris dunia hadir.
Anas berharap pemerintah daerah terkait bisa merevitalisasi Stadion Kridosono sehingga menjadi tempat pergelaran musik dan pertunjukan berkelas dunia serta modern. Siapa tahu ke depan akan semakin banyak band internasional mau ”mampir” dan beraksi di Yogyakarta.
”Yang terbaru kemarin Scorpions dan Whitesnake. Pada Oktober tahun lalu ada Extreme. Tahun 2018 ada Megadeth. Lalu di pengujung September 2017 ada Dream Theater. Di masa lalu, tahun 1974, band rock fenomenal Tanah Air, Giant Step dan AKA, juga pernah manggung di situ,” tutur Anas.
Dari situ, Anas berharap pemerintah daerah terkait bisa merevitalisasi Stadion Kridosono sehingga menjadi tempat pergelaran musik dan pertunjukan berkelas dunia serta modern. Siapa tahu ke depan akan semakin banyak band internasional mau ”mampir” dan beraksi di Yogyakarta.
Dalam catatan sejarah, Kridosono merupakan jantung kota baru, Nieuwe Wijk, yang diperuntukkan menjadi kawasan hunian kalangan elite baru Eropa saat itu. Residen Cornelis Canne saat itu bahkan mengajukan izin khusus kepada Sultan Hamengkubuwono VII untuk membangun kawasan tersebut. (DWA)