Penderita Covid-19 di Tanah Air terus bertambah. Bahkan, penyakit ini telah menelan korban jiwa. Kolaborasi lintas sektor diperlukan untuk memperkuat penapisan dan pelacakan kasus.
Oleh
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS— Jumlah kasus positif Covid-19 yang disebabkan virus korona baru terus bertambah, bahkan penyakit itu telah merenggut korban jiwa di Tanah Air. Untuk mencegah meluasnya penyebaran penyakit itu, penapisan dan pelacakan kasus mesti diperkuat. Tanpa kolaborasi dari lintas sektor, hal itu sulit dilakukan.
Menurut Achmad Yurianto, juru bicara pemerintah terkait penanganan Covid-19, di Jakarta, Rabu (11/3/2020), pasien Covid-19 bertambah tujuh orang dengan gejala batuk, panas, dan pilek setelah mereka kembali dari luar negeri. Jadi, kini ada 34 kasus Covid-19 di Indonesia, dan 20 orang di antaranya baru datang dari luar negeri.
Terkait Kasus 27, lelaki 33 tahun, yang belum diketahui tertular dari mana dan disebut penularan lokal, ada beberapa orang diduga jadi pembawa virus. Observasi dan penelusuran tengah dilakukan. Adapun dua pasien, yaitu Kasus 6 dan 14, telah diizinkan pulang karena dua kali tes dinyatakan negatif. Namun, mereka diminta mengisolasi diri selama 14 hari ke depan dan menghindari kontak dekat dengan orang lain. Kondisi pasien lain membaik.
Adapun seorang perempuan warga negara asing (53) yang menderita Covid-19, yaitu Kasus 25, meninggal kemarin dini hari. Pasien ini punya riwayat perjalanan dari Qatar dan dibawa ke rumah sakit (RS) dalam kondisi sakit berat karena ada penyakit penyerta, yakni diabetes, hipertensi, hipertiroid, dan paru obstruktif kronik.
Di Bali, ada 48 pasien terduga Covid-19, termasuk seorang pasien WNA yang meninggal.
Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra menyatakan, Kasus 25 tiba di Bali bersama suaminya, 29 Februari 2020. Ia mengalami demam sehingga pada Selasa (3/3) dibawa ke RS swasta di Bali lalu dirujuk ke RS Umum Pusat Sanglah, Denpasar. Pasien dirawat di ruang isolasi RSUP Sanglah mulai Senin (9/3). Spesimen pasien itu dikirim ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, tetapi hasilnya belum diketahui sampai pasien meninggal. Jenazah pasien itu dikremasi di Bali.
Dinas Kesehatan Bali menelusuri mereka yang pernah kontak dengan Kasus 25. Hasilnya, 21 orang pernah kontak dengan Kasus 25 sejak ia dan suaminya tiba di Bali sampai dirujuk ke RSUP Sanglah. Mereka diperiksa kesehatannya dan diminta mengurangi aktivitas di luar rumah. Sementara suami Kasus 25 dirawat di RS.
Di Bali, ada 48 pasien terduga Covid-19, termasuk seorang pasien WNA yang meninggal. Semua pasien diambil sampel spesimennya dan 38 sampel di antaranya negatif Covid-19.
Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Ede Surya Darmawan mengatakan, pelacakan kasus terkait penularan Covid-19 harus dilakukan secara cepat dan tepat. Kolaborasi diperlukan untuk mendukung upaya itu.
”Dalam penanganan penularan penyakit ini, ada kegagapan dari pemerintah, termasuk pemerintah pusat ke daerah. Standar operasional prosedur harus lebih jelas dengan protokol penanganan jelas agar dipahami semua pihak terkait,” katanya.
Pelacakan kasus terkait Covid-19 juga harus diperluas. Pemeriksaan spesimen harus lebih banyak dilakukan, terutama pada orang yang masuk dalam kelompok kontak erat dengan pasien Covid-19. Selama ini, pemeriksaan hanya dilakukan pada kontak dekat yang menunjukkan gejala ataupun tanda. Padahal, orang yang terinfeksi bisa hanya menunjukkan gejala minim, bahkan tidak bergejala.
Dalam penanganan penularan penyakit ini, ada kegagapan dari pemerintah, termasuk pemerintah pusat ke daerah.
Karantina bagi orang berisiko terinfeksi juga belum optimal. Orang berisiko ini antara lain mereka yang pernah kontak dengan pasien Covid-19 atau yang baru tiba dari negara yang ada kasus Covid-19.
Terkait kapasitas Indonesia memeriksa spesimen, Yurianto menegaskan, Balitbangkes mampu memeriksa 1.700 sampel per hari sehingga dinilai memadai. Pemerintah menyiapkan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Penyakit (BBTKL) di sejumlah daerah. Para petugas BBTKL tengah dilatih di Litbangkes. Pemeriksaan spesimen hanya boleh dilakukan Balitbangkes.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, dalam keterangan pers, menekankan perlunya kerja sama lintas sektor untuk mengendalikan penyebaran Covid-19. Penyakit ini jadi ancaman serius ketahanan kesehatan dunia serta ancaman pada sektor ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Sementara itu, sejumlah kasus terduga Covid-19 dilaporkan dari kota atau kabupaten antara lain di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Kalimantan Barat. Di Jabar, menurut Kepala Dinas Kesehatan Jabar Berli Hamdani Gelung Sakti, ada 379 orang dalam pemantauan Covid-19 dan 30 pasien dalam pengawasan Covid-19. Beberapa pasien dalam pengawasan atau mengalami gejala dan baru pulang dari negara terjangkit Covid-19 dirawat di RS di Kabupaten Cirebon, Kota Bandung, dan Surabaya.
Lonjakan jumlah kasus positif Covid-19 membuat warga antusias memeriksakan diri terkait penyakit itu. Menurut Direktur Utama RS Unair Prof Nasronudin, dua hari terakhir, sekitar 50 orang memeriksakan diri dan hasilnya negatif.
Sementara itu, Pemerintah Kota Surabaya kembali menolak kedatangan kapal pesiar yang akan sandar di Pelabuhan Tanjung Perak untuk mengantisipasi penularan Covid-19.