Ratusan Rumah di Kabupaten Bogor dan Sukabumi Rusak, Warga Mengungsi
›
Ratusan Rumah di Kabupaten...
Iklan
Ratusan Rumah di Kabupaten Bogor dan Sukabumi Rusak, Warga Mengungsi
BPBD Sukabumi mencatat, gempa mengakibatkan 17 rumah rusak berat, 17 rumah rusak sedang, dan 18 rumah rusak ringan. Warga terdampak saat ini mengungsi di tenda dan rumah tetangga.
Oleh
Pradipta Pandu Mustika/Tatang Mulyana Sinaga
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Sebanyak 52 rumah di Kabupaten Sukabumi dan 664 rumah di Kabupaten Bogor rusak karena terdampak gempa berkekuatan M 5 yang berpusat di Sukabumi, Selasa (10/3/2020) sore. Warga terdampak saat ini mengungsi di tenda dan rumah tetangga.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukabumi mencatat, gempa mengakibatkan 17 rumah rusak berat, 17 rumah rusak sedang, dan 18 rumah rusak ringan. Sementara data dari Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, 7 desa yang terdampak gempa di antaranya Desa Ciasmara (61 rumah), Purwabakti (474), Cibunian (104), Ciasihan (22), Pasarean (1), Gunung Bunder 1 (1), dan Cibitung Kulon (1).
Dari jumlah itu, 56 rumah mengalami rusak berat, 100 rumah rusak sedang, dan 508 rumah lain rusak ringan. Rosidin, Camat Pamijahan yang ditemui di lokasi gempa, Rabu (11/3), mengatakan, Purwabakti menjadi desa paling terdampak dengan total 42 rumah rusak berat, 33 rusak sedang, dan 399 rusak ringan. Selain bangunan rumah, gempa juga merusak satu ruangan sekolah dasar di Ciasmara.
Saat kejadian total ada sekitar 20 keluarga yang mengungsi di tenda.
Dari pendataan yang dilakukan, gempa mengakibatkan enam orang luka ringan akibat tertimpa reruntuhan tembok saat menyelamatkan diri. Mereka masing-masing dua orang dari Desa Purwabakti, Cibitung Kulon, dan Ciasihan.
”Saat kejadian total ada sekitar 20 keluarga yang mengungsi di tenda. Hari ini tenda sudah kami siapkan. Kalau warga melihat suasana sudah aman, mereka akan kembali ke rumah masing-masing,” ujarnya. Kecamatan Pamijahan berada di kaki Gunung Salak. Wilayah ini paling terdampak gempa Sukabumi, kemarin, karena lokasinya yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Kalapanunggal, Kabupaten Sukabumi.
Bupati Bogor Ade Yasin di sela-sela mengunjungi lokasi terdampak gempa menyampaikan, pihaknya menyiapkan tenda dan menjamin ketersediaan logistik untuk para korban. Ade menyebut masih diperlukan kajian terkait perlu tidaknya relokasi bagi masyarakat yang berada di zona rawan bencana. ”Kami akan meminta bantuan Badan Informasi Geospasial (BIG) untuk melihat penyebab utama gempa,” katanya.
Mitigasi bencana
Menurut Rosidin, pihak Kecamatan Pamijahan telah memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar senantiasa waspada terhadap potensi bencana alam. Sebab, Pamijahan berada di lokasi dengan topografi curam dan rawan longsor, angin puting beliung, banjir bandang, hingga gempa bumi.
Wilayah Pamijahan, diakui Rosidin, kerap terdampak getaran gempa yang berpusat di daerah Jawa Barat lainnya. Getaran tersebut di antaranya terjadi saat gempa Pandeglang, Banten, pada 2013, 2015, dan 2017. Namun, dampak terparah baru terjadi saat gempa Sukabumi kemarin.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor Yani Hassan mengatakan, hampir semua wilayah rawan bencana di barat Kabupaten Bogor telah dilakukan upaya mitigasi bencana. Mitigasi tersebut berupa sosialisasi dan penguatan kelembagaan di sejumlah desa, seperti pembentukan taruna siaga bencana (tagana) dan desa tanggap bencana (destana).
”Di semua desa memang belum ada tagana dan destana. Kami akan kejar sampai 2024 semua desa di Kabupaten Bogor sudah dibentuk destana ataupun tagana,” ujarnya. Berdasarkan informasi dari laman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa bermagnitudo 5 mengguncang Kabupaten Sukabumi pada Selasa pukul 17.18.
Pusat gempa berlokasi di darat pada jarak 23 kilometer arah timur laut Kota Palabuhanratu, Sukabumi, pada kedalaman 10 km. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, dalam keterangannya, mengatakan, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal.
Selain karena berpusat di darat, kondisi geologi di sekitar lokasi gempa juga turut memperkuat guncangan gempa. Kondisi geologi tersusun oleh aluvium dan endapan rombakan batuan gunung api muda berumur kuarter. Jenis batuan ini pada umumnya bersifat lepas, urai, dan mengamplifikasi guncangan gempa. Sukabumi sudah beberapa kali diguncang gempa darat. Beberapa di antaranya gempa M 5,5 pada 1982 serta gempa M 5,1 dan M 5,4 pada tahun 2000.
”Karakteristik tanah memperkuat guncangan gempa. Kualitas bangunan yang tidak standar tahan gempa turut menyebabkan banyaknya rumah yang rusak,” ujar peneliti bumi di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Supartoyo, saat dihubungi dari Bandung, Jawa Barat, Rabu.