Sulit Ditelusuri, Penyebab Bunuh Diri Beberapa Seniman
›
Sulit Ditelusuri, Penyebab...
Iklan
Sulit Ditelusuri, Penyebab Bunuh Diri Beberapa Seniman
Ada stigma bahwa seniman dan pekerja kreatif rentan bunuh diri. Memang, ada beberapa seniman di Indonesia dan dunia yang bunuh diri. Namun, masih sulit untuk memastikan apa sesungguhnya penyebab bunuh diri mereka.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS--Upaya otopsi atas individu yang telah meninggal karena bunuh diri tidak akan mampu mengungkap alasan dibalik perbuatan itu. Ada serangkaian faktor internal dan eksternal yang menyebabkan individu secara psikis memutuskan bunuh diri.
Hal itu menjadi benang merah bedah buku Jelajah Jiwa, Hapus Stigma: Autopsi Psikologis Bunuh Diri Pelukis karya psikiater Nova Riyanti Yusuf, Rabu (11/3/2020), di Jakarta. Buku ini adalah disertasi yang dia buat sebagai syarat kelulusan menjadi dokter spesialis jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Kebanyakan masyarakat mengenal Nova sebagai anggota DPR RI periode 2009-2014 dan Ketua Dewan Pakar Badan Kesehatan Jiwa Indonesia.
Pembicara yang turut hadir adalah antropolog di Departement Kesehatan Global dan Kedokteran Sosial Harvard Medical School Byron Good, Direktur Personal Growth Ratih Ibrahim, dan pelukis Hana Madness.
Nova melakukan studi kasus kepada dua pelukis yang meninggal karena bunuh diri. Berbagai metode penelitian kualitatif dilakukan untuk mengungkap penyebab kedua seniman itu memutuskan bunuh diri, seperti wawancara teman dan mendatangi langsung lingkungan tempat hidup. Salah seorang pelukis pernah menjual lukisan dengan nilai yang hanya cukup untuk membayar kontrakan.
Pemilihan pelukis sebagai obyek penelitian berangkat dari asumsi sejumlah kasus bunuh diri erat dengan seniman. Di dunia pun sudah ada beberapa contoh seniman yang mati karena bunuh diri, seperti Kurt Cobain, Ernest Hemingway, dan Virginia Woolf.
Selain itu, keinginan mengangkat penelitian dengan obyek seniman juga didasarkan pada maraknya generasi muda berkecimpung di industri kreatif dan beberapa diantaranya dikabarkan punya kecenderungan mengakhiri hidupnya.
"Salah satu di antara kedua pelukis obyek penelitian saya pernah mendatangi psikiater. Keduanya juga mendatangi spiritual healer untuk mencari solusi atas permasalahan kejiwaan mereka. Akan tetapi, orang-orang di sekeliling mereka tidak tahu permasalahan itu, bahkan tidak paham bahwa persoalan kejiwaan itu diduga memicu keduanya bunuh diri," ujar Nova.
Ketika sulit menggali faktor psikologis penyebab keduanya bunuh diri dari orang-orang sekeliling, dia mencoba mengungkap dengan mempelajari karya-karya mereka. Nova menganalisa karya bersama kurator lukis, budayawan, dan psikiater Eugen Koh dari The Dax Centre, University of Melbourne. Hasilnya, beberapa lukisan menunjukkan luapan perasaan depresif, tidak kuat menghadapi persoalan, penyakit, dan ada pikiran bersalah.
Foto ini diambil 21 Februari 2018, bintang televisi Caroline Flack berpose di atas karpet merah acara BRIT Awards 2018, di London. Flack ditemukan meninggal, diduga bunuh diri, pada Sabtu (15/2/2020).Baca juga: Waspadai Potensi Bunuh Diri pada Remaja
Masih misteri
Menurut Byron Good, selaku dosen penguji Nova, penyebab bunuh diri akan selalu jadi misteri, meskipun di banyak negara sudah mencoba otopsi atas jenazah orang yang bunuh diri. Berbagai penelitian ilmiah yang pernah dipublikasikan hanya bisa memperkirakan kecenderungan bunuh diri dari individu-individu yang punya permasalahan kejiwaan. Sebagai contoh, hampir 60 persen individu dengan skizofrenia pernah mencoba bunuh diri dan 15 persen di antaranya berhasil melakukannya.
Hampir 60 persen individu dengan skizofrenia pernah mencoba bunuh diri dan 15 persen di antaranya berhasil melakukannya.
Ketika marak sejumlah inividu generasi muda mencoba mengakhiri hidupnya, maka upaya yang bisa dilakukan adalah sedini mungkin mengurai permasalahan kejiwaan. Keluarga memegang andil utama. Sekolah melalui guru bimbingan konseling pun juga dapat dilibatkan.
"Di Indonesia, beberapa individu dengan permasalahan kejiwaan mendatangi spiritual healer. Saya tidak menyarankan mereka untuk tidak pergi. Saya mengajak mereka tetap tidak mengabaikan peran utama dokter dan psikiater," kata dia.
Ratih Ibrahim mengaku pernah menyurvei sekitar 101 orang berusia 14 - 37 tahun pada tahun 2018. Tujuannya adalah membuktikkan asumsi bahwa anak muda dan bekerja di lingkungan industri kreatif cenderung mengakhiri hidupnya. Hasilnya adalah 71 persen responden mengenal orang yang pernah bunuh diri. Sepuluh persen diantara mereka pernah melakukan percobaan bunuh diri.
"Maka, langkah yang bisa masyarakat lakukan adalah mengapresiasi suatu karya kreatif, namun tidak meromantisasi gangguan mental," ujar Ratih.
Hana Madness menceritakan, dirinya menjadikan seni sebagai medium untuk meluapkan perasaan dan emosi. Dia pernah memiliki pikiran bunuh diri ketika mengalami perasaan yang kompleks terhadap kehidupan. Namun, akhirnya dia menemukan cara menyikapi secara positif dengan cara melukis.