Satu Mahasiswa dalam Pantauan, Ujian Fakultas Teknik UB Malang Dilakukan Daring
›
Satu Mahasiswa dalam Pantauan,...
Iklan
Satu Mahasiswa dalam Pantauan, Ujian Fakultas Teknik UB Malang Dilakukan Daring
Satu mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (UB) Malang berstatus dalam pantauan terkait Covid-19. Pihak fakultas memberlakukan ujian tengah semester dengan metode daring atau tidak tatap muka.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS – Seorang mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur dinyatakan berstatus dalam pantauan akibat Covid-19. UB memberlakukan ujian tengah semester dengan metode daring atau tidak tatap muka.
Hal itu dikatakan oleh staf humas Fakultas Teknik UB Miko Irfanti, Jumat (13/03/2020) malam. Pernyataan itu muncul setelah banyak kabar beredar di dunia sosial yang menyatakan ada seorang mahasiswa terduga Covid-19. Masih dalam kabar beredar tersebut, dinyatakan Fakultas Teknik (FT) UB diisolasi.
“Fakultas Teknik tidak lockdown. FT hanya mengantisipasi dengan melaksanakan UTS dengan metode daring. Take home exam, tidak dengan tatap muka. Begitu keterangan dari pimpinan kami,” kata staf humas FT UB, Miko Irfanti. Jadwal UTS pada kalender akademik UB adalah 16-27 Maret 2020.
Adapun terkait kasus Covid-19, pimpinan FT UB, menurut Miko tidak bersedia memberikan klarifikasi. “Pimpinan tidak bisa klarifikasi terkait korona, karena itu kewenangan pihak kesehatan. Nanti kalau ada perkembangan terbaru kami akan woro-woro (informasikan),” kata Miko.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Malang, Husnul Muarif, mengatakan bahwa status mahasiswa UB tersebut adalah pasien dalam pantauan (PDP).
“Status mahasiswa UB itu adalah pasien dalam pengawasan. Ia dirawat di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) dan tadi pagi dilakukan pengambilan spesimen berupa swab tenggorok dan hidung untuk diperiksa di Balitbangkes Kemenkes Jakarta. Hasil belum ada,” kata Husnul.
Mahasiswa tersebut, menurut Husnul tidak ada riwayat pergi ke luar negeri. “Pasien tidak ada riwayat pergi ke luar negeri. Semoga saja virus ini tidak menjangkau Kota Malang,” kata Husnul. Hingga saat ini, RSSA merawat seorang PDP terkait COVID-19.
Merebaknya penyakit Covid-19 turut menurunkan jumlah wisatawan di Kota Malang. Padahal, wilayah Malang Raya selama ini menjadi salah satu kota tujuan wisata dalam dan luar negeri.
“Beberapa tamu kami dari luar negeri memang membatalkan kunjungan. Untuk tingkat hunian memang terasa sangat turun. Tapi untuk restoran, untungnya tidak ikut terdampak Covid-19,” kata Executive Asisten Manajer Hotel Tugu Malang, Crescentia Harividyanti.
Oleh karena itu, Crescentia mengaku, pihaknya harus pandai-pandai mengemas acara agar menarik minat pengunjung. Tujuannya, menurut Crescentia, hanya satu, yaitu meyakinkan pengunjung bahwa di Kota Malang kondisinya tidak semenyeramkan di kota lain.
Wakil Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Jawa Timur, Anshori, mengatakan bahwa sektor wisata memang sangat terpukul dengan kasus Covid-19. “Dampaknya tidak saja di Malang, tetapi juga seluruh Indonesia. Selama pintu masuk wisata seperti Jakarta, Batam, dan Bali diperketat penjagaannya, maka seluruh Indonesia akan terasa. Tapi itu memang pilihan terbaik,” katanya.
Bulan Maret, menurut Anshori seharusnya sudah mulai banyak turis mancanegara datang. Biasanya, jumlahnya akan semakin bertambah hingga Oktober.
“Beberapa tamu yang kami handle sejak merebaknya Covid-19 di Wuhan, maka mereka mulai menjadwal ulang bahkan membatalkan kedatangan. Turis Belanda, Perancis, dan lainnya, semuanya memilih tidak bepergian dahulu, hingga ada lampu hijau dan himbauan lebih lanjut dari pemerintah,” kata Anshori.
Bukan saja kunjungan berwisata yang ditunda atau dibatalkan, Anshori mengatakan, Covid-19 juga memaksa kegiatan pameran pariwisata se-dunia dibatalkan. Hal itu dilakukan untuk mencegah penyebarluasan virus. “Dampaknya akhirnya bukan hanya di sektor wisata, namun ke sektor ekonomi secara umum,” kata Anshori.