Berharap melihat Indonesia menjuarai tunggal putra All England, setelah Hariyanto Arbi pada 1994 masih jauh panggang dari api. Empat tunggal putra Indonesia “habis” meski All England 2020 baru melewati babak kedua.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
BIRMINGHAM, KAMIS - Dengan dua pemain berperingkat sepuluh besar dunia, tunggal putra sebenarnya menjadi salah satu nomor yang bisa diharapkan meraih gelar juara All England. Namun, status tersebut tak sebanding dengan hasil di lapangan. Tak ada satu pun tunggal putra Indonesia yang bisa melewati babak kedua.
Shesar Hiren Rushtavito, satu-satunya tunggal putra Indonesia yang tampil pada babak kedua, gagal memanfaatkan kesempatan lolos ke perempat final. Di Arena Birmingham, Birmingham, Inggris, Kamis (12/3/2020), pemain yang disapa Vito itu kalah dari Rasmus Gemke (Denmark), 21-18, 13-21, 19-21, setelah unggul 17-13 pada gim ketiga.
”Saya kurang bisa memanfaatkan kesempatan di lapangan. Masih banyak yang harus diperbaiki dari cara main dan strategi,” komentar Vito dalam laman resmi PBSI.
Kekalahan Vito membuat Indonesia tak lagi memiliki wakil pada tunggal putra. Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan “Jojo” Christie, dan Tommy Sugiarto tersingkir pada babak pertama, Rabu. ”Merah Putih” pun harus menanti lebih lama sejak Hariyanto Arbi menjadi tunggal putra terakhir yang meraih gelar pada 1994.
Anthony, yang ditempatkan sebagai unggulan keempat, kalah dari Gemke dalam dua gim, 14-21, 18-21, Kamis dini hari WIB. ”Saya tak puas dengan penampilan saya. Saya mudah kehilangan fokus pada gim pertama dan kedua,” ujarnya.
Pemain berusia 23 tahun itu pun tak pernah melewati babak pertama dalam lima kesempatan beruntun tampil di All England. Adapun hasil terbaik Jojo pada turnamen klasik yang dimpikan semua pebulu tangkis itu adalah babak kedua.
Hasil itu masih menggambarkan kelemahan keduanya, yaitu tak tampil konsisten. Ada saatnya mereka tampil sangat baik, namun tiba-tiba bermain buruk, membuat banyak kesalahan yang membuahkan poin bagi lawan, dan terlihat tak percaya diri saat bermain.
Anthony misalnya, tersingkir pada babak pertama Malaysia Masters, turnamen pertamanya tahun ini. Setelah itu, dia menjadi juara Indonesia Masters dan turut mengantarkan Indonesia juara beregu putra Kejuaraan Asia di Manila, Filipina, Februari. Anthony selalu menang dalam empat laga pada ajang yang juga kualifikasi Piala Thomas Uber zona Asia itu.
Sejak 18 Februari, Anthony bahkan menempati peringkat ketiga dunia, prestasi terbaiknya. Namun, saat tampil di Arena Birmingham, penampilannya tak menggambarkan status tersebut. Padahal, absennya tunggal putra nomor satu dunia yang juga juara bertahan, Kento Momota, sedikit mengurangi tingkat persaingan.
Adapun Jojo, masih tenggelam dalam permainan buruk saat tampil di Manila, ajang terakhir yang diikuti sebelum All England. Tiga kekalahan dari empat pertandingan menggerogoti kepercayaan diri tunggal putra nomor enam dunia.
Faktor-faktor nonteknis itu akan menjadi kendala jika tak segera dibenahi jelang Olimpiade Tokyo 2020, 24 Juli-9 Agustus. Level konsistensi mereka masih jauh dari Momota yang berambisi besar meraih medali emas di hadapan publiknya sendiri.
Peluang Hafiz/Gloria
Perempat final, hasil minimal yang menjadi target Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja di All England, tercapai setelah mereka mengalahkan Tom Gicquel/Delphine Delrue (Perancis), 21-15, 21-12. Target tersebut harus dicapai agar Hafiz/Gloria bisa mempertahankan posisi delapan besar dunia dan membuka peluang lolos ke Olimpiade.
Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) mensyaratkan dua pasangan pada peringkat delapan besar, pada 28 April, agar satu negara bisa mendapat kuota maksimal, yakni dua wakil pada nomor ganda. Selain Hafiz/Gloria, Indonesia memiliki Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti di peringkat kelima.
Peluang Hafiz/Gloria ke Tokyo diperbesar dengan tersingkirnya dua pasangan Malaysia yang juga mengincar peringkat delapan besar. Mereka adalah Tan Kian Meng/Lai Pei Jing (9) dan Goh Soon Huat/Lai Shevon Jemie (11). Tan/Lai dihentikan Praveen/Melati pada babak kedua, 21-19, 18-21, 21-10, adapun Goh/Lai tersingkir pada babak pertama.
Sementara itu, tersingkirnya para unggulan berlanjut ke babak kedua dengan kekalahan juara bertahan ganda campuran, Zheng Siwe/Huang Yaqiong. Ganda China berperingkat teratas dunia itu ditaklukkan pasangan Belanda, Robin Tabeling/Selena Piek, 20-22, 17-21.
Ini menjadi hasil terburuk Zheng/Huang sejak berpasangan pada 2018. Tahun itu, mereka terhenti pada babak pertama Korea Terbuka, namun itu karena mengundurkan diri saat bertanding karena cedera.
Sejak pertama kali meramaikan persaingan ganda campuran papan atas dunia, mereka menjadi kompetitor paling konsisten. Dari 15 turnamen pada 2018, Zheng/Huang meraih 10 gelar. Setahun kemundian, tujuh gelar didapat dari 14 turnamen. Adapun mengawali 2020, Zheng/Huang dua kali juara dari dua turnamen : Malaysia dan Indonesia Masters.
“Mengalahkan pasangan nomor satu dunia, melaju ke perempat final All England, dan berlangsung pada tahun Olimpiade, bermakna sangat besar bagi kami,” ujar Piek.